Menteri Perdagangan APEC Kumpul Pekan Ini Bahas Perang Tarif
13 Mei 2025
Menteri perdagangan dari 21 negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dijadwalkan bertemu selama dua hari di Korea Selatan, pada Kamis (15/5) mendatang. Agenda utama pertemuan adalah kerja sama multilareral di tengah perang tarif yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Pertemuan itu digelar sebagai persiapan jelang Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Busan, Korea Selatan, pada bulan November.
Lebih dari separuh anggota APEC terimbas perang dagang, dan mendapat hukuman lonjakan tarif impor AS. Langkah sepihak itu diambil ketika sebuah negara mengekspor lebih banyak produk ketimbang mengimpor barang buatan AS. Saat ini, APEC mewakili sekitar separuh volume perdagangan dunia dan 60 persen produk domestik bruto (PDB) global.
Di Korsel, delegasi APEC akan menghadiri sesi tertutup yang membahas berbagai topik luas, mulai dari perdagangan multilateral hingga revitalisasi dan keberlanjutan. Menurut laporan media, agenda resmi diperkirakan mencakup peran serta prioritas reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di tengah ancaman perang dagang.
Para delegasi juga akan membahas topik lain seperti pengembangan kawasan perdagangan bebas Asia-Pasifik, peningkatan perdagangan digital, kesiapan kecerdasan buatan, serta mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Pemerintahan Donald Trump menuduh WTO menganakemaskan Cina dan baru-baru ini mengambil langkah untuk menghentikan pendanaan AS terhadap lembaga PBB tersebut.
Bulan lalu, WTO secara tajam menurunkan proyeksi perdagangan barang global dari pertumbuhan yang solid menjadi penurunan, dengan menyebut tarif AS dan dampak lanjutan sebagai penyebab potensi kemerosotan perdagangan terbesar sejak puncak pandemi COVID.
Trump tidak cuma memberlakukan tarif tinggi terhadap saingan utamanya Cina, melainkan juga negara tetangga Kanada dan Meksiko, sekutu Asia seperti Jepang dan Korea Selatan, serta beberapa negara Asia Tenggara termasuk Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Malaysia, di antara mitra dagang lainnya.
Bagi produk asal Indonesia, AS menetapkan tarif impor baru sebesar 32% terhitung mulai 2 April 2025 lalu.
Pembicaraan bilateral dengan AS
Di sela-sela pertemuan, Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, dijadwalkan mengadakan setidaknya satu pembicaraan bilateral dengan Korea Selatan pada hari Jumat (16/5).
Pertemuan ini berlangsung setelah pemerintahan Trump menandatangani perjanjian dagang bilateral pertamanya dengan Inggris pekan lalu dan menyepakati penurunan tarif secara signifikan dengan Cina dalam pertemuan langsung di Jenewa pada 10–11 Mei silam.
Masih belum jelas siapa yang akan mewakili Beijing dalam pertemuan tersebut dan apakah akan ada pertemuan bilateral tambahan dengan Amerika Serikat. Reuters mengonfirmasi bahwa setidaknya sepertiga negara peserta mengirimkan kepala perwakilan dagang mereka.
Pada akhir April, ketika Korea Selatan sepakat dengan Washington untuk menyusun paket dagang sebelum Juli, Seoul menyebut pertemuan di Jeju ini sebagai "penilaian sementara."
"Ada skeptisisme bahwa kita akan melihat kemajuan berarti dalam pertemuan ini, karena belum ada negosiasi substantif di tingkat kerja,” kata Heo Yoon, profesor perdagangan internasional di Universitas Sogang, Seoul.
"Apa yang akan dilakukan Korea Selatan saat ini adalah, berupaya menciptakan suasana yang memungkinkan mereka mengarahkan negosiasi di masa depan ke arah yang menguntungkan,” ujar Heo, yang juga menjadi penasihat dalam pembicaraan dagang tersebut.
Kesempatan buat negara lain
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan dalam wawancara dengan Bloomberg News pekan lalu bahwa kesepakatan dagang dengan Korea Selatan dan Jepang "tidak akan menjadi kesepakatan yang cepat,” karena diperkirakan akan memakan waktu jauh lebih lama dibandingkan kesepakatan yang telah diselesaikan dengan Inggris.
Demi mempercepat proses negosiasi, Washington dan Seoul sepakat untuk membawa seluruh agenda yang diusulkan ke satu meja perundingan, dan membahasnya secara bersamaan, alih-alih membentuk kelompok kerja terpisah untuk setiap isu, ungkap seorang pejabat Korea Selatan kepada Reuters.
"Amerika Serikat kemungkinan besar juga akan bertemu dengan negara-negara lain dalam pertemuan ini, jadi kami akan memantau perkembangan tersebut sambil melanjutkan negosiasi kami sendiri,” kata pejabat Korea Selatan lainnya.
Pemerintahan Trump telah membuka pembicaraan perdagangan dengan sejumlah anggota APEC lainnya, termasuk Jepang, Indonesia, Taiwan, dan Vietnam. Sementara itu, negara-negara lain seperti Kanada, Thailand, dan Malaysia juga tengah berupaya memulai negosiasi serupa.
APEC sendiri merupakan forum ekonomi regional non-mengikat yang didirikan pada 1989 untuk memanfaatkan ketergantungan ekonomi yang semakin erat di kawasan Asia-Pasifik.
UE percepat negosiasi FTA
Sementara itu, Uni Eropa mempercepat pembicaraan perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara Asia sebagai respons atas serangkaian tarif tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, kata Komisaris Perdagangan UE, Maros Sefcovic, pekan lalu.
Sejak Maret, Trump telah mengenakan tarif yang lebih tinggi terhadap produk Eropa. Lonjakan terbesar diputuskan bulan lalu, berupa tarif sebesar 20 persen terhadap mayoritas barang-barang UE. Meski demikian, Trump kemudian mengumumkan jeda selama 90 hari, yang dijadwalkan berakhir pada bulan Juli.
Sefcovic mengatakan, meskipun negosiasi dengan Washington tetap menjadi prioritas, UE tidak akan tunduk pada tekanan berlebihan. "Saya ingin menekankan bahwa dalam konteks geopolitik saat ini, kami memastikan UE tidak menaruh semua telurnya dalam satu keranjang," ujarnya kepada wartawan di Singapura.
Secara bilateral, tambahnya, UE mempercepat perundingan dagang dengan Indonesia, Filipina, Thailand, dan Malaysia, empat negara kunci dari ASEAN, kawasan dengan populasi lebih dari 650 juta jiwa.
"Kami juga meningkatkan keterlibatan dengan India. Kami baru saja menyelesaikan satu putaran negosiasi tambahan pekan lalu,” lanjut Sefcovic.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah penandatanganan perjanjian perdagangan digital antara Uni Eropa dan Singapura pada hari yang sama.
"Tujuan kami sangat jelas: terus menandatangani perjanjian dan tetap menjadi mitra yang andal, dipercaya, dan dapat diprediksi dalam lanskap global yang berubah cepat,” tegasnya.
Sefcovic juga mengungkapkan bahwa UE tengah menjajaki "kerja sama yang ditingkatkan” dengan anggota Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Editor: Agus Setiawan