Perang Suriah dan upaya perdamaiannya jadi topik terpenting Konferesi Keamanan di München. Juga disoroti topik lain yang dianggap guncang stabilitas keamanan global. Diantaranya konflik Ukraina.
Iklan
Konferensi keamanan di München yang dihadiri 17 negara mendiskusikan dan merumuskan rencana ambisius untuk akhiri perang saudara di Suriah. Perdebatan di München Kamis kemarin terutama bertujuan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian yang macet. Ironisnya dua pihak yang berkonflik, rezim Bashar al Assad dan oposisi, tidak hadir dalam perundingan.
Negara-negara itu setuju untuk menghentikan kekerasan di seluruh Suriah, dan itu akan dimulai dalam sepekan mendatang. Demikian dinyatakan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dalam konferesi pers, setelah berunding lama dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.
Kelompok yang menamakan diri International Syria Support Group juga setuju untuk memperlancar dan memperluas pemasokan bantuan kemanusiaan, dan itu akan dimulai secepat mungkin. Kerry menyatakan, perudingan antara pemberontak dan rezim akan segera dimulai, tetapi ia memperingatkan, "yang kita peroleh sekarang hanya kata-kata yang tertulis di kertas. Sedang yang kita perlukan adalah langkah nyata di lapangan."
Ragukan terobosan?
Mengingat hal itu, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier yang bertindak sebagai tuan rumah menyatakan, apakah perundingan bisa disebut terobosan, hanya bisa dilihat beberapa hari mendatang.
Perundingan perdamaian di Jenewa terhenti awal bulan ini, segera setelah dimulai, setelah pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar al Assad, dengan didukung pesawat pembom Rusia dan tentara dari Iran melacarkan seragan ke kota Aleppo yang jadi markas oposisi.
Serangan yang dilancarkan sejak 1 Februari itu menyulut gelombang pengungsi baru. Diperkirakan sekitar 50.000 orang melarikan diri, sekitar 500 tewas, semetara oposisi berada di posisi terkepung. Perang saudara Suriah yang sudah berlangsung sejak tahun 2011 ditaksir telah menewaskan lebih 260.000 orang.
Rusia dan Ukraina
Di samping membicarakan masalah Suriah, KTT Keamanan di München juga merundingkan ancaman lain terhadap stabilitas dunia, yaitu peran Rusia di Ukraina. Hal ini disebut sebagai "krisis dalam hubungan Barat-Rusia". Namun Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir dalam perundingan sehingga hasil maksimal tidak bisa tercapai.
Sebelum pertemuan, Wolfgang Ischinger yang mengepalai konferesi menekankan, konflik Ukraina masih terus berjalan. Sejumlah insiden militer dan bentrokan antara Rusia dan Barat menjadi risiko eskalasi yang tidak bisa diabaikan.
Dua hari menjelang konferesi, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, aliansi militer Barat itu akan meningkatkan aktivitasnya di Laut Hitam, yag mengelilingi kawasan Krimea yang dianeksasi Rusia dari Ukraina.
ml/as (twitter, dpa, afp)
Pelanggaran HAM di Ukraina
Sebuah laporan PBB menyatakan kejahatan perang mungkin dilakukan separatis di Ukraina Timur. Tapi militer Ukraina juga melakukan pelanggaran.
Foto: picture-alliance/dpa
Perang Datang ke Kota-Kota
Pertempuran antara separatis pro Rusia dan militer Ukraina di sekitar kota-kota Luhansk dan Donetsk. Situasi bagi warga sipil di sana makin kritis, demikian pernyataan Komisi HAM PBB. Mereka terutama menuduh kaum separatis melakukan kejahatan besar.
Foto: picture-alliance/dpa
Kehilangan Ayah dan Putranya
Lebih dari 1.100 orang tewas dalam pertempuran sejak pertengahan April, demikian keterangan PBB. Tidak hanya pelaku bersenjata, namun juga warga sipil, bahkan anak-anak termasuk korban tewas. Warga daerah ini (foto) sedang meratapi tewasnya seorang ayah dan putranya dalam penembakan artileri.
Foto: picture-alliance/dpa
Persenjataan Berat Digunakan
Warga sipil kerap terjebak di antara kedua front, demikian PBB. Baik kaum separatis, seperti di Donetsk, maupun militer Ukraina menggunakan senjata berat di daerah yang penduduknya padat. PBB menuntut kedua belah pihak untuk berhati-hati dan melindungi hidup warga sipil.
Foto: Getty Images
Separatis dan Kekuasaan Mengerikan
Laporan PBB mengemukakan, kaum separatis melancarkan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan. Menurut Komisi HAM PBB, kaum separatis “kasar dan brutal” serta “punya perlengkapan baik dan terorganisir.“ Mereka kadang juga dipimpin orang Rusia. Komisi PBB punya 39 pengamat dan mendokumentasikan lebih dari 800 penculikan oleh separatis sejak pertengahan April.
Foto: picture-alliance/AP
Melarikan Diri dari Timur
Lebih dari 100.000 orang meninggalkan kampung halaman mereka. Banyak yang tinggal di tempat penampungan seperti di Kharkiv, untuk menghindari teror separatis dan pertempuran. Muncul juga berita, bahwa warga Rusia yang bermukim di Ukraina timur melarikan diri ke Rusia.
Foto: DW/A. Ainduchowa
Penembakan MH17: Pelanggaran HAM
Tanggal 17 Juli, pesawat Boeing 777 dari Malaysia Airlines jatuh di Ukraina timur akibat ditembak roket. 298 orang di pesawat itu tewas. Pesawat penumpang tersebut kemungkinan besar ditembak separatis pro Rusia. Ini bisa dinilai sebagai kejahatan perang, kata Komisaris HAM PBB Navi Pillay.
Foto: picture-alliance/dpa
Keadilan di Den Haag?
Pihak yang bertanggungjawab bisa diajukan ke Mahkamah Pidana Internasional. Komisaris HAM PBB Navi Pillay memperingatkan: siapapun yang melanggar hukum internasional akan dihadapkan ke pengadilan. Itu juga berlaku atas anggota milisi asing yang terlibat dalam konflik Ukraina.
Foto: AP
7 foto1 | 7
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.