Bagi Sukarno, terwujudnya persatuan Indonesia adalah hal yang amat penting. Bagaimana semangat persatuan itu kini di tanah air? Berikut opini Rahadian Rundjan.
Iklan
Kata ‘persatuan Indonesia' menggema dengan lantangnya di hari-hari belakangan ini, dalam kondisi politik Indonesia yang terus menggalami gejolak dan kian hari kian kompleks. "Istilah" ini tidak hanya dilontarkan oleh Presiden Joko Widodo selaku pelaksana konstitusi Indonesia dan pejabat-pejabat pemerintah lainnya. Namun juga digembar-gemborkan kalangan organisasi-organisasi masyarakat dengan aksi-aksi demonstrasinya yang bertitel ‘411' maupun ‘212' yang digelar belum lama ini.
Saya yakin, tiap pihak pasti memiliki tafsir yang berbeda-beda terhadap arti ‘persatuan' itu sendiri. Namun tak bisa dipungkiri, kata ibarat mantra ini adalah kunci dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. semua pasti menyadari, negara ini tak akan pernah eksis tanpa "persatuan" sederetan suku-suku bangsa yang sebelumnya terpisah-pisah dan dikotak-kotakan dalam sistem kolonialisme Belanda.
Dalam sejarahnya, Sukarno adalah seorang Indonesia pembawa pesan persatuan yang paling masyhur. Tidak hanya mempersatukan bangsa Indonesia, presiden pertama Republik Indonesia itu juga mempersatukan visi dan misi bangsa-bangsa Asia-Afrika Bahkan ian juga menyerukannya di tanah Eropa, di hadapan bangsa Jerman, yang ketika itu persatuannya tengah dikoyak-koyak oleh saudaranya sesama bangsa Barat, Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Bung Besar di Jerman Barat
Secara historis, kelahiran bangsa Jerman dan Indonesia cukup serupa. Keduanya berasal dari suku-suku bangsa yang independen sebelum tersatukan dalam bingkai ‘nation-state'; Jerman pada 1871 dan Indonesia pada 1945. Sukarno pasti geram melihat persatuan Jerman yang kala itu, pertengahan 1950-an, tengah terkoyak-koyak akibat kompromi politik sekutu pasca Perang Dunia II. Jerman Barat digenggam kubu Amerika Serikat dengan dukungan Inggris dan Perancis, dan kubu Uni Soviet mengendalikan Jerman Timur. Berlin, bekas ibukota pemerintahan "Kekaisaran Ketiga" Nazi, pun terbelah menjadi wilayah Barat dan Timur.
Karenanya, sentimen akan persatuan menjadi modal utama bagi Sukarno untuk menarik perhatian rakyat Jerman, kala ia mengunjungi Jerman Barat pada 18-26 Juni 1956. Terlebih saat itu moral dan prestise bangsa Indonesia terhadap isu persatuan sedang barada di posisi cukup tinggi setelah terbukti sukses menggelar Konferensi Asia-Afrika di Bandung setahun sebelumnya.
Dampaknya, Sukarno pun dikenal sebagai pembawa pesan kebebasan bangsa-bangsa dunia dari cengkraman blok-blok politik Barat dan Timur. Dan saya kira, hal itulah yang menjadi dasar bagi Presiden Theodor Heuss, Presiden Jerman Barat kala itu untuk mengundang Sukarno datang berkunjung ke negaranya.
Bandung di Jantung Politik Dunia
Konferensi Asia Afrika 1955 menempatkan Bandung sebagai episentrum kekuatan politik negara berkembang. Pertemuan itu juga digunakan berbagai negara untuk mengusung agenda pribadi, termasuk untuk menolak negara Malaysia.
Foto: National Archives of the Republic of Indonesia
Episentrum Politik Dunia
Sebanyak 29 negara yang baru atau belum merdeka mencoba membebaskan diri dari himpitan neokolonialisme dengan berkumpul di Bandung. Setidaknya pada tanggal 18 April 1955, kota tersebut menjadi pusat episentrum kekuatan politik negara-negara berkembang yang muak dengan tekanan Perang Dingin.
Netralitas di Tengah Perang Dingin
Konfrensi Asia Afrika di Bandung diikuti oleh 23 negara Asia dan enam negara Afrika yang mewakili separuh penduduk Bumi. Saat itu Perang Dingin antara Uni Sovyet dan Amerika Serikat sedang memuncak. Konferensi di Bandung nantinya menjadi batu loncatan bagi terbentuknya kelompok negara-negara Non Blok.
Foto: National Archives of the Republic of Indonesia
Kepiawaian Nasser
Konferensi yang disiapkan oleh Ruslan Abdulgani itu antara lain dihadiri oleh Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser (3 dr. Ki.) dan pangeran Faisal Ibn Abdul Azis yang kemudian menjadi raja Arab Saudi (2 dr. Ki.) Terutama Nasser menjadi figur utama dalam konfrensi di Bandung. Ia antara lain berhasil membujuk negara lain mendukung kemerdekaan Tunisa, Aljazair dan Maroko dari penjajahan Perancis.
Foto: National Archives of the Republic of Indonesia
Misi Zhou
Perdana Menteri Cina, Zhou En Lai adalah nama mentereng lain yang hadir di Bandung. Zhou sempat selamat dari percobaan pembunuhan sesaat sebelum bertolak ke Indonesia. Di konfrensi Asia-Afrika pemimpin Cina itu memiliki misi besar, yakni memperkuat posisi Cina di dunia internasional dan mengisolasi Taiwan.
Foto: National Archives of the Republic of Indonesia
Loyalitas Tionghoa
PM Cina Zhou, tampak berbicara dengan Mufti Palestina Amin al Husaini, juga menandatangani deklarasi yang menyerukan kepada warga Tionghoa di luar negeri agar menyatakan loyalitas terhadap negara tempat tinggal dan bukan kepada Cina. Point tersebut adalah isu sensitif buat Indonesia dan beberapa negara lain yang hadir dalam konferensi.
Foto: National Archives of the Republic of Indonesia
Papua di Tangan Sukarno
Serupa kepala negara lain, Sukarno memanfaatkan Konferensi Asia Afrika buat mendorong agenda sendiri. Ia misalnya sukses memasukkan butir penolakan terhadap pembentukan negara Malaysia oleh Inggris dan membetoni klaim Indonesia atas Papua Barat.
Foto: Getty Images
Lima Menentang Adidaya
Kendati kemudian menghilang, Konferensi Asia-Afrika membuka jalan bagi terbentuknya Gerakan Non Blok yang digalang oleh Sukarno, Gamal Abdul Nasser, PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Ghana Kwame Nkrumah dan Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito. Kelima negarawan sepakat menerapkan konsep "netralitas positif" untuk menghindari himpitan dua adidaya, Uni Sovyet dan Amerika Serikat.
Foto: National Archives of the Republic of Indonesia
7 foto1 | 7
Adapun Jerman bukanlah negeri yang asing bagi Sukarno. Karya-karya pemikir Jerman seperti Immanuel Kant, Friedrich Hegel, Karl Marx, Friedrich Engels, dan Friedrich Nietzche sudah dilahapnya sedari muda. Istimewanya, mesin tik buatan Jerman jugalah yang mengabadikan teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, hasil tulisan Sukarno, pada 1945. Sukarno fasih berbahasa Jerman, bahkan ia juga tahu dan mendengarkan lagu-lagu patriotik Jerman, seperti ‘Ich hatt' einen Kameraden' dan ‘Horst-Wessel-Lied'.
Garis besar kegiatan Sukarno di Jerman Barat tertuang dalam laporan yang ditulis oleh sekretaris pribadinya, Winoto Danuasmoro, berjudul Perdjalanan P.J.M. Presiden Ir. Dr. Hadji Achmad Sukarno ke Amerika dan Eropah. Sukarno dan rombongan selalu disambut meriah di kota-kota yang dikunjunginya.
Namun, panggung sesungguhnya bagi seorang Sukarno untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya, dalam hal ini tentang persatuan, adalah dengan berada di tengah-tengah kerumunan massa, seperti yang kerap ia lakukan di tanah air. Sukarno mengunjungi Berlin Barat pada 20 Juni, didampingi oleh pejabat kota dan utusan-utusan kedutaan Soviet. Bagi publik Jerman, ini adalah sebuah kemenangan politis: seorang sosok pemersatu mahsyur mau menginjakkan kakinya di Berlin yang saat itu dapat dikatakan sebagai garis depan Perang Dingin dan simbol pecahnya persatuan bangsa Jerman pasca perang.
Sukarno mendukung persatuan Jerman
Sedangkan ceramahnya di kota Heidelberg, 22 Juni, Sukarno meninggalkan kesan yang lebih dalam. Di hadapan pejabat dan mahasiswa Universitas Heidelberg, universitas tertua di Jerman tersebut, ia mengutarakan adanya kesamaan sentimen antara bangsa Indonesia dan Jerman dalam hal mendambakan persatuan bangsa yang utuh dan damai, tanpa intervensi kelompok-kelompok asing. Sukarno menjadi pemimpin asing pertama yang datang ke Jerman pasca perang yang secara eksplisit mengutarakan dukungannya terhadap persatuan bangsa Jerman.
Misteri Di Balik Supersemar
Supersemar mengubah wajah Indonesia dalam sekejap. Tidak banyak yang diketahui tentang surat sakti yang membuka jalan kekuasaan Suharto itu. Sang diktatur sendiri memilih membawa rahasianya itu hingga ke alam baka
Foto: Public Domain
Sejarah di Surat Palsu
Saat ini arsip negara menyimpan tiga versi Surat Perintah Sebelas Maret. Salah satunya berasal dari Sekretariat Negara, yang lain dari Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat dan terakhir cuma berupa salinan tanpa kop surat kenegaraan. Ketiga surat tersebut dinyatakan palsu oleh sejarahawan. Hingga kini tidak jelas di mana keberadaan salinan asli Supersemar.
Foto: Public Domain
Tiga Diutus Suharto
Misteri juga menggelayuti penandatanganan Supersemar. Awalnya Sukarno dilarikan ke Bogor setelah sidang kabinet 11 Maret 1966 di Jakarta dikepung oleh "pasukan liar" yang kemudian diketahui adalah pasukan Kostrad. Di Bogor Sukarno disantroni tiga jendral utusan Suharto. Sejarah lalu mencatat buram apa yang terjadi di Istana. Yang jelas pulang ke Jakarta ketiga jendral telah mengantongi Supersemar
Foto: picture alliance/United Archives/WHA
Sebuah Pistol dan Amuk Massa
Tidak jelas bagaimana Sukarno mau menandatangani surat yang praktis melucuti kekuasaannya itu. Kesaksian pengawal presiden, Sukardjo Wilardjito, menyebut Sukarno ditodong pistol oleh seorang jendral utusan Suharto. Catatan lain menyebut Sukarno terpaksa membubuhkan tandatangannya karena saat itu istana Bogor telah dikepung tank-tank TNI dan ribuan massa yang berunjuk rasa.
Foto: picture-alliance/dpa
Serah Kuasa Jendral Bintang Lima
Supersemar diyakini tidak menyebut secara eksplisit penyerahan kekuasaan kepada Suharto seperti yang dipropagandakan oleh TNI. Dalam pidato Sukarno pada 17 Agustus 1966 ia mengecam pihak yang telah menghianati perintahnya. "Jangan jegal perintah saya. Jangan saya dikentuti!" pekiknya saat itu. Sukarno kembali menekankan Supersemar bukan "transfer of authority, melainkan sekedar surat perintah"
Foto: picture-alliance/dpa
Surat Istana Berkop Militer
Sejumlah orang mengaku mengetik Supersemar, antara lain Letkol (Purn) Ali Ebram, seorang perwira Cakrabirawa. Menurutnya ia mengetik naskah Supersemar dengan didampingi langsung oleh Sukarno. Namun sejahrawan Irlandia, Benedict Anderson mencatat kesaksian perwira lain bahwa Supersemar ditulis di atas kertas berkop Markas Besar Angkatan Darat. Artinya naskah Supersemar tidak disusun oleh Sukarno
Foto: Bartlomiej Zyczynski/Fotolia.com
Gerak Cepat Suharto
Hanya 24 jam setelah terbitnya surat sakti itu Suharto membubarkan PKI, menangkapi anggota kabinet dan orang-orang tedekat Sukarno. Menurut adik Suharto, Probosutedjo, surat itu tidak secara eksplisit memerintahkan pembubaran PKI. Sebab itu pula Sukarno menerbitkan surat perintah 13 Maret buat menganulir Supersemar. Serupa Supersemar, naskah asli surat perintah itu hingga kini lenyap tanpa bekas
Foto: Carol Goldstein/Keystone/Getty Images
Terbenamnya Sang Putra Fajar
Setelah kekuasaannya dilucuti, Sukarno diasingkan dari kancah politik di Jakarta. Ia dilarang membaca koran atau mendengar radio. Kunjungan keluarga dan layanan kesehatan dibatasi. Sementara itu Suharto mulai membangun kekuasaan dengan membentuk kabinet dan membujuk parlemen untuk mengesahkan Supersemar dalam TAP MPRS No. IX/MPRS/1966.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/A. Priyono
Membisu Hingga ke Alam Baka
Supersemar pada akhirnya digunakan oleh Suharto untuk melahirkan rejim orde baru. Hingga kematiannya sang diktatur tidak berniat membuka tabir sejarah gelap tersebut, begitu pula dengan orang-orang terdekatnya. Berbagai upaya yang dilakukan Arsip Nasional untuk menemukan naskah asli Supersemar terbentur sikap diam pejabat orba. Saat ini semua saksi kunci Supersemar telah meninggal dunia.
Foto: Public Domain
8 foto1 | 8
"Semoga perjuangan kalian, kawan-kawan Jerman-ku, akan segera terpenuhi. Mudah-mudahan negara kita dapat disatukan oleh sebuah semangat yang menginspirasi seorang besar, Friedrich Schiller, untuk berkata: kita (orang-orang Jerman) adalah negara persaudaraan yang sebenar-benarnya, dan tidak pernah menjadi bagian dari ancaman dan ketakutan," ujar Sukarno.
Saya yakin bahwa anak-anak muda Jerman pasti terkesima menyaksikan Sukarno, seorang manusia Asia yang di masa Nazi Jerman dilecehkan ‘kemurnian' ras-nya, justru tahu banyak tentang sejarah mereka dan memahami harapan rakyat Jerman Barat untuk bersatu kembali dengan saudara-saudara sebangsanya di Jerman Timur, tanpa sekat-sekat politik apapun.
"Pidato Sukarno, baik di Bonn maupun di Heidelberg, mendapat perhatian dan sambutan yang hangat sekali. Beratus-ratus mahasiswa berjenis kebangsaan, laki, perempuan terpaksa duduk di lantai, karena gedung yang luas dan besar itu penuh sesak padat,” tulis Winoto. Dalam kesempatan yang sama, Universitas Heidelberg menyematkan Sukarno gelar doktor kehormatan, setelah sebelumnya gelar serupa juga diberikan kepadanya oleh Universitas Teknik Berlin.
Sebaliknya di Belanda, kunjungan Sukarno ke Amerika dan Eropa justru menuai protes, terutama dari Menteri Luar Negeri Joseph Luns. Alih-alih dinilai sebagai tokoh pemersatu, publik Belanda nyatanya masih melihat Sukarno sebagai sosok pemecah belah angan-angan kolonialisme Belanda. Terlebih saat itu masalah kepemilikan Irian Barat yang dirundingkan oleh Belanda dan Indonesia masih belum sampai ke titik temu. Namun toh, kecaman itu justru membuat publik Jerman lebih bersimpati terhadap Indonesia daripada kepada negara tetangganya tersebut.
Tidak hanya membicarakan tema politik, kunjungan Sukarno juga membawa misi ekonomi. Ia mengunjungi pabrik-pabrik Jerman ternama seperti Krupp (Essen), Borgward (Hamburg), Hoechst AG dan IG Farben (Frankfurt), serta Daimler-Benz (Stuggart). Paerusahaan-perusahaan tersebut lalu berangsur-angsur menanamkan investasinya dan berperan dalam memajukan perekonomian Indonesia; inilah buah tangan manis dan bernilai ekonomis yang dibawa oleh Sukarno dari kunjungannya ke Jerman Barat untuk pembangunan Indonesia.
Ganyang Malaysia: Manuver Terakhir Sukarno
Konfrontasi dengan Malaysia menandai tahun-tahun terakhir kekuasaan Sukarno. Berbekal dukungan Uni Sovyet dan Cina, sang pemimpin besar akhirnya memulai kampanye ganyang Malaysia yang berakhir pahit buat Indonesia.
Foto: gemeinfrei
Manuver Politik Berbuah Isolasi
"Soal pengganyangan Malaysia adalah soal nasional," teriak Sukarno saat berpidato membela politik konfrontasinya pada 1964. Setahun sebelumnya dia menentang niat Inggris membentuk negara federal Malaysia yang menggabungkan Serawak. Sebagian menulis Sukarno ingin mengalihkan publik dari kisruh politik dalam negeri. Akibat konflk Malaysia, Indonesia semakin terisolasi dari dunia internasional
Foto: picture-alliance/dpa
Krisis Diplomasi Disambut Amuk Massa
Setelah Malaysia terbentuk September 1963, Indonesia langsung memutuskan hubungan diplomatik. Beberapa hari kemudian massa merusak gedung Kedutaan Besar Inggris dan Singapura. Sebagai reaksi, pemerintah Malaysia menangkapi agen rahasia Indonesia. Ribuan penduduk juga berunjuk rasa di depan kedutaan besar Indonesia di Kuala Lumpur.
Foto: gemeinfrei
Perang Kecil demi Gagasan Besar
Sukarno pun memerintahkan RPKAD buat menyusup ke Serawak buat membina sukarelawan lokal. TNI juga mendukung upaya kudeta di Brunei Darussalam dengan mendidik 4000 milisi bersenjata. Akibatnya Inggris yang saat itu masih memiliki pangkalan tempur di Singapura mengirimkan pasukannya ke Kalimantan Utara.
Foto: gemeinfrei
Menyusup dan Takluk
TNI berulangkali menggelar operasi penyusupan dengan mengirimkan sukarelawan dan serdadu ke utara Kalimantan. Pada September 1964, militer Indonesia bahkan menerjunkan pasukan gerak cepat ke semenanjung Malaysia. Dari 96 pasukan terjun payung, 90 di antaranya berhasil ditangkap atau dibunuh oleh serdadu Malaysia dan Inggris.
Foto: gemeinfrei
Kalimantan Berdarah
Militer Inggris tidak cuma membantu pembentukan angkatan bersenjata Malaysia, melainkan juga mendidik anggota suku-suku lokal buat bertempur melawan penyusup Indonesia di utara Kalimantan. Tapi menyusul sikap keras Jakarta yang bersikukuh menyusupkan milisi bersenjata ke Malaysia, Inggris kemudian menggelar kampanye militer yang disebut Operasi Claret.
Foto: gemeinfrei
Operasi Claret
Dalam operasi tersebut Inggris dan Malaysia memindahkan garis pertahanan ke wilayah Indonesia buat menghadang penyusup. Karena kehawatir menyulut perang terbuka dengan Indonesia, Inggris melaksanakan operasi secara terbatas dan sangat rahasia. Kampanye militer ini berlangsung antara 1964 hingga 1966.
Foto: gemeinfrei
Berakhir di Era Suharto
Politik Ganyang Malaysia berakhir setelah kekuasaan Sukarno dilucuti setelah peristiwa G30SPKI. Suharto yang kemudian berkuasa tidak berniat melanjutkan kebijakan pendahulunya itu. Walhasil penguasa baru Indonesia menggelar berbagai perundingan rahasia yang berujung pada kesepakatan damai Agustus 1966. Sebanyak 590 tentara Indonesia tewas, sementara di pihak Inggris tercatat 114 serdadu.
Foto: DW
7 foto1 | 7
Persatuan yang Terancam
Apa yang dapat dipelajari dari kisah kecil kunjungan Sukarno ke Jerman Barat ini? Salah satunya ialah, bahwa bangsa ini pernah mencapai kepercayaan diri dan pemahaman yang tinggi akan sebuah konsepsi persatuan, sesuatu yang agaknya amat sangat sulit ditemukan saat ini.
Pemerintah sekarang memang lantang menyerukan persatuan, tetapi seakan tidak serius (atau tidak berdaya) dalam menghadapi elemen-elemen radikal dari organisasi masyarakat yang justru mengancam persatuan itu sendiri. Tentu saja ini sikap yang kerdil dan patut disayangkan apabila dibandingkan dengan masa ketika Indonesia masih memiliki Sukarno, seorang presiden yang tidak pernah setengah-setengah menyerukan pentingnya persatuan. Bukan hanya untuk Indonesia, namun untuk bangsa-bangsa manapun yang mendambakannya.
Pesan Sukarno tentang persatuan Jerman akhirnya terwujud kala tembok Berlin runtuh pada 1989. Sedangkan di saat yang sama, bangsa Indonesia malah tengah tersekap oleh teror persatuan ala Orde Baru. Dan kini, Indonesia maupun Jerman kembali harus berjuang mempertahankan persatuan masing-masing, di tengah gencarnya gelombang gerakan Islam radikal.*
Penulis:
Rahadian Rundjan (ap/as)
Esais, kolumnis, penulis dan peneliti sejarah
@rahadianrundjan
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Negara Yang Terbelah dan Bersatu Kembali
3 Oktober 1990 - setelah 45 tahun terpecah, Jerman akhirnya bersatu lagi. Satu peristiwa sejarah yang mengubah tatanan dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
9 November 1989 - Perbatasan Dibuka
Seorang anggota politbiro, Günter Schabowski, dalam satu konferensi pers mengatakan, warga Jerman Timur bisa pergi ke luar negeri tanpa perlu visa. Setelah penundaan yang menyebabkan warga berdesak-desakan di gerbang perbatasan, akhirnya pintu perbatasan kembali dibuka. Tembok Berlin runtuh. "Kita warga Jerman, warga yang kini paling berbahaiga," dikatakan walikota Berlin Walter Momper.
Foto: picture-alliance/dpa
18 Maret 1990 - Pemilu Bebas Pertama di Jerman Timur
Suasana yang makin panas di Jerman Timur memaksa parlemen memajukan pemilu yang bebas. Tema kampanye yang paling bergaung adalah isu penyatuan Jerman. Pemilu dimenangkan Aliansi Pro Jerman. Ini mempercepat penyatuan kembali Jerman. 12 April 1990, Lothar de Maizière terpilih sebagai presiden Jerman Timur.
Foto: cc-by-sa/Bundesarchiv
1 Juli 1990 - Penyatuan Mata Uang
Pertengahan tahun 1990, Jerman Timur makin terancam bubar. 15 ribu warga setiap minggunya lari meninggalkan negeri ini. Demonstrasi memaksa pemerintah memakai mata uang bersama. 1 Juli, pukul 00:00, D-Mark menjadi mata uang Jerman Timur. Satu langkah awal yang penting dalam penyamarataan standar hidup warga di wilayah barat dan timur Jerman.
Foto: picture alliance/dpa
16 Juli 1990 - Awal Sejarah Dunia di Gubuk Kecil
Di rumah berburu milik Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev di Kaukasus dibuat terobosan penting antara Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl dan Gorbachev: Jerman akan mendapat lagi kedaulatan penuh. Imbalan bagi Moskow: Uni Soviet mendapat bantuan dana sebesar 63 juta Mark, yang antara lain dipakai untuk penarikan mundur pasukan militernya dari wilayah Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
23 Agustus 1990: Jerman Timur Setuju Bersatu Kembali
Lothar de Maizière (kanan) memanggil parlemen untuk rapat darurat. Keputusannya: "Mulai tanggal 3 Oktober 1990, Jerman TImur akan masuk dalam cakupan hukum negara Jerman seperti yang tertera dalam paragraf 23 konstitusi negara Jerman." Kepala Partai PDS Gregor Gysi (kiri) menyebut tanggal 3 Oktober sebagai "hari runtuhnya Republik Demokrasi Jerman."
Foto: cc-by-sa/Bundesarchiv
12 September 1990 - Andil Banyak Pihak
Sejak bulan Mei, para menteri luar negeri keempat negara pendudukan (AS; Uni Soviet, Inggris, Perancis) dan kedua negara Jerman telah tiga kali bersidang. Di Moskow, 12 September 1990, ditandatangani kesepakatan oleh keenam menteri luar negeri: Jerman tidak boleh melanggar garis batas yang telah ditetapkan, serta diberikan kedaulatan penuh.
Foto: picture-alliance/dpa
3 Oktober 1990 - Hari Bersejarah bagi Jerman
Jerman Timur bubar. Di malam tanggal 2 Oktober, warga Jerman merayakan penyatuan kembali dengan membunyikan lonceng gereja dan menyulut kembang api. Ratusan ribu warga berkumpul di depan gedung parlemen Jerman Reichstag di Berlin. Seluruh dunia turut menyaksikan peristiwa besar ini.