Sebagian warga Jerman merasa situasinya kini kurang aman. Secara bersamaan, jumlah pembelian senjata api ringan bertambah. Pakar berpendapat, bertambahnya pemilik senjata justru cenderung berdampak negatif.
Iklan
Jumlah orang Jerman yang memperolehizin kepemilikan senjata meningkat dalam dua tahun terakhir. Pada bulan Januari 2016, hanya di bawah 301.000 orang memiliki izin semacam itu; Desember 2017 ada lebih dari 557.000.
Penjual senjata mengatakan bahwa senter khusus bela diri, stun gun, dan semprotan gas laku terjual. Kursus bela diri juga semakin populer.
Persepsi keselamatan
Hasil jajak pendapat Januari 2017 menunjukkan bahwa mayoritas warga Jerman merasa aman. Namun sekitar 25 persen dari populasi merasa adanya persepsi yang meningkat bahwa negara ini tidak aman lagi. Survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian opini Infratest dimap, menunjukkan bahwa 23 persen orang Jerman merasa "cukup tidak aman" atau "sangat tidak aman." Sekitar 32 persen merasa "kurang aman" dibandingkan dua tahun sebelumnya. Lebih dari dua pertiga menyatakan bahwa "tidak banyak yang berubah" bagi mereka.
Apakah Ada Area Slum di Negara Maju Seperti Jerman?
Daerah kumuh seperti Kampung Pulo di Jakarta tidak ada di Jerman. Tapi di sini juga ada "kemiskinan" dan tunawisma. Berikut fakta-fakta tentang kemiskinan di Jerman yang mungkin Anda belum ketahui.
Foto: picture-alliance/dpa/N.Armer
860 ribu orang tidak punya tempat tinggal
Saat ini di Jerman tercatat ada sekitar 860.000 tunawisma. Tapi hanya sedikit dari mereka yang harus tidur di jalan. Kebanyakan mendapat tumpangan di rumah kerabat, teman atau kenalan.
Foto: picture-alliance/dpa/B.Roessler
Tidur di stasiun kereta api
Ada sekitar 52.000 orang yang hidup di jalan, sekitar 6 persen dari jumlah tunawisma yang ada. Stasiun kereta api dan trem bawah tanah di Frankfurt menyediakan tempat khusus bagi para tunawisma untuk berlindung dari hujan dan cuaca musim dingin.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Arnold
Ratusan ribu pengungsi perlu tempat tinggal
Ada sekitar 440 ribu pengungsi di Jerman yang berhak mendapatkan tempat tinggal, seperti keluarga pengungsi dari Suriah ini. Tapi kebanyakan pengungsi masih ditampung di tempat-tempat penampungan pengungsi.
Foto: picture alliance/dpa/S. Pförtner
Kampung peti kemas penampungan sementara pengungsi
Di sini dibangun "kampung peti kemas". Ada 256 rumah kecil yang dibuat dari peti kemas dibangun di tempat penampungan pengungsi Tempelhofer Feld di Berlin ini. Satu rumah kecil terdiri dari tiga peti kemas, lengkap dengan kamar mandi dan dapur. Kampung ini siap menampung lebih 1000 pengungsi.
Foto: picture alliance/dpa/B. von Jutrczenka
Terutama perempuan dan keluarga migran
Yang sering terusir dari rumah tinggalnya terutama perempuan dan keluarga migran pengungsi. Mereka sering tidak mampu lagi membayar sewa rumahnya. Foto di atas: Anna di kamar tinggalnya seluas 7 m2 di Hamburg. Sebuah peti kemas yang dialih fungsikan menjadi kamar tinggal.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Wendt
Apartemen Sosial
Di Jerman ada rumah susun yang khusus dibangun untuk warga berpendapatan rendah. Biasanya disebut apartemen sosial (Sozialwohnung). Namun dalam 30 tahun terakhir, makin sedikit apartemen sosial. 30 tahun lalu masih ada 4 juta apartemen sosial di seluruh Jerman, saat ini tinggal sekitar 1,3 juta.
Foto: colourbox.de
Apartemen kecil untuk sendiri
Terutama apartemen kecil dengan 1 sampai 2 kamar tidur sulit didapat, karena makin banyak orang tinggal sendirian. Di Jerman saat ini diperkirakan ada 17 juta orang yang tinggal sendirian. Sedangkan hanya ada sekitar 5,2 juta apartemen kecil. Terutama di daerah perkotaan harga sewanya makin melangit.
Foto: picture alliance/dpa/A. Warnecke
Menjadi tunawisma dan berharap dapat kerja
Di Berlin saja diperkirakan ada sekitar 10.000 tunawisma, yang sering disebut "Penner". Sekitar 60 persen berasal dari Rumania, Bulgaria dan Polandia. Mereka bertahan dan berharap bisa mendapat pekerjaan kasar di kota besar.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Zinken
Tempat untuk tidur di musim dingin
Saat musim dingin, para tunawisma harus mencari tempat hangat untuk tidur. Pemerintah kota dan organisasi bantuan maupun gereja sering menyediakan bangsal tidur, seperti dalam foto di atas. Di Berlin, sejak tahun 1990 sudah ada sekitar 300 tunawisma yang mati kedinginan karena tidur di jalanan. (Teks: Volker Wagener/hp/vlz)
Foto: picture-alliance/dpa/B.Pedersen
9 foto1 | 9
Dina Hummelsheim-Doss, seorang peneliti sosiolog dan kriminologi, menduga bahwa kebanyakan orang tidak memperhatikan adanya perubahan dalam persepsi keselamatan di Jerman. "Dalam hal kekerasan misalnya, hanya sedikit orang Jerman yang merasa terancam dalam kehidupan sehari-hari," katanya pada DW. "Hampir tidak ada penelitian yang ilmiah tentang hal ini. Namun, salah satu studi awal menunjukkan bahwa perasaan tidak aman di Jerman telah meningkat sedikit."
Meski demikian, survei Infratest dimap menunjukkan bahwa banyak warga sudah mengambil sejumlah tindakan pencegahan. Sepertiga dari responden polling tersebut mengatakan bahwa mereka menghindari jalan-jalan tertentu di malam hari. Hampir dua pertiga mengatakan bahwa mereka memiliki sejenis senjata untuk melindungi diri mereka sendiri.
Seniman Graffiti di Berlin Melawan Simbol Nazi di Dinding
Seniman Graffiti Berlin Ibo Omari terganggu dengan banyaknya gambar-gambar simbol Nazi yang dibuat pendukung ekstrem kanan. Dia lalu menggagas "PaintBack", proyek graffiti menutupi simbol-simbol itu dengan lukisan baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kembowski
Ibo Omari, terganggu dengan gambar-gambar simbol Nazi
Seniman graffiti di Berlin ini merasa terganggu dengan munculnya gambar-gambar simbol Nazi yang dibuat pendukung ekstrem kanan di daerah tempat tinggalnya.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Paintback: Merebut lagi ruang-ruang dinding dari tangan ekstrem kanan
Ibo Omari lalu menggagas proyek Paintback. Idenya: menutupi gambar-gambar simbol Nazi dengan gambar lain, sehingga simbol itu menghilang.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kembowski
Makin banyak simbol Nazi bertebaran
Dengan masuknya arus pengungsi dari kawasan perang di Timur Tengah, makin banyak pula simbol Nazi muncul di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kembowski
Menciptakan simbol baru
Proyek seni Paintback berusaha mengembalikan tembok menjadi kanvas lukisan-lukisan lucu dan mencerahkan, bukan tempat untuk simbol-simbol politik radikal.
Foto: Legacy BLN - Graffiti Culture & Art Tools
Dari lambang swastika Nazi jadi gambar burung hantu
Dengan menggambari simbol-simbol Nazi yang disebar pendukung ekstrem kanan, para seniman ingin unjuk diri dan menegaskan kehadiran mereka sebagai penjaga perdamaian.
Foto: Legacy BLN - Graffiti Culture & Art Tools
Mengajak anak-anak melukis graffiti
Di proyek Paintback, anak-anak bisa belajar melukis graffiti. Pesertanya berusia 9 sampai 14 tahun. Mereka melihat dulu foto-foto simbol Nazi yang ada di tembok, lalu mengembangkan ide sendiri, gambar apa yang mau dilukis di atas simbol Nazi itu.
Foto: Legacy BLN - Graffiti Culture & Art Tools
Jadi sorotan internasional
Graffiti anak-anak Paintback ternyata menjadi perhatian media-media internasional. Sebuah video pendek yang memperkenalkan gambar-gambar mereka dalam waktu singkat mendapat perhatian dari ratusan ribu orang. Beritanya juga muncul di koran bergengsi "New York Times".
Proyek Paintback membuktikan, langkah sederhana pun cukup untuk berkiprah menentang ideologi ekstrem kanan. Dan hal itu bisa dilakukan oleh tua dan muda.
Foto: Reuters/H. Hanschke
8 foto1 | 8
Peran media
Bertambahnya minat membeli senjata ringan bersamaan dengan masa Jerman mulai menerima lebih banyak pengungsi. Saat ditanya oleh Infratest dimap kelompok mana yang paling mereka takuti, hampir sepertiga responden mengatakan "orang asing dan pengungsi." Kelompok kedua yang paling ditakuti, "neo-Nazi dan ekstremis sayap kanan," tertinggal 13 persen.
Meskipun demikian, Hummelsheim-Doss menekankan bahwa masih belum jelas apa dampak imigrasi terhadap rasa aman masyarakat. "Perkembangan ini kebanyakan disampaikan di media," katanya. "Biasanya, masyarakat mendapat informasi dari media tanpa bisa menilai sendiri masalah apa yang dihadapi Jerman secara keseluruhan. Tapi tentu saja tidak dapat dikesampingkan bahwa perkembangan sosial - seperti imigran - menyebabkan ketakutan. Apakah ini dapat dibenarkan adalah masalah yang sama sekali berbeda. "
Kehidupan dan Sejarah Imigran di Jerman
Jerman adalah negara yang jadi tujuan imigran kedua terbesar setelah AS. Selama 60 tahun Jerman sudah menerima imigran. Sekarang sebuah pameran menengok kembali sejarah ini.
Foto: DW/J. Hennig
Nomor Dua di Dunia
Tahun 2013, sekitar 1,2 juta orang berimigrasi ke Jerman. Jerman, baik Barat dan Timur, sudah mengiklankan diri sebagai negara tujuan pekerja tamu sejak 1950-an. Sekarang, imigran terutama berasal dari negara-negara yang baru jadi anggota Uni Eropa. Mereka memperkaya kebudayaan dan keanekaragaman kuliner di Jerman.
Foto: DW/J. Hennig
Para "Gastarbeiter" (Pekerja Tamu)
Di tahun 1950-an Jerman Barat mengalami kemajuan ekonomi. Untuk mengatasi situasi kurangnya pekerja, pemerintah mempromosikan kemungkinan kerja bagi pekerja tamu dari luar negeri. Mulai 1950-an, sebagian besar orang yang datang ke Jerman sebagai pekerja, hidup dalam kemiskinan di negara asalnya.
Foto: DW/J. Hennig
Kantor Penghubung
Antara 1955 dan 1968 Jerman Barat menandatangani kesepakatan dengan Italia, Spanyol, Yunani, Turki, Maroko, Korea Selatan, Portugal, Tunisia dan Yugoslavia. Di negara-negara itu didirikan kantor khusus untuk orang-orang yang ingin melamar pekerjaan.
Foto: DW/J. Hennig
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum pekerja diijinkan datang ke Jerman, kesehatan mereka diperiksa lebih dulu. Hanya mereka yang sehat dan mampu bekerja mendapatkan pekerjaan di Jerman Barat.
Foto: DW/J. Hennig
Yang Kesatu Juta
Armando Rodrigues de Sá dari Portugal (38), menjadi pekerja ke 1 juta, disambut kedatangannya di stasiun kereta api Köln-Deutz pada September 1964. Pengrajin kayu itu mendapat hadiah sepeda Motor, yang kini masih tersimpan di Museum Haus der Gesichte Bonn.
Foto: DW/J. Hennig
Seberangi Eropa dengan "Türkenkutsche"
Dengan Ford Transit ini, Sabri Güler mengadakan perjalanan dari utara ke selatan Eropa. Pedagang bahan pangan dari Turki itu menjadikan mobil ini sebagai toko keliling. Ford model ini sangat disukai imigran Turki, karena bisa memuat banyak barang. Karena itu, di Jerman Ford Transit sering disebut "Türkenkutsche" (Kereta Turki).
Foto: DW/J. Hennig
Pekerja Kontrak di Jerman Timur
Pertengahan 1960-an pekerja tamu juga dibutuhkan di Jerman Timur yang komunis. Mereka disebut pekerja kontrak, dan terutama bekerja di industri tekstil. Sebagian besar dari mereka berasal dari negara sosialis seperti Vietnam, Kuba dan Aljazair. Pekerja imigran di Jerman Timur lebih sedikit daripada di Barat. Tahun 1989 jumlahnya hanya 190.000, sedangkan di Jerman Barat sudah lima juta orang.
Foto: DW/J. Hennig
Makanan Khas dari Berbagai Negara
Banyak pekerja tamu akhirnya tinggal di Jerman dan mendatangkan keluarga mereka. Mereka membawa serta banyak kebiasaan dan tradisi dari tanah air mereka ke Jerman. Sehingga keanekaragaman budaya menyebar. Ini tampak paling jelas jika melihat menu di restoran. Döner (Turki) sekarang jadi salah satu makanan cepat saji yang paling disukai di Jerman.
Foto: DW/S. Soliman
Kepala Berita Yang Negatif
Tahun 1980-an dan 1990-an muncul perdebatan di Jerman, karena timbulnya kekhawatiran terbentuknya "geto" kaum migran di kota-kota. Di samping itu, kriminalisasi remaja yang berlatar belakang imigran meningkat, dan diberitakan banyak media. Awal tahun 1990-an di Jerman Barat dan Timur terjadi sejumlah kekerasan rasisme.
Foto: DW/J. Hennig
Tradisi vs. Kebudayaan Barat
Di keluarga-keluarga imigran juga terjadi konflik kebudayaan. Sutradara Jerman-Turki Fatih Akin mengangkat pertentangan pendidikan Muslim-Turki dan kehidupan gaya Barat dalam filmnya "Gegen die Wand". Di festival film Berlinale 2004, film itu jadi produksi Jerman yang kembali mendapat penghargaan Beruang Emas, setelah 17 tahun sebelumnya penghargaan selalu diraih negara lain.
Foto: DW/J. Hennig
Pangeran Balam I
Organisasi karnaval dari kota Aachen, "Koe Jonge" mendeklarasikan Balam Bayarubanga asal Uganda jadi "pangeran". Balam I adalah pangeran karnaval pertama di Jerman yang berkulit hitam. Dengan langkah itu, organisasi pencinta karnaval ini memberikan sinyal menentang rasisme dan mendukung integrasi. Kostum pangerannya diserahkan Balam I untuk dipamerkan di museum Haus der Geschichte di Bonn.
Foto: DW/J. Hennig
11 foto1 | 11
Lebih banyak senjata, justru kurang aman?
Jadi apakah memiliki senjata menjamin tingkat keamanan yang lebih tinggi? Menurut ahli kriminologi dan pengacara Arthur Kreuzer, jawabannya adalah "tidak."
"Dalam situasi psikologis yang ekstrem, banyak orang menggunakan senjata api dan menembak diri mereka sendiri atau orang lain," katanya pada sebuah ceramah di Universitas Kepolisian Jerman bulan Juli 2017. "Jika tidak menggenggam senjata, beberapa kasus bunuh diri spontan atau pembunuhan tanpa disengaja dapat dihindari. . "
Apalagi, tambahnya, peningkatan kepemilikan senjata telah meracuni iklim koeksistensi. "Mentalitas senjata adalah menyebar ketidakpercayaan, ketakutan semakin meningkat, kepercayaan terhadap keamanan publik berkurang dan otoritas tunggal negara dalam memberlakukan perintah," kata Kreuzer.
Itulah sebabnya Hummelsheim-Doss percaya bahwa sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa orang Jerman merasa tidak aman. Ini biasanya terkait dengan kejahatan itu sendiri. "Kami tahu bahwa ketakutan akan kejahatan selalu sangat terkait dengan ketakutan lainnya," katanya. "Kejahatan selalu merupakan proyeksi masalah sosial, oleh karena itu kebijakan kejahatan harus lebih fokus pada masalah sosial masyarakat."
Kersten Knipp (vlz/ap)
10 Hal yang Harus Anda Ketahui Jika Datang di Jerman
Jika Anda akan datang ke Jerman, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui: hukum serta norma sosial yang mungkin tidak dikenal di tempat Anda.
Foto: picture alliance
Jangan Bekerja tanpa Izin Kerja
Bekerja tanpa izin kerja di Jerman berarti melanggar hukum. Jika seseorang terbukti bekerja secara ilegal, bisa divonis membayar denda atau bahkan hukuman penjara
Foto: picture-alliance/ZB
Bayar Pajak
Sistem perpajakan Jerman cukup rumit. Tapi jangan coba-coba untuk mungkir membayar pajak dengan alasan tidak mengerti. Menurut hukum, tidak membayar pajak dianggap sebagai "pencurian pada masyarakat". Membayar pajak merupakan kewajiban, juga bagi warga negara asing yang bekerja di Jerman.
Foto: Fotolia/Joachim B. Albers
Kekerasan terhadap Anak
Di Jerman, memukul anak merupakan satu tindak pidana. Hukuman fisik tidak diterima sebagai cara mendidik anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah. Hukum Jerman menyatakan: "Anak-anak memiliki hak untuk pendidikan yang bebas dari kekerasan. Hukuman fisik dan psikologis serta perlakuan yang merendahkan martabat adalah hal terlarang."
Foto: picture alliance / ZB
Wajib Sekolah
Anak berusia 6 tahun wajib terdaftar di satu sekolah. Seorang anak setidaknya harus bersekolah selama 10 tahun. Mangkir pergi ke sekolah dengan alasan keagamaan tidak diperbolehkan di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Pedersen
Jangan Ribut!
Setiap warga harus menjaga ketentraman lingkungan. Di Jerman, antara pukul 10 malam dan 6 pagi merupakan waktunya untuk "tenang". Tetangga bisa memanggil polisi, jika ia merasa terganggu oleh suara bising atau keributan yang terdengar dari rumah Anda.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Harga Pas
Jika berbelanja di toko, Anda boleh saja mencoba menawar satu barang yang harganya sudah tertera. Namun Anda jangan heran jika pelayan toko merasa bingung. Barang-barang yang dipajang di rak supermarket atau di toko-toko harganya sudah ditentukan. Anda bisa menguji kemampuan menawar harga di pasar-pasar loak di Jerman.
Foto: Fotolia/G. Sanders
Jangan Beri Makan Hewan
Tidak banyak hewan liar di Jerman. Dan jika ada, hewan-hewan ini dilindungi oleh undang-undang perlindungan hewan khusus. Dan, memberi makan pada kucing atau anjing tetangga tanpa minta izin bukanlah hal yang bijak. Jika binatang tersebut nantinya lebih dekat pada Anda, si pemilik bisa menuntut Anda secara hukum.
Foto: imago/blickwinkel
Tepat Waktu
Menepati janji dan tepat waktu merupakan hal yang sangat penting di Jerman. Citra seseorang akan rusak jika sering datang terlambat. Jika tidak tahu pasti apakah bisa datang tepat waktu, Anda harus memberitahukannya pada saat membuat janji.
Foto: picture alliance
Jaga Jarak
Di Indonesia, membelai atau memberi permen pada anak kecil di sekitar rumah kita merupakan kebiasaan yang normal. Di Jerman, Anda harus meminta izin dulu pada orangtua si anak. Tidak peduli seberapa ramah seorang anak yang tidak dikenal, Anda tetap harus menjaga jarak.
Foto: picture alliance/Bildagentur-online
Dilarang Cuci Mobil Sembarangan
Memang lebih murah untuk mencuci mobil di halaman rumah. Namun, di Jerman hal ini dilarang. Alasannya: perlindungan lingkungan. Sabun yang digunakan untuk mencuci mobil bisa berdampak buruk pada air tanah. Perlindungan lingkungan merupakan isu yang sangat penting untuk Jerman.