Berbagai spekulasi beredar sebagai penyebab kecelakaan pesawat Metrojet Rusia yang tewaskan 224 penumpangnya. Mesir sementara ini menuduh klaim ISIS menembak pesawat sebagai propaganda.
Iklan
Spekulasi terus beredar di saat tim pengusut gabungan dari Rusia dan Mesir terus menyidik penyebab kecelakaan pesawat Airbus A231 Metrojet, di semenanjung Sinai yang tewaskan 224 penumpangnya.
Ada 5 fakta yang sejauh ini sudah diumumkan dan diketahui oleh publik.
Pertama: Pesawat naas itu buatan 1997 dari tipe Airbus A 321-200 yang terkenal tangguh dan memiliki rekam jejak keamanan handal.
Kedua: Pesawat pecah di udara dan tidak ada tanda bahaya yang dikirim oleh pilot. Indikasinya sebaran puing pecahan pesawat dalam wilayah amat luas.
Ketiga: Penyebab kecelakaan belum diketahui dan masih diselidiki tim gabungan. Tapi kedua Black Box sudah ditemukan. Satu kotak hitam merekam pembicaraan di kokpit dan satu lagi data teknis pesawat.
Keempat: Pecahnya pesawat di udara adalah kasus langka. Tim penyidik kini mengarahkan perhatian pada insiden sebelumnya, saat pesawat naas itu mengalami kerusakan pada bagian ekor, ketika mendarat bagian ini menghantam landasan. Kerusakan dilaporkan telah diperbaiki.
Kelima: Di kawasan diketahui beroperasi milisi ISIS. Namun pesawat terbang pada ketinggian 30 ribu kaki, yang mustahil terjangkau serangan roket yang dimiliki teroris. Sedang disidik, apakah pemicu kecelakaan ada dalam pesawat?
Alexander Smirnov, wakil direktur Kogalymavia maskapai yang mengoperasikan Metrojet dalam konferensi pers Senin (02/11) mengatakan, ia yakin tidak ada kerusakan teknis atau kesalahan pilot dalam kecelakaan itu. Berdasar 4 asumsi penyebab kecelakaan yang dilontarkan pakar keamanan penerbangan, kini tinggal 2 faktor yang harus diteliti. Apakah ada impak dari luar? Atau impak dari dalam?
Smirnov menegaskan, satu-satunya penjelasan yang logis adalah adanya daya mekanik yang menerpa pesawat. Sebelumnya tim penyidik dari badan keselamatan penerbangan Rusia, Rosaviatsia menyebutkan: "terlalu dini untuk bisa menarik kesimpulan menyangkut penyebab kecelakaan".
Saat ini proses identifikasi forensik korban kecelakaan Metrojet masih terus dilaksanakan. Dari 114 jasad yang diterbangkan pulang ke St. Petersburg, sudah 10 korban dapat diidentifikasi jati dirinya. Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidato televisi menyampaikan dukacita kepada keluarga korban.
Cara Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat Terbang
Korban jatuhnya pesawat terbang seperti kasus Sriwijaya Air SJ182, seringnya sulit dikenali karena jasadnya rusak berat. Ilmu forensik memiliki metode standar untuk identifikasi korban yang sulit dikenali.
Foto: itestro/Fotolia.com
Sidik Jari atau Dactyloscopy
Korban tewas akibat jatuhnya pesawat atau tabrakan kereta api biasanya jumlahnya ratusan dan tidak utuh. Metode klasik identifikasi adalah dactyloscopy alias pelacakan sidik jadi. Nyaris tidak ada orang yang sidik jarinya identik. Dengan membandingkan sidik jari antemortem dan postmortem biasanya dapat dilacak jati diri korban.
Foto: picture alliance/ZB
Ciri Fisik atau Anthropometri
Jika jasad korban tidak rusak berat, berbagai ciri fisik juga dapat dijadikan acuan. Misalnya tanda tertentu pada tubuh, tahi lalat, bekas luka operasi, tatoo atau mungkin cacat tubuh. Beragam ciri bisa dicocokkan dan dilacak untuk menentukan jati diri korban.
Foto: AFP/GettyImages
Forensik Gigi atau Odontologi
Bentuk dan susunan gigi tiap orang juga unik. Di negara maju kebanyakan warganya rutin datang ke dokter gigi dan memiliki citra rekam gigi. Untuk korban kecelakaan yang jasadnya rusak berat, citra Röntgen gigi dengan segala ciri khasnya, termasuk gigi palsu atau yang dicabut bisa digunakan sebagai metode identifikasi jatidiri.
Foto: Fotolia/djma
Citra Röntgen
Salah satu metode identifikasi adalah dengan membandingkan citra rontgen saat masih hidup dan setelah meninggal. Misalnya melacak bekas kecelakaan, patah tulang atau deformasi lain. Namun sayangnya tidak banyak warga yang memiliki citra rontgen tubuh atau bagian tubuh. Tapi cara inipun sering digunakan untuk identifikasi korban kecelakaan pesawat atau bencana alam.
Sidik Jari Genetika
Metode paling anyar adalah melacak kode DNA yang merupakan sidik jari yang tidak bisa dipalsukan. Caranya dengan mengambil sampel DNA korban untuk dibandingkan dengan sampel sidik jari genetika orang terdekat, biasanya adik, kakak atau orang tua. Cara ini amat akurat tapi memerlukan penguasaan teknik dan waktu relatif lama.
Foto: Fotolia/Gernot Krautberger
Dari Kepolisian ke Kepentingan Sipil
Ilmu forensik mulai digunakan polisi pada abad ke-18 untuk lacak korban atau pelaku kejahatan. Pencarian jejak dan analisa material bukti di tempat kejadian perkara, biasanya mampu mengungkap jati diri korban kejahatan yang tidak dikenal, sekaligus menangkap tersangka pelaku. Kini metodanya makin diperluas hingga ke ranah masyarakat sipil terutama untuk identifikasi korban kecelakaan dan bencana.