Banyak musisi Indonesia yang dulu berjaya, berputar haluan, terjun ke politik, jadi pendakwah atau lainnya. lalu karya musiknya meredup. Inilah yang menjadi keprihatinan penikmat musik Andibachtiar Yusuf.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Lage
Iklan
"Entah kenapa seolah agama yang membuat banyak musisi kita seperti kehilangan gairahnya,” ujar teman yang hingga kini masih aktif bermusik di berbagai jalur. Saya agak sulit menyebut namanya di areal publik seperti ini, pastinya dalam obrolan yang ditemani kopi dan cemilan itu saya sibuk bertanya mengapa banyak musisi kita yang mendadak "garing" saat telah “insyaf”.
Lalu tersebutlah berbagai nama dari yang kini sulit dicari rimba musikalitasnya sampai yang masih terus berkibar namun lebih sering terdengar sikap politis atau pilihan kandidatnya ketimbang karya terbaru dengan semangat dan energi yang besar.
Foto: Andibachtiar Yusuf
Lebih banyak yang seperti kehilangan energi besar seperti saat pertama mereka berkarya dulu ketimbang terus dengan semangat yang sama mempertahankan musikalitasnya.
“Penonton konser mereka kayaknya gak ada yang umurnya sebaya mereka ya?” ujar Aji, kawan lama saya saat kami menyaksikan video konser Iron Maiden ‘Flight 666' beberapa tahun lampau. Aji adalah penggemar musik cadas sejak lama yang saat itu dengan antusias bersama saya menyaksikan tur anyar band idolanya sejak masa remaja.
Si Perawan Besi memang semakin menua secara fisik, kerutan sama sekali tak bisa mereka sembunyikan dari tubuh yang dibaluti celana ketat kulit ataupun singlet kulit senada. Cabikan bass Steve Harris yang dikenal garang kini ditimpali pula oleh gelayut lemak di sekitar lengannya yang dulu kokoh. Adrian Smith yang dulu berlarian ke sana-sini, kini tampak kesusahan mengangkat kakinya keatas speaker besar layaknya anak metal jaman dulu yang tengah menggila diatas panggung.
Semangat besar dalam karya
Fisik mereka memang terus dimakan oleh waktu, karena kodrat itu memang tak bisa dihindari karena alami. Namun semangat besar yang menyala dalam diri mereka terlontar keras pada musik yang dimainkan. Semangat yang menjadi inspirasi orang-orang yang berusia bahkan separuh dari mereka atau lebih untuk datang ke lokasi pertunjukan dan menyaksikan konser mereka.
Saat Burgerkill Goyang Eropa
Band Bandung, Burgerkill mendapat kehormatan buat menjajal Wacken, festival heavy metal terbesar sejagad. Inilah momen bersejarah, ketika Eben dkk. menjadi band pertama Indonesia yang manggung di Wacken.
Foto: DW/R. Nugraha
Yang Terhempas dan Bangkit Lagi
Burgerkill yang dibentuk tahun 1995 sempat nyaris bubar setelah vokalisnya, Ivan Scumbag meninggal dunia 2006 silam. Namun band yang beranggotakan Andris, Vicky, Eben, Ramdan dan Agung ini (ki-ka) bersikeras meneruskan kiprah Burgerkill. Sejak peristiwa muram itu mereka telah menelurkan dua album. Dan kini mendapat kehormatan dengan manggung di festival metal terbesar di dunia, Wacken Open Air.
Foto: Refanto Ramadhan
Sederhana di Penampilan Perdana
Tiba di Wacken, awak Burgerkill sengaja melewatkan makan siang buat menyaksikan penampilan band lain di dua panggung utama. Penampilan perdana Eben dkk. di Wacken tergolong sederhana. Selain panggung kecil berkapasitas 5000 penonton, Burgerkill juga mendapat jadwal paling bontot, yakni pukul 2:15 waktu setempat.
Foto: DW/R. Nugraha
Sunyi Menjelang Badai
Panggung dibuka buat anggota band sekitar satu jam menjelang penampilan. Awak Burgerkill membahas rincian terakhir setelah menyiapkan instrumen masing-masing. Mereka cuma membawa beberapa gitar dan perlengkapan panggung sekedarnya, karena panitia Wacken menyiapkan semua peralatan elektronik, termasuk amplifier.
Foto: DW/R. Nugraha
Jelang Detik Bersejarah
Burgerkill menyiapkan sembilan lagu lintas album untuk Wacken. Dadan, sang manajer bercerita, butuh waktu enam bulan buat mereka untuk mempersiapkan tur Eropa ini. Saking sibuknya, Burgerkill harus menunda pembuatan album baru. Maka setelah bulan-bulan yang menegangkan, 20 tahun berkarya, datanglah momen bersejarah ketika Burgerkill disambut oleh festival metal terbesar sejagad itu.
Foto: DW/R. Nugraha
Empat Menggoyang Wacken
Di Headbanger Stage, Burgerkill langsung tampil energetik menyambut penonton yang menunggu. Raut tegang yang sempat bersarang di wajah, tiba-tiba menghilang. Buat mereka penampilan di Wacken menjadi lebih spesial karena tahun ini Burgerkill memperingati hari jadi ke-20.
Foto: DW/R. Nugraha
Duet Maut
Agung (ki) dan Ramdan (ka) yang banyak berdiam diri menjelang konser langsung tampil lepas begitu lagu pertama dimainkan. Ramdan yang memainkan bass, baru bergabung tahun 2007 dengan Burgerkill. Sementara Agung sudah lebih senior. Pria yang juga acap memberikan kursus gitar ini bergabung sejak 2003.
Foto: DW/R. Nugraha
Begundal Eropa
Beberapa penonton yang hadir terkesan sudah mengenal Burgerkill. Ketika Vicky cs. memainkan lagu Under the Scars dari album Venomous, mereka ikut mengiringi lantunan sang vokalis. Begundal, begitu Burgerkill menyebut para penggemarnya, akhirnya tiba di benua biru.
Foto: DW/R. Nugraha
Abah Melawan Dingin
Andris dulunya diposisikan sebagai pemain bass. Ketika ajal menjemput Ivan Scumbang, band Bandung itu memutuskan merotasi personil. Abah, sebutan Andris, kemudian diplot menjadi drummer. Pria kelahiran 1976 ini juga mampu bermain gitar dan sempat membantu banyak band Bandung lain sebelum merapat ke Burgerkill. Di Wacken Andris harus melawan suhu yang berkisar di bawah 10 derajat Celcius.
Foto: DW/R. Nugraha
Energetik dan Liar
Aksi panggung Burgerkill tergolong sederhana. Terutama jika dibandingkan dengan band-band lain. Namun energi Eben dkk. selama menggeber Headbanger Stage mendapat pujian dari kru Wacken. Salah seorang diantaranya menyebut penampilan Burgerkill sebagai salah satu yang terbaik tahun ini dan mengundang mereka kembali ke Wacken tahun depan.
Foto: DW/R. Nugraha
Sampai Jumpa Lagi Wacken!
"I Love you, Germany!!" teriak Eben setelah menuntaskan lagu terakhir. Kendati tidak berlimpah, penonton yang hadir tidak kekurangan semangat. Sebagian meminta lagu tambahan, sementara yang lain meneriakkan "Burgerkill...Bugerkill..."
Foto: DW/R. Nugraha
Haru Biru
Kebahagian meledak di belakang panggung. Semua personil saling bersalaman. Vicky (ki) dan Eben (ka) tenggelam dalam haru biru. Butuh 20 tahun kerja keras sebelum Burgerkill bisa tampil di festival metal terbesar sejagad itu. Satu mimpi pun terwujud. Usai menggeber Jerman, Eben dkk. terbang ke Inggris untuk menjajal festival metal Bloodstock.
Foto: DW/R. Nugraha
11 foto1 | 11
Kini para senior asal Inggris ini kembali datang dengan album Books Of Souls yang semakin menegaskan bahwa lima kakek-kakek ini sama sekali belum menua. Semangat besar yang mereka bawa ke album studio ke-6 ini membuat para pendengar mereka sejak lama seperti Aji ataupun saya bagai tak bergerak dari masa itu “Satu-satunya hal yang membedakan adalah sound yang tentu lebih modern,” ujar Aji lewat pesan pendeknya pada saya pagi itu.
Inilah band besar dan senior yang terus bertahan di tengah segala generasi yang terus muncul coba menggantikan. Mereka datang lagi dengan karya terbaru sembari menegaskan bahwa Iron Maiden bukan cuma nama besar tersisa. Tenaga yang disajikan masih sama, energi yang diberikan sama sekali tak terasa bedanya dibandingkan bahkan 30 tahun lalu bahkan Bruce Dickinson masih terasa melafalkan lagu-lagu ini dengan tenaga yang sama besar seperti saat ia masih jauh lebih muda.
Hidup sehat, langgeng karir
Seorang performer sejati selalu membutuhkan pencitraan sesuai warna musiknya. Pada faktanya kehidupan Ozzy Osbourne tidaklah segelap aksinya di atas panggung, Mick Jagger (seperti yang diceritakan oleh om Donny Fattah, bassist God Bless) pun berhenti konsumsi alkohol sejak tahun 1984 dan menggantinya dengan kegiatan yoga yang sangat aktif serta kehidupan sehat lainnya.
Rock 'n' Roll Terkenal Dari Dulu Sampai Sekarang
13 Juli dipilih jadi hari Rock 'n' Roll sebagai penghargaan bagi konser raksasa Live Aid di beberapa negara tahun 1985 untuk akhiri kelaparan di Ethiopia. Berkaitan dengan hari ini, kita tengok tokoh-tokoh Rock 'n' Roll.
Foto: Getty Images/K. Djansezian
"Rock around the Clock"
Mungkin "Bill Haley and the Comets" bisa dibilang jadi pelopor Rock n Roll. Yang jelas ketika mereka merekam lagu Rock around the Clock (berdansa di sekeliling jam) tahun 1954, mereka tidak menyangka itu akan populer sampai sekarang. Band itu menyuarakan ketidakpuasan di kalangan mudah pada masa itu.
Foto: Getty Images
Little Richard
Musiknya yang dinamis dan gayanya sebagai pemusik yang karismatik, jadi dasar bagi Rock 'n' Roll. Karya-karyanya yang paling sukses berasal dari akhir tahun 1950-an. Musiknya juga jadi landasan bagi banyak jenis musik lainnya. Dengan karyanya Little Richard pengaruhi banyak musisi dari berbagai jenis musik, mulai rock sampai hip-hop. Ketika berusia 38 tahun Little Richard memutuskan jadi pendeta.
Chuck Berry menggabungkan suara gitar yang terdengar agresif ke musik yang sudah ada di tahun 1950-an, dan ikut membentuk suara khas musik Rock 'n' roll, dan menjadikan gitar alat musik utama jenis musik itu.
Foto: Getty Images/Keystone
Elvis Presley
Elvis Presley masih sangat dikenal, dan masih jadi panutan banyak musisi muda sampai sekarang. Orang sering lupa, bahwa "the King", begitu julukannya, sudah meninggal 1977. Tahun 1957, ketika dapat panggilan untuk menjalankan wajib militer, Elvis sudah terkenal. Wajib militer hingga 1960 dilewatkannya di Jerman. Sehingga banyak orang Jerman merasa musisi ini lebih spesial dari musisi AS lainnya.
Foto: courtesy O2 exhibition
The Beatles
Elvis Presley juga jadi panutan bagi The Beatles. Kelompok musik dari Inggris itu memulai karir mereka 1960 di Hamburg, Jerman, dengan main musik di klab malam. Sejak didirikan sekitar 50 tahun lalu, kelompok musik Inggris itu tidak dapat diabaikan di dunia musik. Lagu-lagunya serta kegemaran akan musik mereka diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga the Beatles punya fans di berbagai usia.
Foto: Getty Images
The Rolling Stones
Band ini berasal dari Inggris seperti halnya The Beatles, dan didirikan tahun 1962. Band ini termasuk yang paling langgeng dan paling sukses dalam sejarah Rock 'n' Roll. Tahun 2012 The Rolling Stones merayakan ulang tahun ke-50, dengan menerbitkan buku berjudul "50". Foto: Mick Jagger (vokalis) dan Keith Richards (gitaris) dalam pertunjukan di London, 2013.
Foto: Getty Images
6 foto1 | 6
“Dengan Jack Daniels di tangan kanan dan Bir Bintang di tangan kiri, saya menunggu ia selesai meditasi….nyaris 40 menit!” kisah om Donny tentang pertemuannya dengan si legenda hidup di Jakarta sekitar tahun 1987 itu.
27 tahun kemudian di Tokyo tahun 2014, saya menyaksikan Mick Jagger bersama band yang membesarkannya. Pada usia 73 tahun saat itu, ia masih mampu berlari tanpa henti ke setiap sudut panggung raksasa yang berdiri di dalam Tokyo Dome……sementara banyak musisi kita di usia yang bahkan jauh lebih muda tapi tak mampu lagi bergerak selincah itu.
Jagger memberitahu saya tentang vibrasi dan cara hidup dalam diri dia untuk menyikapi waktu dan usia. Sementara Iron Maiden dan banyak band metal lainnya menjelaskan bahwa energi besar dan semangat membara saat muda bukanlah sesuatu yang harus kita tinggalkan apalagi lupakan, ia harus terus ada untuk tetap terus berkarya dengan sikap yang sama..
Seperti itulah berkarya, bukan lalu mematikan semangatnya dan memilih untuk tunduk pada kekuasaan materi.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Laris Setelah Wafat
Mereka sudah bertahun-tahun meninggal dunia, namun nama dan karyanya tetap hidup. Tak heran perusahan rekaman berlomba merilis kembali album-Album mereka.
" Karir terencana“
Meski sudah meninggal dunia, Michael Jackson tetap „berkarir“ . Terencana dan sangat menguntungkan. Perusahaan rekaman Sony Music misalnya, telah menyimpulkan bahwa ahli waris Michael Jackson telah menandatangani kontrak yang berjalan sampai tahun 2017 dan untuk beberapa album. Sejak kematiannya, King of Pop ini mendapat royalti lebih dari 700 juta dollar AS.
Penjualan album Michael Jackson
Tubuhnya bersemayam dalam damai sejak 2009, tapi suaranya hidup sebagaimana biasa. Pada tanggal 9 Mei, album "Xscape" muncul setelah album " Michael ". Album-album berisi kompilasi lagu ini dikeluarkan setelah sang Raja Pop itu wafat. Produser Timbaland masih memiliki delapan lagu Jackson yang belum pernah dirilis. Album terbaru Jackson diperkaya suara Mary J. Blige dan D' Angelo.
Foto: AP
Raja itu masih hidup
Elvis Presley pegang rekor: Sampai kematiannya pada tahun 1977, ia telah menjual 600 juta album, namun sekarang sudah sekitar dua miliar. Rumah terakhirnya di Graceland telah lama menjadi tempat ziarah bagi penggemar dari seluruh dunia. Pada tahun 2002, 25 tahun setelah kematiannya, dirilislah "Elvis 30“ yang menjadi hits nomor satu dan menyerbu puncak tangga lagu di lebih dari 17 negara.
Foto: picture-alliance/AP Images
Lagu dari Andalusia
Paco de Lucía dianggap sebagai grand master gitar flamenco. Ketika seniman Spanyol itu meninggal dunia karena serangan jantung pada bulan Februari 2014 pada usia 66 tahun, ia punya rencana besar : Antara lain, album studio pertamanya dalam sepuluh tahun, yang didedikasikan untuk lagu populer: " Cancion Andaluza " yang hadir akhir April 2014 di pasar.
Foto: Raymond Roig/AFP/Getty Images
Guru Reggae
Album “Confrontation“ Bob Marley dirilis tahun 1983, dua tahun setelah musisi reggae paling terkenal di dunia itu meninggal dunia. Istrinya, Rita telah melihat materi yang belum dirilis itu, kemudian merilis "The Wailers" . "Buffalo Soldier ", sebuah karya monumental untuk musik Afrika-Amerika tentang tentara AS di Perang Saudara, adalah salah satu hits terbesar musisi asal Jamaika ini.
Foto: AP
Tokoh dari gerakan hippie
Janis Joplin meninggal pada bulan Oktober 1970 akibat overdosis heroin. Kematiannya menambah daftar pahlawan musik yang meninggal belia di usia 27 tahun. Penyanyi itu tengah mengerjakan album baru. Band-nya kemudian merilis "Pearl" yang menjadi sukses terbesar mereka. Satu-satunya lagu yang belum selesai dalam album itu terdengar seperti pertanda buruk: "Buried Alive in Blues" .
Foto: picture-alliance/dpa
Monsieur 100.000 Volt
"Terima kasih, Gilbert, audiens Anda tidak akan pernah melupakan Anda", demikian tertulis di batu kuburnya. Penggemar berduyun-duyun ke pemakaman Père Lachaise di Paris untuk memberi penghormatan terakhir kepada salah satu bintang besar itu. Tahun 2011, pada peringatan 10 tahun kematian Gilbert Bécauds, istrinya merilis serial CD: C'etait Mon Copain (Immortal Characters).
Foto: picture alliance/Keystone
Masih banyak bahan
Sebelas tahun setelah kematiannya, album "Out among the Stars" dirilis pada bulan Maret 2014. Album ini berisi lagu-lagu Johnny Cash yang ditulis 30 tahun yang lalu. Anaknya, John Carter Cash mengumumkan bahwa sang ayah masih punya stok lagu untuk lima album lagi.
Foto: Hulton Archive/Getty Images
"Unforgettable"
Pianis dan penyanyi Nat King Cole meninggal pada tahun 1965, namun putrinya Natalie “menghidupkannya“ kembali pada tahun 1991. "Unforgettable" adalah duet komposit, dimana ia bernyanyi dengan almarhum ayahnya. Lagu dalam album "Unforgettable with Love", dengan lagu-lagu terkenal ayahnya, terjual 14 juta kali dan menyabet tujuh penghargaan Grammy.
Foto: picture-alliance/dpa
Talenta Inggris
Setelah kematiannya pada musim panas 2011, album Amy Winehouse mulai sangat diserbu. Meskipun banyak mengkonsumsi narkoba, penyanyi soul itu produktif dalam karirnya yang singkat. Ia pun mewariskan cukup bahan untuk dijadikan album baru. "Lioness Hidden Treasures" yang dirilis segera mendarat di puncak musik Inggris. Sebagian keuntungannya diberikan ke yayasan peneyelamatan anak-anak muda.
Foto: Getty Images
Iklan manisan àla Bolan
Setelah musisi Inggris Marc Bolan meninggal pada tahun 1977 ketika menumpang mobil Mini Cooper, karya penemu glam rock ini menjadi bisnis yang menguntungkan. Pada tahun 1981 albumnya yang berjudul "You Scare Me To Death " berisi lagu-lagu yang telah ditulis pada tahun 1966. Lagu itu pada awalnya dimaksudkan untuk iklan permen rasa peppermint di televisi.
Foto: Hulton Archive/Getty Images
"Milk and Honey"
Pembunuhan terhadap John Lennon pada tahun 1980 mengejutkan dunia. Butuhkan tiga tahun bagi jandanya, Yoko Ono, untuk mulai mengerjakan album mereka lagi: "Milk and Honey", setelah album sebelumnya "Double Fantasy" . Keduanya bernyanyi bergantian, di tengah rasa duka Yoko. Namun album ini hanya menduduki posisi 11 tangga lagu.