Riset penyakit Malaria pekan ini mencatat dua terobosan penting. Dari AS muncul nyamuk kebal malaria dan dari Jerman rekayasa genetika agar parasit tak mampu berkembang biak.
Iklan
Para ahli biologi dari University of California di Amerika Serikat mengumumkan, berhasil menciptakan spesies nyamuk yang memiliki kode genetika pemblokir malaria. Gagasan mendasar di balik rekayasa ini adalah: jika nyamuk pembawa kode genetika pemblokir malaria kawin dengan nyamuk Anopheles “normal”, generasi nyamuk berikutnya akan memiliki sifat pemblokir itu. Dengan cara ini diharapkan “spesies” tersebut akan menyebar di seluruh populasi malaria.
Mencegah Malaria dengan Vaksin Termutakhir
04:15
“Spesies nyamuk pemblokir malaria akan menyebar secara efisien, hingga 99 persen dalam 10 generasi nyamuk. Itu berarti hanya satu musim bagi nyamuk malaria“, ujar Valentino Gantz pakar biologi University of California San Diego kepada kantor berita Reuters. Sejauh ini, belum ada malaria yang direkayas genetika dilepas ke alam bebas.
Vaksin dari parasit yang diamputasi
Sementara para peneliti dari Jerman memilih pendekatan berbeda. Mereka tidak melakukan rekayasa nyamuk inang, melainkan langsung pada parasit malarianya. Para peneliti dari pusat infeksiologi Rumah Sakit Universitas Heidelberg menciptakan parasit yang “disunat“ hampir separuh kromosomnya agar tidak mampu lagi berkembang biak dalam tubuh inang.
Lewat parasit malaria yang sudah diamputasi kode genetikanya dan kehilangan kromosom penting untuk melanjutkan stadium perkembangan, para peneliti Jerman mengharap dapat menciptakan vaksin malaria yang ampuh. Mereka yang mendapat vaksin parasit malaria lumpuh, diharap akan mengembangkan kekebalan tubuh terhadap malaria.
Ujicoba laboratorium telah dilaksanakan pada tikus. “Sejauh ini tim peneliti baru mengembangkan vaksin eksperimental”, ujar Mirko Singer, seorang anggota tim di pusat infeksiologi Universitas Heidelberg kepada DW. “Target kami mengembangkan vaksin yang aman, dimana parasit tak mampu berkembang dalam berbagai stadium kehidupannya”, tambah Singer.
Sejauh ini dalam perang melawan malaria, yang dijuluki “penyakitnya orang miskin” belum berhasil menemukan vaksin yang ampuh. Upaya yang lazim dilakukan dan terbukti efektif adalah gabungan dari obat pencegah dan tindakan pencegahan agar jangan digigit nyamuk. Badan kesehatan PBB-WHO melaporkan, kasus infeksi malaria tetap tinggi di negara-negara Afrika serta Asia Selatan dan Tenggara.
Nobel Kedokteran: Pengetahuan Yang Menolong dan Mengobati
Sejak 1901, ketika Hadiah Nobel kedokteran diberikan pertama kali, penelitian semakin berkembang. Upaya para peneliti masih dinikmati manfaatnya oleh pasien.
Foto: picture-alliance/ZB
1902: Penyebabnya Nyamuk Malaria
Peneliti Inggris Ronald Ross menemukan, bahwa nyamuk menyebarkan penyakit tropis malaria. Ia menunjukkan, bahwa nyamuk Anopheles membawa parasit bersel satu, yang menyebabkan Malaria. Hari ini, masih sekitar 300 juta orang tertular Malaria setiap tahunnya, dan hampir tiga juta meninggal. Tetapi berkat upaya Ross, peneliti bisa mengembangkan obat penyembuhnya.
Robert Koch menemukan penyebab penyakit TBC, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sekarangpun TBC adalah penyakit menular yang tersebar di mana-mana, yang pengobatannya sangat sulit dan lama, walaupun dengan antibiotik yang tepat. Sekarang ada vaksinasi untuk mencegah penularan, tapi hanya melindungi anak kecil, tidak orang dewasa.
Foto: AP
1912: Transplantasi Organ Manusia
Berkat penelitian ahli bedah Alexis Carrel asal Perancis transplantasi pembuluh darah dan seluruh organ mungkin dilakukan. Misalnya: ia mengembangkan teknik jahit, yang bisa menghubungkan pembuluh darah yang terputus. Ia juga menemukan, bagaimana cara menyimpan organ tubuh yang telah diambil dari tubuh manusia. Jaman sekarang, dokter mentransplantasikan sekitar 100.000 organ.
Foto: picture-alliance/dpa
1924: Melihat Bagaimana Jantung Berdetak
Warga Belanda Willem Einthoven mengembangkan Elektrokardiogram (EKG) sebegitu jauh, sehingga bisa digunakan di rumah sakit dan praktek dokter. EKG mendata aktivitas elektrik pada jantung. Dengan EKG, dokter misalnya bisa mengenali gangguan ritme jantung dan penyakit jantung lainnya. Ini jadi proses yang banyak digunakan di jaman sekarang.
Foto: Fotolia
1930: Empat Golongan Darah
Peneliti Austria Karl Landsteiner menemukan, jika darah dari dua orang dicampur, akan terjadi penggumpalan. Sering, tapi tidak selalu. Dalam waktu singkat ia tahu penyebabnya: golongan darah ada tiga macam A, B dan 0. Landsteiner tidak menyebut 0, melainkan C. Belakangan, rekan-rekannya menemukan golongan darah ke empat, AB. Dengan demikian transfusi darah bisa dilakukan.
Foto: picture-alliance/dpa
1939, 1945 dan 1952: Obat Yang Membunuh Bakteri
Hadiah Nobel dari tiga tahun ini diperoleh penemu dan pengembang antibiotik. Di antaranya Alexander Fleming, yang menemukan Penicillin. Saat inipun antibiotik adalah obat yang paling sering digunakan dan kerap menyelamatkan nyawa. Namun macam antibiotik harus terus diperbanyak, karena semakin lama, bakteri makin resisten.
Foto: Fotolia/Nenov Brothers
1948: Racun terhadap Nyamuk Malaria
Senyawa kimia DDT mematikan serangga, tapi tidak beracun bagi binatang menyusui. Itu ditemukan Paul Hermann Müller. Dalam beberapa dasawarsa setelahnya, DDT jadi pembunuh serangga yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Namun kini orang mengetahui, racun itu merugikan lingkungan hidup, terutama bagi burung. Sekarang penggunaannya dikecam, tapi masih digunakan untuk membasmi nyamuk malaria.
Foto: picture-alliance/dpa
1956: Kateterisasi Jantung
Peneliti Jerman Werner Forßmann mendapat hadiah Nobel bagi pengembangan kateterisasi jantung. Forßmann bahkan menggunakan penemuannya bagi dirinya sendiri. Caranya, selang plastik dimasukkan lewat siku, tangan atau daerah lipat paha ke dalam pembuluh darah dan didorong hingga jantung. Dengan cara itu dokter meneliti jantung dan melaksanakan operasi.
Foto: picture-alliance/Andreas Gebert
1979 dan 2003: Melihat ke dalam Tubuh
Dulu, jika orang ingin melihat bagian tubuh manusia, jalan satu-satunya hanya lewat Röntgen. Sekarang dokter sudah punya metode jauh lebih baik. Salah satunya adalah Computertomografie (CT), yang juga menggunakan sinar Röntgen, tetapi menghasilkan gambaran bagian dalam tubuh secara detail. Metode itu disusul dengan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI), yang sepenuhnya tidak merugikan tubuh manusia.
Foto: picture-alliance/dpa
2008: Kanker Yang Diakibatkan Virus
Penelitian Harald zur Hausen dari Pusat Penelitian Kanker Jerman menemukan, bahwa virus bisa menyebabkan kanker leher rahim. Berdasarkan penelitiannya tercipta vaksin yang menangkal virus itu. Sekarang perempuan dan anak perempuan bisa mendapat vaksinasi terhadap jenis kanker ini.
Foto: AP
2010: Bayi dari Tabung Percobaan
Robert Edwards mengembangkan metode fertilisasi "in-vitro," yaitu pembuahan dalam tabung percobaan. Bayi pertama yang tercipta lewat metode ini lahir tahun 1978 di Inggris. Pengembangan lebih jauh memperbaiki peluang sukses metode ini. Sekarang, di seluruh dunia lebih dari lima juta bayi lahir lewat pembuahan ini.