Apakah Jerman pada 8 Mei 1945 ditaklukan atau dibebaskan? Akhir PD II aib atau peluang? Sejak 70 tahun Jerman terus bergulat dengan tema ini, serta dosa masa lalu di zaman Nazi.
Iklan
Perang dunia berakhir. "Lebih sedikit eforia dan lebih banyak rasa lega yang menekan", ujar pakar sejarah Gerhard Brunn menerawang ke masa lalu. Kesan akhir perang dunia II berbeda pada masing-masing individu.
Serdadu yang jadi tawanan perang Tentara Merah, punya perasaan berbeda dengan warga sipil. Juga yang selamat dari kamp pembantaian Auschwitz menelan kepedihan yang berbeda dengan mereka yang merasakan bencana kehilangan tanah air di Prusia Timur.
Hari kapitulasi, yang disebut dengan istilah "jam nol" itu berulangkali diubah intepretasinya. Beban tanggung jawab perang, juga berbeda antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam rentang 70 tahun, muncul ingatan kolektif terkait kejahatan yang dilakukan Adolf Hitler dan rezim Nazi. Sukses Jerman dalam mengatasi dosa masa lalu, baru dapat terwujud beberapa dasawarsa kemudian.
Dua dasawarsa pasca perang
Dua dasawarsa seusai perang, tema kejahatan Nazi tidak banyak dibicarakan. Pidato presiden Heinrich Lübke dari 7 Mei 1965 di Kamar Dagang Hamburg menjadi simbol paling aktual. Tidak sepatah katapun mengenai genosida disinggung dalam pidato itu. Sebaliknya Lübke mengeluhkan, rasa kesetiaan dan cinta tanah air sering dikhianati. Dalam waktu bersamaan, di Frankfurt dibacakan pledoi penutup proses pengadilan kejahatan di Auschwitz.
Pada 20 tahun pertama setelah berakhirnya PD II, yang lebih banyak dibicarakan, dikeluhkan dan dikecam adalah pemisahan Jerman menjadi bagian barat dan timur. Jika menyinggung tema Nazi, yang lebih banyak dibicarakan adalah percobaan pembunuhan Hitler oleh Graf von Stauffenbergs 20 Juli 1944. Atau yang lebih aktual saat itu, aksi pembangkangan buruk Jerman Timur 17 Juni 1953.
Pola pikir asmetris
Juga antara Jerman Barat dan Jerman Timur ketika itu, ada pola pikir yang berbeda tentang akhir PD II tanggal 8 Mei 1945. Di Jerman Barat tanggal itu adalah simbol dari kapitulasi dan berakhirnya rezim Nazi Hitler. Di barat hingga beberapa dasawarsa dibicarakan tentang kekalahan perang atau pembebasan dari diktatur, tergantung dari visi intrepretasi warga.
D-Day: Maut Menjemput di Normandia
Pendaratan pasukan Sekutu di Normandia merupakan awal darii kehancuran Nazi di Eropa. Pendaratan itu menandai akhir dari Perang Dunia ke-2.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari Penentuan
Tanggal 6 Juni 1944 tercatat ke dalam sejarah sebagai D-Day. Tidak jelas bagaimana istilah itu menyelusup ke dalam catatan sejarah. Tapi yang pasti, 6 Juni adalah hari penentuan. Dengan pendaratan besar-besaran tentara sekutu di Normandia, terbentuklah Front kedua melawan Hitler dan Nazi Jerman. D-Day menandai arus balik yang mempercepat keruntuhan Nazi di Eropa.
Foto: Imago
Operasi "Overlord"
Begitulah nama samaran operasi militer di Normandia. Pasukan sekutu juga menciptakan nama fiktif buat menyamarkan lokasi pendaratan di pantai utara Perancis: "Utah", "Omaha", "Gold", "Sword" und "Juno". Sebanyak 14 negara terlibat dalam operasi raksasa tersebut. Selain AS, Inggris, Polandia, Kanada dan Perancis, Yunani, Rep. Ceko dan Australia ikut serta dalam pasukan sekutu
Foto: Imago
Otak Serangan
Komandan militer tentara sekutu di Eropa Utara pada saat itu adalah Jendral Dwight D. Eisenhower. Ia kemudian terpilih sebagai presiden ke-34 Amerika Serikat. Sebelum di Normandia, Eisenhower pernah memimpin pendaratan sekutu di Sicilia dan daratan Italia.
Foto: Imago
Serangan Fajar pada 6.6.1944
Sesaat sebelum digelarnya operasi "Overlord," langit Normandia didera badai dan hujan tak berkesudahan. Ironisnya cuaca buruk memaksa pimpinan tentara sekutu menggeser jadwal invasi menjadi sehari lebih lambat. Barulah ketika fajar meninggi pada 6 Juni 1944, tentara sekutu mengawali operasi pendaratan terbesar dalam sejarah militer.
Foto: public domain
Komando Bunuh Diri
Sekitar 160.000 serdadu mendarat di Normandia pada D-Day. Di lima garis pantai pasukan sekutu menyerbu apa yang dikenal sebagai "Tembok Atlantik," yang dijadikan tempat berlindung oleh serdadu Jerman. Tanpa perlindungan apapun, pasukan sekutu merayap di pantai dengan diberondong oleh senapan mesin milik tentara Jerman.
Foto: AP
Pasukan Terjun Payung
Sejarah mencatat pasukan terjung payung sebagai pahlawan perang. Kenyataannya sedikit yang berhasil selamat dari operasi mematikan itu. Sebelum pendaratan, ratusan serdadu diterjunkan tengah malam ke tengah kawasan musuh buat merebut pos-pos penting. Sebagian tidak cuma mewarnai wajah dengan cat kamuflase, mereka juga memangkas rambut ala Iroquois untuk mengejutkan musuh.
Foto: Imago
Api dari Darat dan Udara
Sebelum pendaratan, pasukan sekutu terlebih dahulu membombardir pantai Normandia. Sementara di daratan, pasukan terjun payung merebut pos-pos penting pasukan Jerman. Lalu sekitar 1000 kapal perang dan lebih dari 4200 kapal pengangkut pasukan mendekat ke pantai utara Perancis. Ribuan pesawat tempur dan tank diturunkan untuk membantu. Hujan bom juga meluluhlantakkan desa-desa di pesisir.
Foto: picture-alliance/akg-images
Raksasa Logistik
Operasi pendaratan di Normandia juga melibatkan pengiriman logistik secara besar-besaran. Untuk itu pasukan sekutu harus membangun dua pelabuhan besar untuk kapal barang. Sebagian besar bagian konstruksi telah dirampungkan di Inggris dan dirakit di pantai Normandia. Pada gambar ini tampak pelabuhan Mulberry di Colleville sesaat setelah invasi Normadia.
Foto: Getty Images
Manuver Tipuan
Operasi "Overlord" antara lain berhasil karena militer Jerman dikejutkan oleh pendaratan di Normandia. Hingga detik-detik terakhir pasukan sekutu aktif menggelar kontra intelijen dan menyebar kabar palsu bahwa operasi pendaratan akan digelar di Calais, yang terletak di timur laut. Selain itu jadwal pendaratan juga berbeda jauh dari yang rencana asli sekutu.
Foto: AP
Pemimpin Nazi di Tengah Liburan
Informasi palsu yang disebarkan tentara sekutu terkait jadwal dan lokasi pendaratan mampu membuat pemimpin Nazi lengah dan mengambil liburan di Paris atau ke Jerman. Termasuk di antaranya Panglima Militer, Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang berplesir ke selatan Jerman untuk menemani isterinya yang tengah berulangtahun ke-50. Rommel adalah sosok yang mengarsiteki "Tembok Atlantik" di Normandia.
Foto: Imago
Arogansi Hitler
Pada 6 Juni, Adolf Hitler sedang berlibur di Obersalzberg. Mingguan Jerman, Der Spiegel, melaporkan, baru pada jam 10:00 Hitler mendapat kabar dari Normandia. Tidak seorangpun berani membangunkan sang "Führer." Hitler kemudian dikabarkan berteriak senang: "Kabar ini tidak bisa lebih baik lagi," akhirnya pasukan Inggris berada di tempat, "di mana mereka bisa kita kalahkan!"
Foto: picture-alliance/akg-images
Sebelas Bulan Berdarah
Kendati pendaratan sekutu di Normandia menandai arah balik di Perang Dunia kedua, baru sebelas bulan kemudian Nazi Jerman bisa ditaklukkan. Sebagian besar serdadu yang terlibat dalam pendaratan di Normandia, kemudian dikirim ke Asia Pasifik untuk melanjutkan perang melawan Jepang. Di sana, perang berlanjut hingga September 1945.
Foto: AP
Pahlawan dalam Sejarah
Sekitar 57.000 pasukan sekutu tewas selama operasi "Overlord," selain itu juga tercatat 155.000 luka-luka dan 18.000 hilang atau menjadi desertir. Di lain pihak, Jerman kehilangan 200.000 tentara. Hingga kini pendaratan di Normandia masih diperingati oleh sekutu. Selain kepala negara dan pemerintahan, kelompok veteran dari seluruh negara ikut serta dalam upacara tahunan tersebut.
Foto: AP
13 foto1 | 13
Sementara di Jerman Timur, berakhirnya PD II dirayakan sebagai hari kemenangan, saat Tentara Merah Uni Soviet berhasil menaklukan Nazi Jerman di bawah pimpinan Hitler. Hingga 1989 tahun dimana Tembok Berlin runtuh, tanggal 8 Mei tetap dirayakan sebagai hari kemenangan, dan Jerman Timur bukan pecundang melainkan pemenang PD II bersama Uni Soviet.
Tekuk Lutut di Warsawa
Sikap berusaha melupakan genosida Nazi tetap marak di Jerman Barat. Tokoh politik partai Uni Kristen Sosialis-CSU Franz-Josef Strauß pada tahun 1968 mengatakan:"Rakyat yang sukses dengan kinerja ekonomi setinggi ini, punya hak untuk tidak mau lagi mendengar kasus Auschwitz". Pernyataan ini menegaskan fokus politik Jerman Barat saat itu: konjukturr ekonomi! Sekaligus upaya menekan dan kurangnya rasa bersalah atas dosa sejarah zaman Nazi.
Tapi di ujung laing spektrum politik penuntasan masa lalu, terlihat dari gestik kanselir Jerman Willy Brandt pada 7 Desember 1970 di Warsawa. Kanselir Jerman saat itu, Brandt menekuk lutut saat meletakan karangan bunga di monumen peringatan Ghetto, sebagai simbol permohonan maaf tanpa kata dari warga Jerman terhadap para korban tirani rezim Nazi.
"Ini sebuah titik balik sejarah, sebagai simbol serius pertama pengakuan dosa masa lalu Jerman", kata pakar sejarah Peter Hurrelmann. Tindakan kanselir Jerman Barat itu merupakan sinyal dari perubahan perspektiv terhadap era Nazi, dan secara pelahan mendesak tesis lama mengenai kekalahan perang.
Perspektiv bau yang mengakui dosa sejarah Jerman, ditegaskan dalam pidato presiden Rede Walter Scheels pada 1975. Genap 30 tahun setelah PD II berakir, kepala negara Jerman Barat itu secara terbuka mengakui tanggung jawab Jerman. Ia mengatakan peristiwa yang terjadi diantara tahun 1933 hingga 1945, adalah kegagalan seluruh generasi bersangkutan.