Merkel Bahas Situasi HAM dengan Presiden Turki Erdogan
28 September 2018
Kanselir Angela Merkel mengatakan akan membahas isu-isu kritis dengan presiden Turki yang berkunjung ke Jerman. Erdogan disambut dengan kehormatan militer oleh Presiden Jerman Steinmeier.
Iklan
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, dia juga akan menyinggung masalah hak asasi manusia di Turki dalam pertemuannya dengan Erdogan hari Jumat (28/9).
"Situasi hak asasi manusia (di Turki) bukan seperti yang saya bayangkan," kata Merkel Kamis malam (27/9) dalam sebuah acara di kota Augsburg.
Dia mengatakan, jika ada "sesuatu yang pantas dikritik," dia akan menyinggungnya, sambil menekankan bahwa Turki bukan satu-satunya negara di mana hak asasi manusia tidak dihormati secara memadai.
"Hubungan (Turki) dengan Jerman telah memburuk setelah upaya kudeta yang gagal di Turki dua tahun lalu, di mana Ankara bereaksi dengan tindakan kejam, termasuk memenjarakan jurnalis, tentara dan pegawai negeri, di antaranya beberapa warga Jerman.
Tidak ada bantuan keuangan
Pejabat Jerman untuk Eropa di Kementerian Luar Negeri, Michael Roth, hari Jumat menyerukan kepada Erdogan agar menghentikan tren politik otoritarianisme yang saat ini berlangsung di Turki.
"Harapan kami jelas: pembebasan warga Jerman yang telah ditangkap karena alasan politik, lalu kebijakan menuju demokrasi dan supremasi hukum," katanya.
Baik Merkel dan Roth meyatakan Jerman tidak memberikan bantuan keuangan bagi ekonomi Turki yang sedang menghadapi krisis. Michael Roth mengatakan, banyak perusahaan Jerman akan berinvestasi di Turki lagi jika negara itu kembali ke prinsip-prinsip demokratis dan konstitusional.
Beberapa aksi protes
Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dimulai hari Kamis dan berakhir pada hari Sabtu, setelah peresmian sebuah masjid pusat kota Köln. Kunjungan itu menuai banyak protes. Para demonstran menentang penangkapan sewenang-wenang wartawan dan kritikus pemerintah di Turki setelah kudeta yang gagal. Penyelenggara aksi protes besar di Berlin mengharapkan kehadiran sekitar 10.000 peserta.
Erdogan diterima oleh Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dengan kehormatan militer penuh pada Jumat pagi. Setelah pembicaraan dengan Steinmeier, Erdogan yang menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan melakukan pertemuan dengan Kanselir Angela Merkel dalam sebuah jamuan makan siang.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, sebagaimana layaknya pada kunjungan resmi kepala negara lain, juga menggelar jamuan makan malam kehormatan untuk Erdogan pada Jumat malam. Steinmeier mengatakan, kunjungan Erdogan tidak menunjukkan bahwa bahwa hubungan Jerman-Turki sudah normal lagi, tetapi bisa menjadi awal perbaikan hubungan.
Erdogan sendiri mengatakan, kunjungannya kali ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan "teman-teman Jerman."
Siapakah Recep Tayyip Erdogan?
Dari aktivis menjadi presiden, karir politik Recep Tayyip Erdogan menanjak pesat. Namun ia juga menjadi sosok yang kontroversial. DW melihat lebih dekat jalan Erdogan menuju tampuk kekuasaan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Morenatti
Bangkitnya Turki di bawah Erdogan
Di Turki dan di luar negeri, sosok Recep Tayyip Erdogan menimbulkan efek berlawanan. Ada yang menggambarkannya sebagai "sultan" Ottoman baru dan ada juga yang menganggapnya pemimpin yang otoriter. DW mengeksplorasi bangkitnya pemimpin Turki ini dari masa awal berkampanye untuk urusan Islamis hingga menjadi presiden di negara yang memiliki kekuatan militer terbesar kedua di NATO.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Morenatti
Walikota Istanbul yang pernah dipenjara
Setelah bertahun-tahun bergerak di jajaran Partai Kesejahteraan yang berakar Islamis, Erdogan terpilih sebagai walikota Istanbul pada 1994. Namun empat tahun kemudian, partai itu dinyatakan inkonstitusional karena mengancam sistem pemerintahan sekuler Turki dan dibubarkan. Ia kemudian dipenjara empat bulan karena pembacaan puisi kontroversial di depan umum dan akibatnya ia kehilangan jabatannya.
Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang memenangkan mayoritas kursi pada tahun 2002. Dia diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 2003. Di tahun-tahun pertamanya, Erdogan bekerja untuk menyediakan layanan sosial, meningkatkan ekonomi dan menerapkan reformasi demokratis. Beberapa orang berpendapat bahwa Erdogan mengubah haluan pemerintahan Turki menjadi lebih religius.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Ozbilici
Ingin generasi yang saleh
Meskipun konstitusi Turki menjamin sistem sekluarisme, pengamat yakin bahwa Erdogan telah berhasil membersihkan sistem sekuler di sana. Pemimpin Turki ini mengatakan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk membangkitkan "generasi yang saleh." Pendukung Erdogan memuji inisiatifnya dengan alasan bahwa tahun-tahun diskriminasi terhadap Muslim yang religius akhirnya bisa berakhir.
Foto: picture-alliance/AA/C. Ozdel
Berhasil lolos dari usaha kudeta
Pada Juli 2016, kudeta militer gagal yang menargetkan Erdogan dan pemerintahannya menyebabkan lebih dari 200 orang tewas, termasuk warga sipil dan tentara. Setelah upaya kudeta, Erdogan mengumumkan keadaan darurat dan bersumpah untuk "membersihkan" militer. "Di Turki, angkatan bersenjata tidak mengatur negara atau memimpin negara. Mereka tidak bisa," katanya.
Foto: picture-alliance/AA/K. Ozer
Penumpasan oposisi
Sejak kudeta gagal, pihak berwenang menangkap lebih dari 50.000 orang di angkatan bersenjata, kepolisian, pengadilan, sekolah dan media. Erdogan menuduh Fethullah Gulen (seorang ulama yang diasingkan di AS dan mantan sekutu Erdogan) dan para pendukungnya telah mencoba merusak pemerintahan. Namun organisasi HAM meyakini tuduhan itu merupakan sarana untuk memperkuat kekuasaan dan pengaruhnya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Gurel
Didukung dan dikritik
Meskipun Erdogan menikmati dukungan signifikan di Turki dan komunitas diaspora Turki, dia dikritik karena kebijakannya yang keras dan aksi-aksi terhadap militan Kurdi setelah runtuhnya proses perdamaian pada 2015. Januari 2018, Erdogan meluncurkan serangan mematikan ke utara Suriah (Afrin), sebuah operasi yang secara luas dikecam oleh organisasi HAM.
Foto: picture- alliance/ZUMAPRESS/Brais G. Rouco
Era baru?
Menjabat sebagai presiden Turki sejak 2014, Erdogan ingin memperpanjang jabatannya. Pemilu bulan Juni akan menandai transisi Turki menjadi negara presidensial bergaya eksekutif. Namun disinyalir, lanskap media Turki didominasi oleh kelompok yang punya hubungan dengan Partai AKP yang berkuasa. Para pengamat percaya, pemilu ini menandai era baru bagi Turki - belum jelas, era baik atau buruk.(na/hp)