1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel di Amerika Latin

Ging Ginanjar15 Mei 2008

Di hari pertama kunjungannya di Amerika Latin Kanselir Jerman Angela Merkel sudah terlibat dalam perang kata-kata. Khususnya dengan presiden Venezuela yang dikenal lantang, Hugo Chavez.

Angela Merkel dan Lula da SilvaFoto: AP

Dalam jumpa pers bersama Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Merkel mengatakan, mitra Brasilnya bisa santai-santai saja.

Dengan berseloroh Angela Merkel mengatakan, ihwal ketegangannya dengan Hugo Chavez, ia akan bisa mengurus dirinya sendiri. Dan di KTT Eopa Amerika Latin nanti, ia akan menyalami seluruh pemimpin yang datang, termasuk Hugo Chavez.

Sementara Hugo Chavez menuduh Angela Merkel telah menyerangnya tanpa alasan. Kata Chavez, jauh sebelum bertolak menuju benua Amerika, Merkel telah melemparinya dengan bebatu. Sebelumnya, Chavez menyebut, Angela Merkel adalah politikus golongan kanan. Golongan politik yang sama yang mendukung Hitler, yakni kaum Fasis. Kata-kata keras itu diucapkan, karena sebelumnya Merkel menyebut Chavez adalah politikus kiri yang tidak bisa mewakili seluruh kawasan Amerika Latin.

Terlepas dari perang kata-kata itu, di hari pertama lawatan Amerika Latin ini Merkel terlibat pembicaraan hangat dengan Presiden Brasil Lula da Silva. Khususnya mengenai lingkungan.

Dalam jumpa pers bersama, Presiden Lula da Silva mengatakan:

"Semangat keterbukaan dan dialog, yang selama ini selalu mewarnai hubungan Brasil dan Jerman menjadi lebih penting lagi bila berurusan dengan lingkungan hidup."

Menurut Merkel, Jerman mendukung sepenuhnya upaya Brasil meningkatkan produk bahan bakar nabati, karena sesuai dengan tujuan pencegahan perubahan iklim. Namun peningkatan produksi Bahan bakar nabati itu tidak boleh merusak kawasan Amazon. Karena kawasan Amazon luar biasa penting bukan hanya untuk Brasil, tapi juga untuk seluruh dunia.

Angela Merkel:

"Memang mungkin saja Brasil mampu mengelola hutan secara lestari, dan sekaligus menanami lahan-lahan yang terbuka dengan tebu dan tanaman-tanaman untuk bahan bakar nabati. Tapi kita harus berjaga-jaga agar hal itu tidak mendesak wilayah hutan."

Lula da Silva menanggapi:

"Perlindungan kawasan Amazon, memang merupakan satu hal yang amat penting bagi masyarakat internasional. Khususnya buat anda sendiri, bu Merkel. Dan saya menjamin bahwa hal ini lebih penting lagi orang-orang Brasil dan bagi ke 25 juta suku asli yang hidup dan bekerja di dalam kawasan Amazon."

Angela Merkel dan Lula da Silva dijadwalkan menandatangani kesepakatan mengenai energi terbarukan. Kesepakatan ini dipandang sebagai langkah maju di satu sisi. Namun di sisi lain juga menuai kecaman. Baik dari berbagai kalangan di Brasil, maupun para aktivis lingkungan Jerman, bahkan juga para politikus kiri dari Partai Hijau Jerman yang menyertai kunjungan Merkel ini. Yang jadi pangkal kecaman adalah upah rendah dan buruknya kesejahteraan para buruh di industri pertanian bahan bakar nabati. Belum lagi anggapan bahwa peningkatan besar-besaran industri ini mengakibatkan melonjaknya harga pangan serta rusaknya Amazon.

Namun Presiden Lula da Silva membantah semua tudingan itu. Ia menyebut, 30 tahun pengalaman Brasil di bidang ini menunjukkan, bahan bakar nabati etanol sama sekali tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Lebih jauh Lula da Silva:

"Sekarang ini bensin di Brasil mengandung sedikitnya 25 persen etanol. Itu menunjukan tekad kami untuk melindungi lingkungan. Tapi kami juga ingin berbuat lebih jauh lagi. Dan untuk itulah kami mengharapkan bantuan dari mitra-mitra internasional untuk memproduksi bahan bakar nabati yang dari sudut pandang sosial dan lingkungan bersifat kekelanjutan."

Di sisi lain, Lula Da Silva mendesak Angela Merkel untuk mempelopori perubahan di Uni Eropa untuk menghapuskan apa yang disebutnya sebagai proteksionisme di bidang pertanian.