1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel di Inggris

25 November 2005

Setelah Paris dan Brussel, kini giliran London yang dikunjungi Angela Merkel.

Merkel di London
Merkel di LondonFoto: AP

Kamis, 24 November, Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyambut kanselir Baru Jerman, Angela Merkel di Downing Street, London. Meski Blair tak mencium tangan Merkel, seperti yang dilakukan Presiden Perancis Jacques Chirac saat menyambut Merkel di Paris, ia mengharapkan kerjasama yang lebih erat antara Jerman dan Inggris:

"Selamat datang Kanselir Merkel. Kami senang sekali dapat bekerja sama dengan Anda demi memajukan Jerman dan tentunya Uni Eropa.“

Senada dengan Blair, Merkel berharap dapat memperketat hubungan baik antar kedua negara yang dipisahkan lautan itu. Karena itu, ia mengusulkan agar pertemuan konsultasi rutin antar kedua negara tersebut yang mandeg sejak tahun 1998, dibuka kembali.

Dalam perbincangan mereka, Merkel dan Blair menyinggung situasi di Iran dan Afganistan. Tak ketinggalan juga tentang konflik yang sedang melanda Uni Eropa, di tengah kesulitan keuangannya. Namun, apakah dengan Merkel, Perdana Menteri Inggris yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Uni Eropa telah menemukan teman satu paham, tidaklah jelas. Yang pasti: Jerman akan berusaha mencari solusi segala permasalahan Uni Eropa, termasuk masalah keuangan yang melanda Eropa. Merkel menjelaskan:

"Saya ingin sukses. Tetapi, kalau mau sukses, kita harus memperhatikan keadaan semua negara. Bila tidak, maka tidak mungkin kita bisa maju atau sukses.“

Saat ini Inggris tak mau membayar lebih untuk keanggotaannya di Uni Eropa. Padahal akhir tahun ini Uni Eropa sudah harus menyusun anggaran barunya.

Ketika ditanyakan oleh seorang jurnalis apakah masalah itu bisa dipecahkan tahun ini juga, Merkel menjawab:.

"Saya dapat merasakan, Inggris akan berusaha keras, agar nanti kesepakatan bisa dicapai. Selebihnya, saya tidak mau meramal. Kami masih ada waktu tiga minggu yang akan digunakan oleh semua pihak seefisien mungkin. Dalam perbincangan saya dengan negara lain sebelumnya menunjukkan, bahwa tidak ada pihak yang boleh menuntut terlalu banyak dari yang lainnya. Karena itu, lihatlah apa yang terjadi.“