Merkel: Eropa Tak Seharusnya Setop Kerja Sama dengan Cina
18 November 2021
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Eropa seharusnya tidak memutuskan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan Cina, meski tantangan melindungi kekayaan intelektual jauh lebih penting.
Iklan
Kanselir Jerman Angela Merkel mengakui pada Rabu (17/11), bahwa ada ketegangan dengan Cina, tetapi penting bagi penelitian dan pengembangan Jerman dan Eropa untuk bekerja sama dengan lembaga-lembaga Cina.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters, Merkel menyebut meskipun ada kekhawatiran tentang spionase Cina di institusi Jerman dan pencurian teknologi, Cina tetap menjadi kontributor penting bagi sains dan industri.
"Kita bisa belajar banyak dari satu sama lain. Pemisahan total menurut saya tidak benar, itu akan merugikan kita," katanya.
"Ilmuwan Cina, bagaimanapun, juga merupakan bagian dari sistem publikasi internasional, dan mereka juga harus dievaluasi," kata Merkel, yang memegang gelar doktor dalam kimia kuantum.
Saat Merkel bersiap untuk meninggalkan jabatan Kanselir, persaingan terus tumbuh antara Cina dan negara Barat dalam bidang teknologi, seperti jaringan 5G dan semikonduktor.
Pada awal November, para pejabat UE dan AS mengadakan pertemuan pertama Dewan Perdagangan dan Teknologi (TTC) UE-AS, yang disebut berpotensi menghidupkan kembali hubungan transatlantik di bawah Presiden AS Joe Biden untuk menangani masalah teknologi secara multilateral, mengamankan pasokan semikonduktor dan melawan dominasi Cina.
Wajah Baru Parlemen Jerman
Bundestag gelar sidang pertama parlemen dengan komposisi baru pada Selasa (26/10), sebulan setelah pemilihan umum parlemen. DW berkesempatan meliput wajah baru pengisi parlemen Jerman itu.
Foto: Markus Schreiber/AP/picture alliance
Parlemen yang lebih muda
Seluruhnya ada 736 anggota Bundestag dan parlemen baru Jerman itu secara signifikan lebih muda dari parlemen sebelumnya. Anggota termuda, Emilia Fester, 23 tahun berasal dari Partai Hijau. Secara keseluruhan, usia rata-rata anggota parlemen turun dan 47 anggota parlemen baru, berusia di bawah 30 tahun.
Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance
Anggota parlemen rata-rata
“Anggota parlemen rata-rata” demikian julukan bagi posisi Michael Brand, dari Partai Uni Kristen Demokrat CDU. Usianya 47 tahun, yang kini menjadi usia rata-rata anggota parlemen baru. Lulusan jurusan politik dan ilmu hukum terwakili melebihi proporsi di Bundestag. Juga nama Michael merupakan nama paling umum di Parlemen Jerman.
Foto: HMB Media/Mueller/picture alliance
Anggota Tertua
Anggota tertua dalam parlemen baru adalah Alexander Gauland (80) dari Partai Alternatif Jerman yang berhaluan ekstrem kanan. Tradisi sebelumnya, anggota berusia tertua yang membuka sidang perdana. Tapi kini anggota dengan masa pengabdian terpanjang yang membuka sidang pertama parlemen baru, yakni Wolfgang Schäuble dari partai Uni Kristen Demokrat.
Foto: Christoph Hardt/Geisler-Fotopress/picture alliance
Penguatan keterwakilan perempuan
Bundestag bukan hanya lebih muda tapi juga lebih feminim. Jumlah anggota parlemen perempuan meningkat 4%. Penyumbang terbesar dari Partai Kiri dan Partai Hijau. Fenomena sangat lambat untuk kesetaraan gender. Politisi dari Partai Hijau, Tessa Gansere (44, kiri) dan Nyke Slawik (27, kanan) adalah transgender pertama dalam Bundestag. “Cerita kesuksesan kami akan mendunia,” cuitan Slawik.
Sejarah baru kelompok imigran
Juga asal-usul anggota parlemen baru amat beragam. 83 anggota Bundestag berlatar belakang migran, terutama dari Partai Kiri dan Sosial Demokrat. Rasha Nasr (29 tahun) dari Partai Sosial Demokrat punya catatan khusus. Lahir di Dresden setelah orang tuanya hengkang dari Suriah untuk hidup baru di Jerman Timur. Ia sekarang mewakili negara bagian Sachsen.
Foto: SPD
Perwakilan Afro-Jerman
Armand Zorn, salah satu anggota Bundestag dari komunitas Afro-Jerman yang berasal dari Partai Sosial Demokrat ini kelahiran Kamerun dan tiba di Jerman saat usia 12 tahun. Ia memenangkan pemilihan kursi konstituen langsung. “Itu menunjukkan bahwa kita beragam. Bukan masalah dari mana kita datang, namun ke mana tujuan kita,” jelasnya.
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture-alliance
Terbanyak dari kalangan akademisi
Mayoritas anggota Bundestag berlatar pendidikan kampus. Sangat sedikit yang berasal dari pendidikan kejuruan. Gülistan Yüksel (59 tahun) dari Partai Sosial Demokrat merupakan salah satu dari kelompok minoritas ini. Tiba di Jerman awal 70-an dari Turki, dia lulusan kejuruan asisten farmasi. Terpilih pertama kali jadi anggota parlemen pada tahun 2013.
Foto: Jens Krick/Flashpic/picture alliance
Berlatar belakang pebisnis
UMKM di Jerman kurang terwakilkan di parlemen Jerman, hanya ada 51 anggota di Bundestag berasal dari kalangan bisnis. Kebanyakan dari Partai Liberal Demokrat yang dikenal ramah pebisnis. Kritine Lütke (38 tahun) salah satunya, yang merupakan pengelola panti jompo milik orang tuanya.
Foto: FDP/Heidrun Hoenninger
Kurangnya ahli Kesehatan
Pandemi menegaskan pentingnya sektor kesehatan juga di parlemen. Namun Bundestag masih saja kekurangan perwakilan dokter. Hanya ada beberapa dokter dan tenaga Kesehatan yang terpilih jadi anggota parlemen. Stephan Pilsinger (34, tahun di foto) merupakan salah satunya. Dokter praktik ini terpilih sebagai perwakilan dari partai Uni Kristen Sosial. (mh/as)
Foto: CSU
9 foto1 | 9
Jerman awalnya "naif” terhadap Cina
Merkel mengakui bahwa Jerman harus memikirkan kembali beberapa kemitraannya, karena Cina cukup memberikan pengaruh dalam beberapa tahun terakhir.
Iklan
"Mungkin awalnya kami agak terlalu naif dalam pendekatan kerja sama. Namun, akhir-akhir ini kita lebih dekat dan memang demikian,” kata Merkel kepada Reuters, seraya menambahkan jika sekarang lebih berhati-hati.
Merkel mengatakan bahwa standar dalam perlindungan infrastruktur kritis harus tetap tinggi, terlebih Jerman memiliki undang-undang keamanan IT baru.
IT Security Act 2.0 memberikan kekuatan kepada pemerintah lebih besar untuk memeriksa produsen peralatan pada jaringan telekomunikasi generasi berikutnya, seperti Huawei dari Cina. Namun, Merkel mengatakan bahwa masing-masing perusahaan seharusnya "tidak dikecualikan sejak awal”.
Merkel menambahkan, jika Berlin terus berdiskusi dengan Beijing mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kekayaan intelektual dan paten. "Baik yang berkaitan dengan mahasiswa Cina di Jerman maupun perusahaan Jerman yang beroperasi di Cina,” tambahnya.
Merkel juga mengingatkan negara Barat untuk terus berinovasi. "Saat ini tidak demikian halnya di Eropa dalam bidang-bidang seperti komputer kuantum dan kecerdasan buatan,” katanya. "Cina dan di banyak bidang AS lebih baik,” tandasnya.