1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Imbau G-8: Krisis Pangan Ancam Keamanan Dunia

7 Juli 2008

Sehubungan dengan KTT G-8 di Hokkaido, Jepang, Kanselir Jerman Angela Merkel akhir pekan (5/6.7) mengingatkan adanya masalah keamanan global akibat krisis bahan pangan.

Kanselir Jerman Angela Merkel bersama PM Jepang Yasuo Fukuda pada KTT G-8 di Toyako, Hokkaido, 07. 07. 08Foto: AP

Menurut Merkel, masyarakat internasional harus mencegah peningkatan harga bahan pangan demi perdamaian dunia.

Hari Senin (07/07) para pemimpin negara industri terkemuka yang tergabung dalam kelompok G-8 tiba di pulau Hokkaido, Jepang untuk melaksanakan pertemuan puncak atau KTT G-8.

Menjelang pertemuan, Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan di Berlin, krisis bahan pangan di berbagai negara dapat mendestabilisasikan negara lainnya, mengancam demokrasi dan dapat berkembang menjadi masalah keamanan internasional. Kepada pemimpin negara G-8 lainnya Merkel memperingatkan dampak krisis tersebut. Menurut laporan media Jerman, kekhawatiran Kanselir Jerman itu telah dikirimkan secara tertulis kepada pemimpin pemerintah G-8, yakni Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Rusia, Prancis, Inggris dan Italia.

Alasan peringatan Kanselir Jerman itu cukup jelas, yaitu harga bahan pangan yang meroket. Menurut Bank Dunia, kenaikannya pada tiga tahun terakhir ini sekitar 83 persen. Kelaparan terjadi sedikitnya di 33 negara dan menimbulkan aksi kekerasan, kerusuhan serta penjarahan, sementara harga pangan terus melambung.

Angela Merkel ingin tema ini menjadi agenda utama KTT G-8 di Toyako, Hokkaido: "KTT dimulai pertemuan dengan pemimpin negara-negara Afrika. Naiknya harga minyak dan terutama harga bahan pangan tentunya akan menjadi pembicaraan utama."

Demikian disampaikan Kanselir Jerman hari Sabtu (5/7) dalam pesan berkalanya di internet. Guna memerangi krisis pangan, Merkel ingin mendukung pertanian negara yang terkena dampaknya: "Kami akan merembukkan bagaimana negara-negara industri dapat membantu negara-negara Afrika untuk menguatkan pertaniannya sendiri."

Demikian dikemukakan Kanselir Jerman Angela Merkel. Menurut sebuah tim pakar pemerintah Jerman, yang penting adalah peningkatan bantuan segera, akses cepat atas bibit-bibit dan pupuk serta penghentian segera pembatasan ekspor, seperti yang dilakukan India.

Kenaikan harga pangan diperkirakan akibat permintaan pangan yang meningkat dan melonjaknya harga minyak bumi serta dampak dari perkebunan tanaman bioenergi. Karena itu Merkel berpendapat, masalah itu harus diutamakan dalam KTT G-8 di Jepang: "....standard yang bagaimana kita perlukan untuk perkebunan bioenergi, agar tidak menjadi saingan dalam produksi bahan pangan di dunia."

Sebuah paket kebijakan yang meluas untuk pengamanan pangan global diharapkan dapat disepakati dalam KTT G-8. Demikian diungkapkan Kanselir Merkel kepada koran "Tagesspiegel am Sonntag". Pemerintah Jerman telah mengajukan konsep kebijakan pengurangan krisis pangan dalam jangka pendek dan juga strategi jangka panjang produksi pertanian di dunia.

Di sela-sela hari pertama KTT, Senin (07/07) , Kanselir Jerman melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Dmitri Medvedev, tampaknya mengenai soal pasar energi. Sebelum pembicaraan Merkel mengemukakan, Rusia sebagai pemasok gas dan minyak bumi serta Jerman sebagai pembeli, harus melakukan perembukan mengenai perkembangan pasar. Sedangkan Presiden Rusia menekankan hubungan ekonomi yang intensif antara kedua negara dan terutama menggarisbawahi perkembangan positif perhubungan dagang Jerman-Rusia.

Sementara itu para pengkritik G-8 berhadapan dengan polisi Jepang yang mencegah mereka mendekati kawasan tempat KTT berlangsung. Sekitar 50 aktivis anti globalisasi, kebanyakan dari luar negeri, berjalan menuju lokasi KTT, sebuah hotel mewah di puncak bukit. Tapi mereka berhasil dicegah sekitar 100 polisi anti huru-hara. KTT G-8 ini dihadiri sekitar 2000 peserta dari 22 negara. Sekitar 140 organisasi non-pemerintah juga melaksanakan pertemuan puncak tandingan di Sapporo, ibukota Hokkaido. (cs)