Dibayangi demonstrasi anti Islam dan teror terhadap Charlie Hebdo, Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan Islam adalah bagian dari Jerman. Sementara itu mingguan satir Perancis bakal menerbitkan karikatur nabi Muhammad
Iklan
Sikap tegas dan gamblang bukan hal yang lazim disematkan pada Angela Merkel selama sembilan tahun kekuasaanya. Tapi kali ini kanselir Jerman yang acap mendapat sebutan "si peragu" itu siap menyisihkan tabiat lama.
Dibayangi aksi teror terhadap mingguan satir Perancis, Charlie Hebdo, dan aksi demonstrasi anti Islamisasi Eropa (Pegida) yang Senin (12/1) lalu menyedot 25.000 orang di Dresden, Merkel dengan tegas mengatakan" Islam juga bagian dari Jerman".
Empat tahun silam bekas Presiden Jerman, Christian Wulf, mendapat terjangan dari berbagai arah akibat sebaris kalimat tersebut. Kini Merkel pun bersiap mengambil risiko yang sama. "Saya adalah kanselir buat semua warga Jerman, terlepas dari mana mereka berasal."
Gesekan Kultural
Sikap gamblang Merkel muncul ketika gesekan kultural di Jerman memuncak dalam bentuk aksi demonstrasi dua kelompok yang membela dan menentang keberadaan Islam di Eropa.
Bersatu Melawan Teror
Setelah terjadinya serangkaian serangan teror di Paris, ratusan ribu orang, termasuk lebih dari 50 pemimpin negara dan pemerintahan ikut dalam demonstrasi, untuk menunjukkan protes terhadap teror.
Foto: Reuters/Platiau
Lebih Satu Juta Menentang Teror
Diperkirakan lebih dari sejuta orang turun ke jalan-jalan di kota Paris untuk menyatakan dukungan bagi nilai-nilai kebebasan, toleransi dan pluralisme. Demonstrasi damai itu digelar untuk memperingati 17 korban tewas dalam serangan-serangan teror beberapa hari lalu di Paris.
Foto: Reuters/Platiau
Terbesar dalam 70 Tahun Terakhir
Beberapa jam sebelum dimulainya demonstrasi, yang juga dihadiri partai-partai politik Perancis kecuali Front National yang ekstrem kanan, lapangan Place de la République sudah dipenuhi orang. Diperkirakan lebih dari sejuta orang ikut dalam aksi damai tersebut, dan menjadi demonstrasi terbesar di kota itu sejak pembebasan Paris tahun 1944.
Foto: REUTERS/Youssef Boudlal
Persatuan Berbagai Negara
Sekitar 50 kepala negara dan pemerintahan ikut dalam demonstrasi itu. Dari kanan ke kiri, tampak Raja Yordania Abdullah II (ke dua dari kanan), Ratu Rania dari Yordania, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, PM Polandia Donald Tusk, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Francois Hollande, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita dan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: Reuters/Herman
Tanda Solidaritas
Warga Perancis memperingati 17 korban serangan teror. Rabu (07/01/15) dua bersaudara teroris membunuh 12 orang di kantor mingguan Charlie Hebdo. Hari Jumat (09/01/15) seorang teroris lain melakukan penyanderaan di sebuah pasar swalayan Yahudi, dan menewaskan empat orang, setelah sehari sebelumnya membunuh seorang polisi. Ketiga pelaku serangan itu tewas dalam tembak-menembak dengan polisi.
Foto: Mitchell/Getty Images
Takut Serangan
Sejak terjadinya serangan, baik warga Muslim maupun Yahudi menyatakan khawatir akan diserang. "Mereka yang melakukan serangan teror bukan Muslim," demikian dikatakan Jamel yang berusia 50 tahun. Ia merasa takut. "Beberapa mesjid sudah jadi sasaran serangan," katanya.
Foto: picture-alliance/dpa/Fredrik von Erichsen
Pertemuan Bahas Kriris
Sebelum demonstrasi diadakan, para menteri dalam negeri negara-negara Uni Eropa bertemu. Gelombang serangan teror di Perancis adalah juga serangan terhadap semua negara demokratis. Demikian kata Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve. Pertemuan itu juga dihadiri Menteri Kehakiman AS Eric Holder.
Foto: picture-alliance/dpa/Guillaume
Dalam Keadaan Siaga
Walaupun pelaku serangan tewas, di Paris tetap berlaku tingkat keamanan tertinggi. Ribuan polisi dan tentara digerakkan untuk menjaga keamanan selama demonstrasi. Setelang rangkaian serangan teror, Al Qaeda dan ISIS mengancam akan mengadakan serangan baru.
Foto: Kitwood/Getty Images
Seluruh Perancis Bangkit
Di sejumlah kota besar Perancis lainnya, ratusan ribu orang juga turun ke jalan. Demonstrasi terbesar, dengan peserta sampai 200.000 orang, diadakan di Lyon, Bordeaux, Marseille (foto) dan Rennes.
Foto: picture-alliance/dpa/Florian
Brussel vs. Kebencian
Di ibukota Belgia, Brussel, sekitar 20.000 orang berdemonstrasi menyatakan solidaritas. Moto demonstrasi: bersama menghadapi kebencian. Dalam demonstrasi hadir politisi Belgia, wakil berbagai media dan organisasi.
Foto: picture-alliance/dpa/Jensen
Peringatan di Berlin
Di ibukota Jerman sekitar 18.000 orang berdemonstrasi menentang serangan teror. Walaupun badai melanda kota Berlin, warga tetap berkumpul di lapangan Pariser Platz dekat Gerbang Brandenburg, di lokasi Kedutaan Besar Perancis, juga di jalan-jalan sekitarnya. Banyak orang mengangkat spanduk bertuliskan #jesuischarlie. Organisator memperkirakan ada 6.000 yang hadir.
Foto: picture-alliance/dpa/Jensen
Solidaritas Deutsche Welle dengan Charlie Hebdo
Staf Deutsche Welle baik di Bonn (foto) dan Berlin menyatakan solidaritas kepada mingguan Perancis Charlie Hebdo, dukungan bagi kebebasan pers dan protes terhadap teror. Direktur Jenderal DW Peter Limbourg menyatakan, serangan ini juga ditujukan terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dipertahankan DW. Ia menegaskan, "nous sommes Charlie": kita juga Charlie.
Foto: DW/M. Müller
11 foto1 | 11
Sang kanselir juga mengajak anggota kabinetnya untuk ikut serta dalam aksi solidaritas yang digelar Dewan Sentral Islam Jerman di Berlin, Selasa (13/1). Sebelumnya sekitar 100.000 berdemonstrasi di berbagai kota di Jerman buat menolak gerakan Pegida.
Seperti yang sudah diduga, Pegida yang berafiliasi dengan gerakan Neo Nazi Jerman itu ikut memanfaatkan serangan teror terhadap Charlie Hebdo buat menyuarakan penolakan terhadap Islam. "Kasus Charlie Hebdo membenarkan keberadaan kami," kata salah seorang orator di tengah demonstrasi.
"Hak atas penghinaan agama"
Sementara itu mingguan satir asal Paris itu kembali terbit dengan mengusung karikatur yang menggambarkan nabi Muhammad sedang menangis sembari memegang plakat bertuliskan "Je Suis Charlie" di bawah tulisan "Tout est pardonné" atau berarti segalanya sudah dimaafkan.
Jiwa slogan "Je suis Charlie" yang mengiringi aksi solidaritas mendukung kebebasan pers sejak beberapa hari lalu, juga berarti "hak atas penghinaan agama," kata Richard Malka, pengacara Charlie Hebdo.
Sebelumnya kepala redaksi Charlie, Gérard Biard, sudah lebih dulu menyatakan pihaknya tidak ingin membuat edisi duka setelah serangan yang menewaskan 12 orang. Untuk edisi tersebut mingguan satir itu mendapat sumbangan sebesar tiga juta Euro dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat serta perorangan.
Charlie Hebdo berencana menerbitkan 300.000 eksemplar dalam 16 bahasa yang khusus untuk dijual di luar negeri.