1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel: "Islam Bagian dari Jerman"

13 Januari 2015

Dibayangi demonstrasi anti Islam dan teror terhadap Charlie Hebdo, Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan Islam adalah bagian dari Jerman. Sementara itu mingguan satir Perancis bakal menerbitkan karikatur nabi Muhammad

Foto: Reuters/F. Bensch

Sikap tegas dan gamblang bukan hal yang lazim disematkan pada Angela Merkel selama sembilan tahun kekuasaanya. Tapi kali ini kanselir Jerman yang acap mendapat sebutan "si peragu" itu siap menyisihkan tabiat lama.

Dibayangi aksi teror terhadap mingguan satir Perancis, Charlie Hebdo, dan aksi demonstrasi anti Islamisasi Eropa (Pegida) yang Senin (12/1) lalu menyedot 25.000 orang di Dresden, Merkel dengan tegas mengatakan" Islam juga bagian dari Jerman".

Empat tahun silam bekas Presiden Jerman, Christian Wulf, mendapat terjangan dari berbagai arah akibat sebaris kalimat tersebut. Kini Merkel pun bersiap mengambil risiko yang sama. "Saya adalah kanselir buat semua warga Jerman, terlepas dari mana mereka berasal."

Gesekan Kultural

Sikap gamblang Merkel muncul ketika gesekan kultural di Jerman memuncak dalam bentuk aksi demonstrasi dua kelompok yang membela dan menentang keberadaan Islam di Eropa.


Sang kanselir juga mengajak anggota kabinetnya untuk ikut serta dalam aksi solidaritas yang digelar Dewan Sentral Islam Jerman di Berlin, Selasa (13/1). Sebelumnya sekitar 100.000 berdemonstrasi di berbagai kota di Jerman buat menolak gerakan Pegida.

Seperti yang sudah diduga, Pegida yang berafiliasi dengan gerakan Neo Nazi Jerman itu ikut memanfaatkan serangan teror terhadap Charlie Hebdo buat menyuarakan penolakan terhadap Islam. "Kasus Charlie Hebdo membenarkan keberadaan kami," kata salah seorang orator di tengah demonstrasi.

"Hak atas penghinaan agama"

Sementara itu mingguan satir asal Paris itu kembali terbit dengan mengusung karikatur yang menggambarkan nabi Muhammad sedang menangis sembari memegang plakat bertuliskan "Je Suis Charlie" di bawah tulisan "Tout est pardonné" atau berarti segalanya sudah dimaafkan.

Jiwa slogan "Je suis Charlie" yang mengiringi aksi solidaritas mendukung kebebasan pers sejak beberapa hari lalu, juga berarti "hak atas penghinaan agama," kata Richard Malka, pengacara Charlie Hebdo.

Sebelumnya kepala redaksi Charlie, Gérard Biard, sudah lebih dulu menyatakan pihaknya tidak ingin membuat edisi duka setelah serangan yang menewaskan 12 orang. Untuk edisi tersebut mingguan satir itu mendapat sumbangan sebesar tiga juta Euro dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat serta perorangan.

Charlie Hebdo berencana menerbitkan 300.000 eksemplar dalam 16 bahasa yang khusus untuk dijual di luar negeri.

rzn/vlz (dpa,ap,rtr)