Jerman dan Uni Eropa terlalu lama mengabaikan pengungsi, keluh Kanselir Angela Merkel. Ia mewanti-wanti narasi negatif yang berusaha memanfaatkan krisis pengungsi untuk kepentingan kelompok tertentu.
Iklan
Kanselir Jerman Angela Merkel yang didera gelombang kritik menyusul kebijakan pengungsi yang ia gulirkan balik menyerang negara-negara Uni Eropa karena gagal bereaksi terhadap krisis kemanusiaan di Suriah.
"Ada isu politis yang bisa diprediksi tapi diabaikan," ujarnya. "Dan di Jerman kami mengabaikan masalah itu terlalu lama dan bahkan mencegah upaya mencari solusi di tingkat Eropa."
Menurutnya Jerman sekalipun sejak lama "menolak distribusi proporsional pengungsi" dengan menggeser tanggungjawab kepada lembaga pemantau perbatasan Uni Eropa. Jerman saat ini telah menampung lebih dari satu juta pengungsi dari Timur Tengah.
Dalam wawancara dengan harian Sueddeutsche Zeitung, Merkel juga mengritik retorika negatif yang banyak beredar ihwal pengungsi. "Adalah hal yang keliru untuk mengklaim bahwa terorisme cuma datang bersamaan dengan pengungsi," ujarnya. "Ancaman teror sudah ada di sini dalam berbagai bentuk."
Wawancara Merkel dipublikasikan tepat setahun setelah keputusannya membuka pintu perbatasan untuk pengungsi. Saat itu ia mempopulerkan jargon "Wir Schaffen das" atau 'kita bisa'.
Menurutnya ia "benar-benar meyakini" kalimat tersebut.
"Jerman akan tetap menjadi Jerman - dengan segala nilai-nilainya," kata Merkel. "Tapi Jerman juga telah mengalami perubahan sejak berbentuk republik federal. Perubahan bukan hal yang buruk. Itu adalah bagian tak terelakkan dalam kehidupan."
Jerman Dihantam Telak Krisis Pengungsi
Jerman terpaksa minta bantuan Turki untuk cari solusi krisis pengungsi. Kanselir Merkel janjikan kepada Presiden Erdogan dukungan untuk perundingan anggota Uni Eropa. Jerman kini dihantam telak dampak krisis pengungsi.
Foto: Getty Images/AFP/E. Barukcic
Turki Aktor Utama Cegah Arus Pengungsi
Kanselir Merkel mula-mula bertemu PM Ahmet Davutoglu untuk diskusikan langkah mengerem "eksodus" terbesar dalam sejarah pengungsi dari Suriah dan Irak ke Eropa lewat Turki. Sebagai imbalannya Uni Eropa menjanjikan bantuan 3 milyar Euro. Turki diminta tampung 2 juta lagi pengungsi. Saat ini di Turki sudah ditampung 1.8 juta pengungsi dari kawasan konflik Suriah dan Irak.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Turki Diatas Angin Jerman Merunduk
Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya tokoh utama penentang permohonan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Tapi krisis pengungsi di Eropa yang terutama jadi beban Jerman, memaksanya untuk "sowan" kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Yildiz Palace, Istanbul, Turkey. Merkel antara lain menjanjikan dukungan bagi dibukanya lagi perundingan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.
Foto: Getty Images/G. Bergmann/Bundesregierung
Pegida Mendapat Angin
Akibat kekecewaan warga atas politik pengungsi yang dijalankan pemerintahan Merkel, kelompok anti orang asing dan anti Islam Pegida seolah mendapat angin. Aksi demonstrasi Pegida semakin banyak didukung oleh warga biasa. Mereke menuding Merkel melakukan "pengkhianatan" dan tidak mendengar kecemasan warga.
Foto: DW/R. Fuchs
Picu Penusukan Tokoh Politik
Seorang warga yang kecewa, melakukan aksi penusukan membabi buta terhadap kandidat walikota Köln, Henriette Reker. Pelaku yang punya sejarah terlibat gerakan ekstrim kanan mengatakan, ia menolong banyak orang dengan aksi brutalnya itu. Reker adalah kepala bagian sosial masalah penampungan pengungsi kota Köln. Reker yang luka parah, terpilih sebagai walikota dalam pemilu lokal di Köln (18/10).
Foto: picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
Pengungsi Terus Membanjir
Tanpa terpengaruh ricuh politik dalam negeri di Jerman, ratusan ribu pengungsi terus berusaha memasuki Eropa, dengan tujuan utama Jerman atau Austria. Negara-negara Transit seperti Hongaria, Slovenia, Serbia dan Kroasia kewalahan dan terpaksa mengerahkan tentara untuk mengawasi dan memasang pagar kawat berduri. Jerman dan Austria juga terapkan kontrol ketat pendatang.