Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan Turki mengenai kebebasan pers dan mengecam penahanan wartawan Jerman oleh pemerintah Ankara. Deniz Yucel dituding terlibat terorisme karena mewawancarai tokoh oposisi.
Iklan
Kanselir Angela Merkel mengecam penahanan wartawan harian Jerman, die Welt, oleh pemerintah Turki. Menurutnya kasus hukum yang digulirkan atas Deniz Yucel "pahit dan mengecewakan."
Sebelumnya pengadilan Turki memerintahkan penahanan Yucel atas dugaan menyebarkan propaganda teroris dan ujaran kebencian. Yucel yang berkewarganegaraan ganda, yakni Turki dan Jerman, ditangkap 14 Februari silam setelah menulis laporan tentang serangan peretas atas akun email milik menteri energi Turki.
Yucel kemudian diinterogasi aparat kepolisian selama lebih dari tiga jam sebelum ditangkap dan dipenjarakan. Ia akan menghadapi pengadilan dalam waktu dekat.
Merkel mengaku kecewa karena menurutnya penahanan tersebut "sangat keras dan tidak proporsioonal, terlebih mengingat bahwa Deniz Yucel sendiri yang secara sukarela menyerahkan diri untuk diinterogasi," ujarnya. Ia berjanji pemerintahannya "akan terus mengupayakan agar Yucel diperlakukan secara adil menurut aturan hukum yang berlaku."
"Pemerintah Jerman mengharapkan pengadilan Turki memahami pentingnya kebebasan pers di setiap masyarakat demokratis," kata Merkel.
Yucel termasuk sekelompok jurnalis yang ditahan oleh pemerintah menyusul kudeta gagal, Juli tahun lalu. Sejak saat itu pemerintah Turki banyak membidik aktivis dan wartawan yang kritis dengan dakwaan terorisme. Sejauh ini sebanyak 100 kantor berita di Turki telah dibredel pemerintah.
Menurut laporan harian Dogan, Yucel ditanyai seputar wawancaranya dengan Cemil Bayik, seorang komandan sayap militan Partai Buruh Kurdistan dan berbagai laporannya mengenai kebijakan Ankara terhadap etnis Kurdi. Ia juga ditanya apakah berhubungan dengan peretas kolektif, RedHack, yang menjebol akun email Menteri Energi, Berat Albayrak, yang juga menantu Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Sejarah Kudeta Militer di Turki
Sebanyak enam kudeta dilancarkan militer terhadap pemerintah sipil sepanjang sejarah Turki. Hampir semua bermotifkan politik. Militer menganggap diri sebagai pengawal sekularisme Atatürk dan tidak jengah mengintervensi.
Foto: Reuters/O. Orsal
1960: Kudeta Demokrasi
Kepala pemerintahan pertama di Turki yang dipilih langsung oleh rakyat tidak berusia lama. Kekuasaan Adnan Menderes dan Partai Demokrat diwarnai pelanggaran HAM dan upaya untuk mengembalikan Syariat Islam ke pemerintahan Turki. Militer kemudian melancarkan upaya kudeta pertama. Setahun berselang Menderes dihukum mati oleh junta militer.
Foto: picture-alliance/AP Photo
1971: Berakhir Lewat Memorandum
Selang 11 tahun setelah kudeta terakhir, militer melayangkan memorandum yang menyebut pemerintah telah "menyeret negara dalam anarki dan kerusuhan sosial." Surat yang ditandatangani semua perwira tertinggi militer itu mengultimatum pemerintahan untuk segera membubarkan diri dan membentuk pemerintahan kesatuan.
Foto: Imago/ZUMA/Keystone
1980: Kudeta Mengakhiri Perang Proksi
Muak dengan pertikaian antara kaum kanan dan komunis kiri, panglima militer Jendral Kenan Evren melancarkan kudeta buat menyingkirkan pemerintahan sipil. Turki pada dekade 80an ikut terseret dalam arus perang dingin yang ditandai dengan konflik berdarah di level akar rumput. Hingga akhir 70an negeri dua benua itu mengalami 10 pembunuhan per hari terhadap aktivis komunis atau sayap kanan
Foto: imago/Zuma/Keystone
Darah Berbayar Duit
Kudeta 1980 membuahkan pertumbuhan ekonomi buat Turki yang nyaris bangkrut. Namun kekuasaan Jendral Evren hingga 1989 banyak diwarnai oleh penculikan dan penyiksaan terhadap oposisi dan kelompok anti pemerintah. Tahun 2014 Evren akhirnya divonis penjara seumur hidup oleh sebuah pengadilan di Ankara. Namun lantaran faktor usia, vonis tersebut cuma bersifat simbolis.
Foto: AP
1997: Intervensi Senyap
Kembali militer bereaksi ketika pemerintahan Necmettin Erbakan dinilai menanggalkan prinsip sekulerisme Ataturk. Saat itu dewan jendral, termasuk Panglima Militer Jendral Ismail Hakki Karadayi, mengultimatum pemerintah untuk melaksanakan enam butir tuntutan yang membatasi gerak kelompok Islam. Kudeta itu berhasil menjatuhkan Erbakan. Tapi para jendral yang terlibat kemudian diadili tahun 2012
Foto: Adem Altan/AFP/Getty Images
2016: Kudeta Setengah Hati
Pada Jumat malam, 15 Juli 2016, militer tiba-tiba mendeklarasikan kudeta dan mengklaim telah merebut pemerintahan dari tangan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Saat itu Erdogan sedang berlibur di luar negeri. Militer lalu bergerak merebut tempat-tempat strategis, termasuk kantor stasiun televisi CNN Turki di Istanbul
Foto: Getty Images/G.Tan
Balas Dendam Erdogan
Lewat pesan ponsel Erdogan memerintahkan pendukungnya untuk turun ke jalan. Aparat kepolisian dan pasukan pemerintah dikerahkan buat menghalau kelompok makar. Hasilnya ratusan orang tewas dan ribuan lain luka-luka. Kudeta di Turki dinilai berlangsung tanpa perencanaan matang. Erdogan lalu memanfaatkannya buat memberangus musuh politik yang sebagian besar simpatisan kelompok Gulen