1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Merkel Khawatirkan Sentimen Anti Pengungsi

20 Desember 2016

Kanselir Jerman Angela Merkel meyakini insiden yang menewaskan 12 orang di Berlin merupakan serangan teror. Namun ia khawatir situasi akan bertambah runyam jika pelaku terbukti seorang pencari suaka asal Pakistan.

Deutschland Merkel Statement zum Anschlag in Berlin
Foto: Reuters/H. Hanschke

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan insiden di pasar natal di Berlin yang menewaskan 12 orang merupakan sebuah serangan teror. Ia juga menfgkhawatirkan situasinya akan lebih sulit jika pelaku ternyata seorang pencari suaka seperti yang diduga kepolisian.

"Masih ada banyak hal yang belum kita ketahui dengan pasti. Tapi kita harus berasumsi bahwa serangan tersebut merupakan tindak terorisme," ujarnya dalam sebuah jumpa pers di Berlin, Selasa (20/16). "Saya tahu akan sangat sulit untuk kita jika orang yang melakukan tindakan ini adalah seseorang yang mencari perlindungan dan suaka.

Ia berjanji akan menyeret pelaku ke meja pengadilan. "Ini adalah hari yang sangat sulit untuk Jerman, "kata Merkel.

Tersangka utama adalah seorang pencari suaka berusia 23 tahun asal Pakistan. Naved B. sebelumnya pernah berurusan dengan kepolisian untuk delik kejahatan ringan. Ia tiba di Jerman pada 31 Desember 2015 untuk meminta suaka.

Namun begitu kepolisian belum bisa memastikan tersangka adalah pelaku tindakan teror. "Belum jelas apakah ia adalah pengemudinya," kata Klaus Kandt, Direktur Kepolisian Berlin. Naved yang saat ini sudah diamankan pihak kepolisian membantah terlibat dalam serangan tersebut.

Serangan teror oleh pencari suaka di Berlin akan menjadi pukulan untuk kebijakan pro pengungsi milik Merkel. Saat ini pun partai populis kanan, AFD, yang sering mengangkat isu anti pengungsi sudah mengaitkan serangan di Berlin dengan kebijakan pemerintah.

Sementara Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, mengatakan serangan tersebut akan mengubah presepsi anggota Uni Eropa terhadap pengungsi. "Saya kira kesabaran publik Eropa sudah mulai habis dan mereka akan menuntut kebijakan yang lebih tegas."

rzn/vlz (rtr,dpa)