Kanselir Jerman, Angela Merkel tak mau Yunani terjun bebas ke kekacauan akibat kewalahan mengurusi pengungsi. Sementara para pengungsi terdampar di perbatasan utara Yunani ke Macedonia.
Iklan
Para migran yang terdampar berbaring dengan anak-anak mereka di atas rel kereta di perbatasan utara Yunani, hari Minggu (28/02) menuntut agar diizinkan melanjutkan perjalanan melewati Macedonia. Sementara kanselir Jerman, Angela Merkel memperingatkan bahwa Eropa tidak bisa membiarkan Yunani sendirian mengurus pengungsi.
Kanselir Merkel mengatakan, jumlah imigran yang terperangkap di Yunani bisa meningkat tiga kali lipat setelah negara-negara Balkan mengumumkan sistem buka tutup perbatasan dan dengan ketat menetapkan batasan tertinggi harian jumlah migran yang boleh masuk.
Ketegangan antara negara-negara Eropa yang paling parah terkena dampak krisis migran meruncing, ketika Kanselir Austria, Werner Faymann menuduh Yunani "berperilaku seperti agen perjalanan" bagi para migran yang berharap untuk memulai hidup baru di tempat lain di Eropa.
"Kami memperkirakan bahwa jumlah imigran yang akan masuk ke negara kami sekitar 50.000-70.000 orang untuk bulan depan," kata Menteri urusan migrasi Yunani, Yiannis Mouzalas dalam sebuah wawancara di televisi. Itu artinya, jumlah pengungsi diprediksi akan mengalami kenaikan, dari sebelumnya sekitar 22.000 orang pada bulan ini.
Jangan Biarkan Yunani Kacau
Angela Merkel mengatakan Eropa tidak bisa membiarkan Yunani -- negara yang pernah lumpuh akibat krisis utang—itu terjerumus ke dalam kekacauan dan menutup perbatasan untuk para pengungsi. "Apakah Anda percaya bahwa semua negara Euro yang tahun lalu berjuang dengan segala cara untuk menjaga Yunani tetap berada di zona euro, setahun setelah pemerintah di Athena menerima dana talangan membiarkannya terjun ke dalam kekacauan…", tanya Merkel retorik dalam sebuah wawancara dengan tekevisi penyiaran publik Jerman, ARD.
Sekitar 6.500 migran terjebak di sebuah kamp di Idomeni di perbatasan Yunani dengan Macedonia: mereka tidak bisa bergerak setelah dua negara Balkan Macedonia dan Serbia, serta anggota Uni Eropa di Balkan Slovenia dan Kroasia, memberlakukan batas harian jumlah migran yang masuk.
Beberapa ratus migran menggelar aksi protes di perbatasan pada hari Minggu (28/02), duduk dan berbaring dengan anak-anak mereka di tepi rel kereta api. Beberapa di antaranya mengangkat poster tulisan tangan bertuliskan "Buka perbatasan, tidak ada makanan" dan "Kita adalah manusia, bukan binatang". "Saya sudah 17 hari terlunta di jalan dengan keluarga saya dan dua anak saya. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan," kata seorang pria Suriah kepada Athena News Agency.
Kamp pengungsian Idomeni, yang dapat menampung hingga 1.500 orang, mendapat sorotan pekan lalu setelah Macedonia mulai menolak pengungsi Afghanistan dan mengenakan kontrol ketat atas pengungsi Suriah dan Irak.
Kanselir Jerman Angela Merkel tetap membela kebijakan pintu terbuka bagi para migran, menolak batas apapun pada jumlah pengungsi yang diizinkan masuk ke negaranya, meskipun hal itu bisa menyebabkan perpecahan dalam pemerintahannya.
Tak Ada Rencana B
Merkel mengatakan tidak ada 'Rencana B' untuk mengurangi arus migran melalui kerjasama dengan Turki. Kepada TV ARD dia mengatakan: "Kadang-kadang, saya juga putus asa. Beberapa hal yang terlalu terlambat, banyak konflik kepentingan di Eropa," namun ditambahkannya: "Tapi itu adalah tugas saya untuk melakukan semuanya yang saya bisa lakukan, sehingga Eropa dapat menemukan cara kolektif."
Dari hasil survei TV ARD, Merkel, yang dulu sangat populer, peringkatnya terus merosot akibat kebijakannya dalam penanganan masalah pengungsi. Merkel saat inin sedang berjuang untuk mengamankan rencana untuk menangani migran dengan menaruh harapannya pada pembicaraan antara para pemimpin Uni Eropa dan Turki pada 7 Maret dan KTT Migran pada tanggal 18 -19 Maret mendatang.
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.