Mesir Butuh Hasil Dialog Yang Segera
7 Februari 2011Harian konservatif Norwegia Aftenposten berkomentar tentang perundingan pertama antara pemerintah dan pihak oposisi di Mesir :
"Mesir butuh perundingan yang membuahkan hasil, supaya perkembangannya tidak lepas kendali. Semua pihak yang terlibat semakin lama semakin lelah. Ketakutan akan terjadinya kudeta militer atau perebutan kekuasaan oleh Ikhwanul Muslimin dirasakan oleh semua pihak. Situasi yang masih tidak aman, menuntut adanya hasil yang konkrit dan segera dari dialog yang kini mulai berjalan. Tidak ada tanda-tanda, bahwa hasil tersebut mungkin dicapai tanpa serah terima kekuasaan dari presiden Husni Mubarak kepada pemerintahan transisi yang akan mempersiapkan pemilihan demokrasi."
Peran Ikhwanul Muslimin di Mesir ditanggapi oleh harian Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich, Swiss :
"Organisasi yang dalam publikasinya masih menjunjung cita-cita muluk pendirinya al-Banna akan posisi Islam sebagai penguasa dunia, sejak beberapa tahun terakhir harus menunjukkan diri sebagai pihak legitim yang terlibat dalam demokrasi Mesir. Mereka harus menjadi satu dari banyak suara sebagai bagian dari demokratisasi negara itu. Adalah hal yang tidak tepat, jika menyamakan situasinya dengan militan Palestina Hamas, yang dengan kekuatan milisi sendiri tahun 2007 merebut kekuasaan di Jalur Gaza. Dan jika negara barat mencoba membandingkannya partai AKP di Turki, maka tidak boleh dilupakan, bahwa keberhasilan Turki lebih mendapat kritik dari Ikhwanul Muslimin, dibandingkan rasa kagum."
Harian kiri liberal Inggris Independent menulis tentang utusan khusus Amerika Serikat bagi Mesir Frank Wisner yang dianggap mengeluarkan pernyataan yang tidak sesuai dengan Washington :
"Suara dari Washington hingga kini tidak seragam. Pertama, menteri luar negeri Hillary Clinton menuntut serah terima kekuasaan yang terorganisir dengan baik. Dan terakhir utusan khusus Amerika Serikat bagi Mesir Frank Wisner mengatakan, peran Mubarak sebagai pimpinan tetap menentukan. Wisner, mantan duta besar di Mesir, sekarang bekerja di sebuah kelompok lobi Amerika Serikat dan kantor pengacara yang bekerja bagi rezim Mubarak dan perusahaan tradisi keluarga yang berpengaruh di Mesir. Amerika Serikat seharusnya meminta maaf telah mengirimkan seseorang dengan latar belakang seperti itu ke Kairo. Warga Mesir bisa-bisa mengira, bahwa pemerintahan Obama yang mengumbar kata-kata seperti kebebasan dan demokrasi, sebenarnya tidak berada di pihak mereka."
Terakhir, posisi Amerika Serikat dalam krisis Mesir dikomentari oleh harian kanan konservatif Hungaria Magyar Nemzet :
"Sejauh orang bisa berpikir, belum pernah Amerika Serikat tidak pernah memainkan peran yang begitu tidak berartinya dalam politik dunia. Dan ini terjadi di Timur Tengah dimana mereka dengan konsentrasi yang tidak masuk akal mengerahkan kekuatan untuk menyelamatkan kepentingan mereka sebelum runtuhnya sebuah masa. Dua bulan yang lalu, Hillary Clinton masih menyebut Mesir sebagai pilar stabilitas di kawasan tersebut. Kini negara itu digoyang oleh mereka yang melawan tirani."
Vidi Legowo-Zipperer / dpa
Editor : Hendra Pasuhuk