1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Makin Tidak Stabil

Mathhias Sailer11 Maret 2013

Dalam bentrokan dengan polisi di Kairo tiga orang tewas. Demonstrasi ditujukan kepada aparat keamanan dan kelompok Ikhwanul Muslimin. Di seluruh Mesir aksi protes makin meluas.

Ausschreitungen nach Todesurteilen in Kairo
Penjagaan keamanan di KairoFoto: Matthias Sailer

Asap tebal gas air mata menutupi jalan masuk ke hotel mewah Semiramis. Hotel itu terletak di tepi sungai Nil, dekat Lapangan Tahrir, yang sering jadi pusat aksi protes menentang pemerintah. Di sekitar hotel sekarang penuh dengan demonstran dan polisi paramiliter. Para demonstran melempar batu dan bom molotov, polisi membalas dengan gas air mata dan peluru tajam.

Suara tembakan terdengar setiap beberapa menit. Anwar adalah salah seorang demonstran yang kebanyakan berasal dari kelompok miskin. ”Hari ini kami berdemonstrasi dan polisi menyerang kami. Saya melihat orang yang mati dengan mata saya sendiri. Satu korban umurnya sekitar 13 tahun, korban yang lain lebih tua. Satu orang ditembak di kepalanya.”

Kerusuhan meluas ke seluruh negeri menentang aksi brutal aparat keamanan dan politik kelompok Ikhwanul Muslimin. Hari Sabtu (09/03), sebuah keputusan pengadilan memperuncing situasi. Pengadilan mengukuhkan keputusan hukuman mati terhadap 21 pendukung klub sepak bola dari Port Said. Sementara dari sembilan polisi yang didakwa, hanya dua polisi yang mendapat hukuman 15 tahun penjara.

Mohammed, seorang demonstran berusia 17 tahun menyatakan: ”Vonis ini tidak adil. Memang baik, kalau 21 orang itu dihukum, karena mereka membunuh orang. Tapi ini juga tidak adil. Sebab Kementerian Dalam Negeri yang melakukan pembantaian. Tapi kebanyakan terdakwa dari Kementerian Dalam Negeri dibebaskan.”

Polisi menggelar aksi mogok

Sejak hari Minggu (10/03), polisi melakukan aksi mogok di banyak kota. Mereka menuntut agar Menteri Dalam Negeri dipecat dan polisi mendapat persenjataan yang lebih baik. Banyak polisi yang tidak mau lagi digunakan sebagai alat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa politik.

Kubu Ikhwanul Muslimin sampai saat ini menolak kompromi dengan pihak oposisi. Mereka mencoba mengendalikan aparat keamanan. Aksi protes yang meningkat secara dramatis di seluruh Mesir antara lain akibat dari situasi ini. Polisi sekarang makin segan untuk menjalankan politik Ikhwanul Muslimin.

Aparat keamanan Mesir memang belum mengalami reformasi. Ini sekarang jadi masalah yang makin besar. Banyak polisi yang bertindak brutal, melakukan pemukulan dan penyiksaan, tanpa pernah dihadapkan ke pengadilan.

”Kementerian Dalam Negeri harus dirombak. Kementerian ini hanya melindungi rejim, tidak melindungi rakyat. Dua hari lalu, banyak orang sedang beribadah, mereka datang dan menembak, lalu menangkap imamnya. Mereka tidak peduli pada rakyat,” ujar Mohammed.

Aksi protes meluas ke beberapa kota lain. Mohammed menandaskan, ”Saya sekarang ada di sini untuk memberi pesan kepada Kementerian Dalam Negeri. Mereka terus membunuh, tidak hanya di Kairo, melainkan juga di Port Said dan Alexandria. Di banyak kota terjadi kerusuhan. Kami datang ke sini, karena di kawasan ini tinggal banyak pejabat Kementerian Dalam Negeri.”

Banyak polisi yang sekarang menyuarakan ketidakpuasan mereka. Seorang polisi menceritakan kepada koran digital Ahram-Online, setelah terjadi bentrokan, polisi menahan ratusan orang secara sembarangan, karena mereka tidak tahu lagi, harus menangkap siapa. Dari terdakwa yang dihukum, mungkin saja ada orang yang tidak bersalah. Seorang polisi lain mengeluh, Kementerian Dalam Negeri meminta mereka menggunakan kekerasan.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait