1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Percepat Pemilu di Tengah Kekerasan

27 Januari 2014

Pemerintah Mesir mengumumkan percepatan pemilihan presiden, di tengah kekerasan yang terus terjadi di negara itu yang menewaskan puluhan orang.

Foto: REUTERS

Presiden Interim Adly Mansour mengumumkan itu lewat pidato di televisi, sehari setelah 49 orang tewas dalam bentrokan antara kelompok Islamis dengan polisi dan ribuan demonstran di ibukota Kairo yang mendukung panglima militer Jendral Abdel Fattah al-Sisi.

Sisi diperkirakan bakal mengumumkan pencalonan dirinya sebagai presiden sebelum pemilu, yang dijadwalkan bakal berlangsung pertengahan April, setelah pertunjukan dukungan atas dirinya termasuk demo besar-besaran di Lapangan Tahrir, Kairo.

Namun bentrokan pada akhir pekan lalu serta ledakan sejumlah bom, menunjukkan situasi genting yang kini terjadi di negeri itu setelah penggulingan presiden dari kelompok Islamis Mohamed Mursi.

Kekerasan itu bersamaan dengan perayaan peringatan pemberontakan 2011 yang menggulingkan bekas orang kuat Husni Mubarak, yang disusul tiga tahun pergolakan politik yang diharapkan bakal berakhir dengan terpilihnya Sisi.

Selama akhir pekan lalu, enam bom meledak di Kairo dan Suez, membunuh enam orang dan melukai puluhan lainnya akibat meluasnya kampanye kelompok militan.

Secara terpisah, 49 orang terbunuh ketika polisi menggerebek para demonstran Islamis pendukung Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok aktivis anti militer.

Ketika Mansour menyampaikan pidato mengumumkan percepatan pemilihan presiden, mereka yang tewas terbunuh itu pada Sabtu lalu berkumpul di luar kamar mayat Kairo, sambil meneriakkan slogan-slogan anti militer.

“Turunkan militer! Rakyat ingin menjatuhkan rezim!“ teriak mereka di luar kamar mayat Zeinhom saat mereka mengumpulkan mayat-mayat keluarga dan sahabat yang mereka cintai.

Percepatan pemilu di tengah kekerasan

Dalam pidatonya, Mansour, seorang hakim yang ditunjuk militer sebagai presiden interim menggantikan Mursi, berjanji “mencabut akar (teroris) dan tidak akan menunjukkan belas kasihan“.

Pemerintah mengatakan rangkaian jajak pendapat yang dimulai dengan referendum konstitusi pada Januari yang akan berakhir dengan pemilu parlemen akan menghasilkan pemerintahan terpilih pada 2015.

Pemilu parlemen yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung sebelum pemilihan presiden, menurut Mansour ditinjau ulang karena tuntutan masyarakat.

Pemilu presiden yang digelar di awal akan memungkinkan Sisi, jika ia menang, untuk mempengaruhi hasil pemilihan parlemen dengan membentuk sebuah partai untuk menarik suara masyarakat yang mendukung dirinya.

Tapi Sisi, yang di mata pendukung Mursi dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas penggulingan presiden Islamis itu, masih menghadapi kelompok oposisi dan pemberontak.

Beberapa jam sebelum pidato Mansour, kelompok militan menyerang sebuah bis yang membawa tentara di daerah bergolak Semenanjung Sinai, yang menewaskan empat prajurit.

Kelompok militan yang terinspirasi Al Qaeda di semenanjung itu mengklaim telah menembak jatuh sebuah helikopter militer Sabtu lalu, dalam insiden yang disebut oleh angkatan bersenjata Mesir sebagai ”kecelakaan” yang menewaskan lima tentara.

Kelompok itu, Ansar Beit al-Maqdis, sebelumnya juga mengaku bertanggungjawab atas peledakan bom di ibukota Kairo.

ab/hp (afp,ap,rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait