Mesir Tempat Persembunyian Bekas Penjahat NAZI?
6 Februari 2009Karena kebrutalannya di era nasional sosialisme di Jerman NAZI, ia dikenal sebagai "dokter pembawa kematian" atau "Doktor Tod". Kini ditemukan dokumen resmi yang menyatakan Aribert Heim meninggal tahun 1992. Menurut biro kriminal negara bagian di Stuttgart, terdapat informasi yang menunjukkan, penjahat NAZI itu tinggal di Mesir sejak tahun 1963. Seorang ahli sejarah di Kairo mengatakan, pada tahun 60-an sejumlah pakar militer Jerman datang ke Mesir dan tempat tinggal mereka dirahasiakan. Mungkin saja di antara mereka terdapat anggota NAZI. pemerintahan nasionalis Presiden Gamal Abdel Nasser saat itu tidak banyak mempertanyakan masa lalu seseorang sebelum memberikan kepadanya izin tinggal.
Hotel 'Istana Kota' di Kairo saat ini menjadi pusat perhatian karena pernah dijadikan tempat kediaman Dr. Aribert Heim, yaitu seorang penjahat NAZI di era Hitler yang paling dicari. Di antara barang peninggalannya yang diteliti oleh reporter harian New York Times dan pemancar televisi Jerman ZDF, terdapat surat izin tinggal yang pertama di Mesir yang berlaku hingga 23 November 1963. Tidak tercantum kapan izin itu dikeluarkan. Sedangkan dalam paspor Jermannya tertera bahwa dokumen itu dikeluarkan di Mannheim dan berlaku hingga 13 Januari 1967. Setelah itu, Aribert Heim tidak pernah lagi punya paspor baru. Walaupun begitu, izin tinggalnya terus diperpanjang. Pakar sejarah dari Kairo Abdel Qader Yassin mengutarakan:
"Masalah semacam itu bisa diatur dengan uang sogokan. Dalam kasus ini, negara tidak bertanggung jawab atas penipuan tersebut, Artinya, dokumen ini resmi, tapi orang itu telah melanggar UU dengan menyogok seorang atau beberapa pegawai negeri."
Yassin ingat sekali apa yang terjadi di Mesir pada tahun 60-an. Aribert Heim jelas-jelas bukan warga Jerman pertama yang saat itu masuk ke Mesir:
"Presiden Abdel Nasser membuka pintu Mesir kepada pakar militer Jerman, terutama bagi pakar teknologi roket. Puluhan ilmuwan Jerman datang ke sini pada awal tahun 60-an."
Di antara pakar tersebut tampaknya juga terdapat bekas penjahat NAZI. Tapi saat itu Mesir tampaknya tidak peduli dengan hal ini. Namun, lain halnya bagi dinas rahasia Israel. Apalagi karena keterlibatan Jerman dalam kegiatan militer negara tetangganya itu merupakan duri di mata Israel. Kembali Abdel Qader Yassin:
"Para pakar ini hidup di Mesir tanpa dikenal oleh orang lain. Tapi Israel gelagatnya berhasil menyelundupkan mata-mata. Beberapa dari orang Jerman itu kemudian menerima surat berisi bom yang menewaskan mereka. Itu terjadi tahun 1965."
Saat itu Aribert Heim sudah tinggal di Mesir selama dua tahun. Ia tahu tentang keberadaan bekas anggota NAZI lainnya di Mesir, namun sengaja menjauhinya. Demikian dikatakan putranya, Rüdiger Heim kepada New York Times. Harian itu selanjutnya melaporkan, pada tahun 70-an terdapat petunjuk bahwa Heim bekerja di Kairo sebagai dokter kepolisian. Namun, dikatakan bahwa Mesir menyangkal hal itu.
Setelah wafatnya Presiden Gamal Abdel Nasser, hubungan antara Israel dan Mesir berubah. Tahun 1979 Presiden Anwar Sadat menandatangani perjanjian perdamaian. Mulai saat itu, pekerja pusat penelitian dan pencarian bekas penjahat NAZI 'Simon Wiesenthal' dapat keluar masuk Kairo dengan bebas untuk mencari buronan NAZI seperti Aribert Heim. Dokter ini kemudian menyembunyikan identitasnya dengan pindah memeluk agama Islam. Namanya berubah menjadi Tarek Hussein Farid dan profesinya ahli ekonomi. Jika hasil pemeriksaan para reporter benar, dokter pembawa kematian itu pernah tinggal selama sebelas tahun di Hotel Istana Kota dan minum teh di Cafe Groppi di Kairo tanpa dikenali oleh seorang pun. Setelah meninggal, jenazahnya diserahkan di rumah sakit, lalu dikubur di makam orang-orang yang tak dikenal. (cs)