Mesir, Yordania dan Irak Hidupkan Kembali 'Aliansi Arab'
28 Juni 2021
Mesir, Yordania dan Irak memperkuat kerjasama keamanan dan ekonomi dalam pertemuan tripartit di Baghdad. Kesepakatan itu menandakan normalisasi hubungan antara Irak dan Mesir yang bermusuhan sejak tiga dekade silam.
Iklan
Kunjungan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania, Abdullah II, ke Irak dinilai menciptakan momentum bagi Baghdad untuk memperkuat aliansi dengan negara Arab, dan menjadi mediator untuk merelai konflik dengan Iran. Baru April silam Irak dikabarkan menjadi tuan rumah negosiasi damai antara Iran dan Arab Saudi.
Pada Minggu (27/06), kedua kepala negara bertemu dengan Presiden Barham Saleh dan perdana Menteri Mustafa al-Kadhemi dalam sebuah percakapan "yang mendesak dilakukan menyusul tantangan regional yang besar," kata Saleh.
"Pemulihan Irak membuka jalan bagi sebuah sistem yang terintegrasi bagi wilayah kita, dibangun di atas pondasi perang melawan ekstremisme, penghormatan terhadap kedaulatan dan kemitraan ekonomi," tulis sang presiden via Twitter.
Pertemuan tersebut antara lain membahas isu keamanan regional, serta penguatan kerjasama di bidang energi dan perdagangan, menurut pernyataan bersama yang dirilis seusai pertemuan.
Ke-empat kepala negara juga membahas "solusi politik" atas perang saudara di Suriah yang berbasis pada resolusi PBB, "yang akan melindungi keamanan dan stabilitas di Suriah, serta menciptakan kondisi yang kondunsif untuk kepulangan para pengungsi."
Konflik di Suriah sejauh ini telah menewaskan ratusan ribu orang dan memaksa jutaan lain mengungsi. Sebagian besar warga Suriah yang melarikan diri saat ini ditampung di Yordania atau Turki. Pemulangan penduduk Suriah menjadi isu utama dalam resolusi konflik, terutama bagi negara jiran.
Konferensi tersebut juga menyerukan pemulihan stabilitas di Yaman, serta menyerukan penarikan mundur milisi asing dari Libya.
Pemilu di Suriah Tandai 50 Tahun Kekuasaan Dinasti Assad
Pemilu di Suriah akan berlangsung pada 26 Mei 2021 dan akan menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di negara yang terpecah dan hancur oleh peperangan.
Foto: Jalaa Marey/AFP
Hafez al-Assad, orang kuat Suriah selama puluhan tahun
Hafez al-Assad naik ke tampuk kekuasaan tahun 1970 setelah melancarkan kudeta. Dia membangun Suriah dengan tangan besi melalui partai hegemoni Ba'ath, dan meletakkan fundamen kekuasaan dinastinya. Hafez al-Assad meninggal 10 Juni 2000. Sebulan kemudian, anak lelakinya Bashar terpilih sebagai pemimpin baru setelah memenangkan 97 persen suara dalam referendum. Bashar adalah satu-satunya kandidat.
Foto: AP
Pupusnya harapan reformasi
Bashar al-Assad tadinya dipandang sebagai pemimpin muda yang berpandangan modern dan akan menggalang reformasi Suriah. Namun ketika gerakan protes "Musim Semi Arab" mulai melanda Suriah, Bashar mengerahkan pasukan dan menindas secara brutal aksi-aksi protes. Sebagian pasukan Suriah lalu bergabung dengan kalangan oposisi dan pertempuran pecah di banyak tempat.
Foto: Louai Beshara/AFP
Perang tak berkesudahan
Peperangan makin meluas, bahkan mendekat ke ibukota Damaskus. Menghadapi para pemberontak, Bashar al-Assad tidak segan mengerahkan segala kekuatan militer, termasuk serangan dengan senjata kimia.
Foto: picture-alliance/AA/H. Adnan
Rumah sakit jadi sasaran
Pasukan pemerintah Suriah menyerang rumah sakit untuk mencegah para gerilyawan dirawat. Foto: Rumah Sakit Arbin di kota Ghouta yang hancur setelah jadi sasaran serangan udara, Februari 2018.
Foto: Diaa Al-Din Samout/AA/picture alliance
Ratusan ribu pengungsi
Ratusan ribu orang melarikan diri dari kota-kota yang jadi sasaran pemboman. Kamp pengungsi di Idlib didirikan setelah kota Idlib hancur diserang pasukan pemerintah Suriah yang mendapat bantuan militer dari Rusia dan Iran.
Foto: picture-alliance/AA/M. Abdullah
Dukungan militer dari "saudara tua" di Iran
Bashar al-Assad bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Februari 2019. Khamenei menyebut Bashar sebagai "pahlawan dunia Arab". Iran mengirimkan bantuan ke Suriah karena ingin memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah untuk melawan Israel dan negara-negara Arab berhaluan Sunni seperti Arab Saudi. Sama dengan Iran, dinasti Assad berhaluan Syiah.
Foto: Leader.ir
Bantuan dari penguasa di Moskow
Foto Presiden Rusia Vladimir Putin terpampang di Ghouta, setelah kota itu direbut pasukan pemerintah dari tangan pemberontak, dengan bantuan tentara Rusia, Februari 2018. Rusia terutama ingin mengamankan sumber daya alam Suriah dan sudah mendapat persetujuan dan kontrak untuk menambang minyak, gas dan phosphor.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah
Tanggal 26 Mei 2021 rezim di Damaskus kembali melangsungkan pemilihan umum dengan kandidat utama Bashar al-Assad, yang akan memasuki masa jabatan yang keempat, sekaligus menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah. (hp/gtp)
Foto: LOUAI BESHARA/AFP
8 foto1 | 8
Mencairnya ketegangan di Timur Tengah?
Mesir, Yordania dan Irak juga mendesak PBB agar mengupayakan "perdamaian yang adil dan komperhensif" antara Israel dan Palestina, serta pembentukan negara Palestina yang merdeka. Pertemuan tersebut menggarisbawahi peran Kairo yang dianggap berhasil memediasikan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Iklan
Sejak awal pertemuan, Kadhemi sudah menegaskan bahwa ketiga negara "ingin berusaha menyepakati visi bersama, melalui kerjasama dan koordinasi," dalam isu Suriah, Libya, Yaman dan Palestina.
Al-Sisi adalah presiden Mesir pertama yang berkunjung ke Baghdad sejak bekas diktatur Irak, Saddam Hussein, menginvasi Kuwait pada 1990. Sejak itu hubungan kedua negara meregang, dan baru mencari sejak beberapa tahun terakhir. Adapun kunjungan Raja Abdullah II kali ini adalah yang kedua sejak 10 tahun terakhir.
Pemilu di Suriah Tandai 50 Tahun Kekuasaan Dinasti Assad
Pemilu di Suriah akan berlangsung pada 26 Mei 2021 dan akan menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di negara yang terpecah dan hancur oleh peperangan.
Foto: Jalaa Marey/AFP
Hafez al-Assad, orang kuat Suriah selama puluhan tahun
Hafez al-Assad naik ke tampuk kekuasaan tahun 1970 setelah melancarkan kudeta. Dia membangun Suriah dengan tangan besi melalui partai hegemoni Ba'ath, dan meletakkan fundamen kekuasaan dinastinya. Hafez al-Assad meninggal 10 Juni 2000. Sebulan kemudian, anak lelakinya Bashar terpilih sebagai pemimpin baru setelah memenangkan 97 persen suara dalam referendum. Bashar adalah satu-satunya kandidat.
Foto: AP
Pupusnya harapan reformasi
Bashar al-Assad tadinya dipandang sebagai pemimpin muda yang berpandangan modern dan akan menggalang reformasi Suriah. Namun ketika gerakan protes "Musim Semi Arab" mulai melanda Suriah, Bashar mengerahkan pasukan dan menindas secara brutal aksi-aksi protes. Sebagian pasukan Suriah lalu bergabung dengan kalangan oposisi dan pertempuran pecah di banyak tempat.
Foto: Louai Beshara/AFP
Perang tak berkesudahan
Peperangan makin meluas, bahkan mendekat ke ibukota Damaskus. Menghadapi para pemberontak, Bashar al-Assad tidak segan mengerahkan segala kekuatan militer, termasuk serangan dengan senjata kimia.
Foto: picture-alliance/AA/H. Adnan
Rumah sakit jadi sasaran
Pasukan pemerintah Suriah menyerang rumah sakit untuk mencegah para gerilyawan dirawat. Foto: Rumah Sakit Arbin di kota Ghouta yang hancur setelah jadi sasaran serangan udara, Februari 2018.
Foto: Diaa Al-Din Samout/AA/picture alliance
Ratusan ribu pengungsi
Ratusan ribu orang melarikan diri dari kota-kota yang jadi sasaran pemboman. Kamp pengungsi di Idlib didirikan setelah kota Idlib hancur diserang pasukan pemerintah Suriah yang mendapat bantuan militer dari Rusia dan Iran.
Foto: picture-alliance/AA/M. Abdullah
Dukungan militer dari "saudara tua" di Iran
Bashar al-Assad bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Februari 2019. Khamenei menyebut Bashar sebagai "pahlawan dunia Arab". Iran mengirimkan bantuan ke Suriah karena ingin memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah untuk melawan Israel dan negara-negara Arab berhaluan Sunni seperti Arab Saudi. Sama dengan Iran, dinasti Assad berhaluan Syiah.
Foto: Leader.ir
Bantuan dari penguasa di Moskow
Foto Presiden Rusia Vladimir Putin terpampang di Ghouta, setelah kota itu direbut pasukan pemerintah dari tangan pemberontak, dengan bantuan tentara Rusia, Februari 2018. Rusia terutama ingin mengamankan sumber daya alam Suriah dan sudah mendapat persetujuan dan kontrak untuk menambang minyak, gas dan phosphor.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah
Tanggal 26 Mei 2021 rezim di Damaskus kembali melangsungkan pemilihan umum dengan kandidat utama Bashar al-Assad, yang akan memasuki masa jabatan yang keempat, sekaligus menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah. (hp/gtp)
Foto: LOUAI BESHARA/AFP
8 foto1 | 8
Analis asal Irak, Ihsan al-Shamari, mengatakan pertemuan di Baghdad "adalah pesan kepada Amerika Serikat bahwa Irak tidak akan mengorbankan hubungannya dengan negara-negara Arab demi Iran."
Pada saat yang sama, Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap milisi-milisi binaan Iran di Irak. Serangan pada Minggu (27/06) sore itu dilakukan demi "melindungi personil militer AS" tulis Pentagon dalam keterangan persnya. Dalam serangan itu, faksi bersenjata, Kataib Sayyed al-Shuhada, mengakui empat anggotanya tewas dan berjanji akan membalas dendam.
Senin (28/06), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menuduh AS "mengganggu stabilitas keamanan di kawasan, yang salah satu korbannya adalah AS juga," tutur Saeed Khatibzadeh.