Meski tak akui Taliban, beberapa laporan menyebut seorang “penjabat konsul” Taliban sudah berkantor di Mumbai. Mungkinkah hubungan India dan Taliban semakin dekat?
Iklan
Sebuah laporan yang dikeluarkan baru-baru ini oleh Kantor Berita Afghanistan, Bakhtar, yang dikendalikan oleh Taliban menyatakan bahwa rezim fundamentalis Islam ini telah menunjuk Ikramuddin Kamil, seorang mahasiswa pascadoktoral hukum internasional dari Universitas Asia Selatan di New Delhi, sebagai duta besar Afghanistan untuk berkantor di Mumbai.
Sementara otoritas India belum memberikan komentar secara resmi, kantor berita tersebut mengutip sumber-sumber di “Kementerian Luar Negeri” Taliban yang mengonfirmasi penunjukan Kamil sebagai “pelaksana tugas konsul Emirat Islam”. Jabatan itu bertanggung jawab atas layanan konsuler Afghanistan dan mewakili kepentingan Kabul di kota metropolitan India.
“Dia saat ini berada di Mumbai, di mana dia memenuhi tugasnya sebagai seorang diplomat,” papar kantor berita tersebut tentang Kamil minggu ini.
Sher Mohammad Abbas Stanikzai, wakil menteri luar negeri Taliban untuk urusan politik, juga memposting di X tentang penunjukan Kamil di konsulat di Mumbai.
India mengirim seorang diplomat ke Kabul
Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, tetapi belum mendapatkan pengakuan dari negara mana pun di dunia. Pada saat yang sama, beberapa negara telah meningkatkan hubungan mereka dengan rezim tersebut tanpa mengakuinya, termasuk India, yang memiliki rencana strategis untuk memperluas jangkauannya di Afghanistan.
Berita tentang penempatan Kamil di Mumbai datang hanya beberapa hari setelah seorang pejabat senior dari Kementerian Luar Negeri India mengunjungi Afghanistan. J P Singh, kepala divisi diplomatik India untuk Pakistan, Afghanistan dan Iran (PAI), bertemu dengan “penjabat menteri pertahanan” Afghanistan, Mullah Muhammad Yaqoob, putra dari mendiang pendiri Taliban, Mullah Muhammad Omar, dan juga mantan Presiden Hamid Karzai serta para menteri senior lainnya dalam kunjungannya minggu lalu.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa pembicaraan tersebut berfokus pada “bantuan kemanusiaan India yang kami berikan kepada orang-orang di Afghanistan” dan cara-cara “komunitas bisnis di Afghanistan” dapat menggunakan pelabuhan Chabahar Iran untuk perdagangan internasional. India memandang pelabuhan ini sebagai lokasi yang strategis, dan India telah menandatangani sebuah kesepakatan dengan Iran pada awal tahun ini untuk mengembangkan dan mengoperasikan situs ini selama satu dekade ke depan.
Afganistan: Perubahan Keseharian di Bawah Kekuasaan Taliban
Terlepas dari semua drama seputar pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban di Afganistan, kehidupan sehari-hari terus berlanjut. Namun kehidupan sehari-hari itu telah berubah drastis, terutama bagi kaum perempuan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Dunianya laki-laki
Foto dan video yang muncul dari Afganistan menunjukkan kembalinya aktivitas di jalanan perkotaan, seperti restoran di Herat ini yang sudah menerima pelanggan lagi. Tapi ada satu perbedaan mencolok dari sebelumnya: di meja hanya ada laki-laki saja, sering kali mengenakan pakaian kurta tradisional, tunik selutut. Perempuan di ruang publik menjadi hal langka di perkotaan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Harus terpisah
Di sebuah universitas swasta di Kabul. Ada tirai yang memisahkan mahasiswanya. Pemisahan antara perempuan dan laki-laki ini sekarang menjadi kebijakan resmi dan kemungkinan akan terus menyebar. "Pembelajaran campur, lelaki-perempuan, bertentangan dengan prinsip Islam, nilai-nilai nasional, adat dan tradisi," kata Abdul Baghi Hakkani, Menteri Pendidikan Taliban di Kabul.
Foto: AAMIR QURESHI AFP via Getty Images
Kebebasan yang hilang
Seperti para perempuan ini yang sedang dalam perjalanan mereka ke masjid di Herat, setelah 20 tahun pasukan sekutu memerangi Taliban, kebebasan yang dulu didapatkan perempuan dengan cepat terhapus. Bahkan olahraga akan dilarang untuk pemain perempuan, kata Ahmadullah Wasik, wakil kepala Komisi Kebudayaan Taliban.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Pos pemeriksaan di mana-mana
Pemandangan di jalan juga didominasi oleh pos pemeriksaan Taliban. Ketika orang-orang bersenjata berat mengintimidasi warga, warga berusaha keras untuk berbaur. Pakaian gaya Barat menjadi semakin langka dan pemandangan tentara bersenjata lengkap semakin umum.
Foto: Haroon Sabawoon/AA/picture alliance
Menunggu pekerjaan
Di Kabul, buruh harian laki-laki duduk di pinggir jalan, menunggu tawaran pekerjaan. Afganistan, yang sudah berada dalam situasi ekonomi yang genting bahkan sebelum pengambilalihan Taliban, sekarang terancam "kemiskinan universal" dalam waktu satu tahun, menurut PBB. 98% warganya tahun depan akan hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan 72% pada saat ini.
Foto: Bernat Armangue/dpa/picture alliance
Tetap mencoba melawan
Perempuan Afganistan, meskipun ditindas secara brutal, terus menuntut hak mereka atas pendidikan, pekerjaan, dan persamaan hak. Namun PBB memperingatkan bahwa protes damai juga disambut dengan kekerasan yang meningkat. Para Islamis militan menggunakan pentungan, cambuk dan peluru tajam membubarkan aksi protes. Setidaknya empat orang tewas dan banyak lainnya yang cedera.
Foto: REUTERS
Ada juga perempuan yang 'pro' Taliban
Perempuan-perempuan ini, di sisi lain, mengatakan mereka senang dengan orde baru. Dikawal oleh aparat keamanan, mereka berbaris di jalan-jalan mengklaim kepuasan penuh dengan sikap dan perilaku Taliban, dan mengatakan bahwa mereka yang melarikan diri dari negara itu tidak mewakili semua perempuan. Mereka percaya bahwa aturan Islam menjamin keselamatan mereka.
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
Menyelaraskan arah
Demonstrasi pro-Taliban termasuk undangan bagi wartawan, berbeda dengan protes anti-Taliban. Yang terakhir, wartawan melaporkan mereka telah diintimidasi atau bahkan dilecehkan. Ini adalah tanda yang jelas dari perubahan di bawah Taliban, terutama bagi perempuan. (kp/hp)
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
8 foto1 | 8
Terlibat tanpa pengakuan
Dalam beberapa tahun terakhir, New Delhi telah dengan hati-hati mengkalibrasi gerakannya menuju Kabul untuk menghindari pengakuan Taliban sebagai pihak yang sah dan tetap melibatkan mereka untuk melindungi kepentingannya di Afghanistan.
Pada Juni 2022, India mengirim “tim teknis” ke Kabul untuk mengoordinasikan pengiriman bantuan kemanusiaan dan untuk melihat bagaimana New Delhi dapat mendukung rakyat Afghanistan. Sejak pembukaan misi teknis ini, Taliban telah menuntut untuk menempatkan perwakilan mereka sendiri di Delhi.
Kemudian, pada bulan Januari tahun ini, India berpartisipasi dalam pertemuan Inisiatif Kerjasama Regional yang diadakan oleh Taliban di Kabul yang mencakup perwakilan dari beberapa negara, termasuk Cina, Rusia, Pakistan dan Iran.
“Ini dapat membuka jalan untuk mengaktifkan hubungan perdagangannya dengan negara-negara Asia Tengah melalui pelabuhan Chabahar di Iran dan wilayah Afghanistan dan menyangkal kedalaman strategis Pakistan yang telah dicari sejak pendakian Taliban di Afghanistan,” kata D'Souza, yang menjabat sebagai kepala Institut Studi Strategis Mantraya di India.
Taliban juga ingin “memperdalam hubungan mereka” dengan India, menurut pakar Afghanistan ini.
D'Souza mengakui bahwa upaya Taliban untuk mendapatkan legitimasi akan mendapatkan dorongan dengan pemulihan hubungan dengan India.
“Namun, kenyataannya adalah bahwa Barat dan AS telah secara efektif mereduksi Afghanistan menjadi sebuah isu yang tidak penting selain sesekali menyebutkan pelanggaran hak-hak anak perempuan dan perempuan. Sebaliknya, hampir semua tetangga regional Afghanistan telah mengakui kebijaksanaan untuk terlibat dengan Emirat Islam, bahkan tanpa secara resmi mengakuinya,” kata D'Souza.
Dan bahkan dalam isu-isu seperti diskriminasi perempuan, memiliki “kehadiran yang kuat di Kabul” akan memungkinkan India untuk memengaruhi kebijakan Taliban dengan lebih baik daripada “mengambil sikap merajuk dan tidak peduli,” katanya.
Protes Perempuan Afganistan Menentang UU Baru Taliban
01:08
New Delhi ingin meminimalkan ancaman
Ajay Bisaria, seorang mantan komisaris tinggi untuk Pakistan, percaya bahwa kehadiran seorang pejabat Afghanistan di Mumbai akan sangat membantu komunitas Afghanistan, yang tidak memiliki perwakilan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut negara mereka.
“Ini merupakan bagian dari kebijakan India untuk melakukan pendekatan yang terkalibrasi dan pragmatis dengan para penguasa de facto Afghanistan. India memiliki sebuah tim teknis di Kabul dan telah terlibat di tingkat resmi dengan Taliban dalam beberapa kesempatan,” kata Bisaria kepada DW.
Menurut perkiraannya, harapan minimum India adalah bahwa Taliban tidak akan mengambil langkah untuk mengancam keamanan India seperti yang mereka lakukan pada tahun 1990-an dan idealnya juga melindungi kepentingan India di Afghanistan.
Larangan Kuliah oleh Taliban, Hak Perempuan Afganistan Dirampas
Sejak merebut kekuasaan pada pertengahan 2021, Taliban semakin membatasi hak-hak perempuan dan anak perempuan Afganistan. Kini, mereka membatasi akses perempuan ke pendidikan tinggi hingga memicu kemarahan internasional.
Foto: AFP
Perpisahan untuk selamanya?
Perempuan tidak akan diizinkan untuk kembali berkuliah. Dalam pernyataan pemerintah pada hari Selasa (20/12), Taliban menginstruksikan semua universitas di Afganistan, baik swasta maupun negeri, untuk melarang perempuan mengenyam pendidikan. Sekarang ini semua mahasiswa perempuan dilarang masuk ke universitas
Foto: AFP
Perempuan disingkirkan
Pasukan Taliban menjaga pintu masuk sebuah universitas di Kabul, sehari setelah larangan untuk perempuan berkuliah diberlakukan. Para mahasiswi diberitahu bahwa mereka tidak bisa masuk kampus. Larangan diberlakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Namun, sudah ada aksi protes di universitas, di mana siswa laki-laki batal mengikuti ujian dan beberapa dosen laki-laki juga mogok mengajar.
Foto: WAKIL KOHSAR/AFP/Getty Images
Pendidikan tinggi hanya untuk laki-laki
Sejumlah pembatasan telah diberlakukan sebelum ini. Setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021, universitas harus memisahkan pintu masuk dan ruang kuliah berdasarkan jenis kelamin. Mahasiswi hanya boleh diajar oleh dosen perempuan atau oleh pria tua. Gambar ini menunjukkan ada batas pemisah untuk mahasiswi di Universitas Kandahar.
Foto: AFP/Getty Images
Angkatan terakhir
Mahasiswi Universitas Benawa di Kandahar, masih bisa ikut wisuda Maret lalu dengan gelar di bidang teknik dan ilmu komputer. Pembatasan baru atas hak-hak perempuan di Afganistan mengundang kecaman keras dari dunia internasional. Human Rights Watch menyebut larangan kuliah bagi perempuan sebagai "keputusan yang memalukan", sementara PBB menyatakan keputusan itu melanggar hak asasi perempuan.
Foto: JAVED TANVEER/AFP
Dampaknya menghancurkan masa depan negara
Ribuan perempuan dan anak perempuan mengikuti ujian masuk universitas pada Oktober lalu, salah satunya di Universitas Kabul. Banyak yang ingin belajar kedokteran atau menjadi guru. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, larangan Taliban "tidak hanya melanggar persamaan hak perempuan dan anak perempuan, tetapi akan berdampak buruk pada masa depan negara."
Foto: WAKIL KOHSAR/AFP/Getty Images
Tutup peluang pendidikan untuk perempuan
Larangan untuk perempuan berkuliah adalah satu lagi pembatasan pendidikan bagi perempuan dan anak perempuan. Selama lebih dari setahun, gadis remaja hanya bisa bersekolah sampai kelas tujuh di sebagian besar provinsi. Gadis-gadis yang berjalan ke sekolah di Afganistan timur ini beruntung karena beberapa provinsi yang jauh dari pusat kekuatan Taliban mengabaikan larangan tersebut.
Foto: AFP
Negeri tanpa kehadiran perempuan
Perempuan dan anak perempuan sekarang disingkirkan dari sebagian besar aspek kehidupan publik Afganistan. Mereka tidak diizinkan mengunjungi gym atau taman bermain di Kabul selama berbulan-bulan. Taliban membenarkan larangan tersebut dengan berkilah, peraturan tentang pemisahan jenis kelamin tidak dipatuhi, dan banyak perempuan tidak mengenakan jilbab seperti yang diwajibkan oleh mereka.
Foto: WAKIL KOHSAR/AFP/Getty Images
Realitas distopia
Sejumlah perempuan mengumpulkan bunga safron di Herat. Ini adalah pekerjaan yang boleh mereka lakukan, tidak seperti kebanyakan profesi lainnya. Sejak berkuasa, Taliban telah memberlakukan banyak peraturan yang sangat membatasi kehidupan perempuan dan anak perempuan. Misalnya, mereka dilarang bepergian tanpa pendamping laki-laki dan harus mengenakan hijab di luar rumah setiap saat.
Foto: MOHSEN KARIMI/AFP
Sebuah aib yang memalukan
Banyak perempuan Afganistan menolak penghapusan hak-hak mereka dan berdemonstrasi di Kabul pada November lalu. Sebuah plakat bertuliskan "Kondisi Mengerikan Perempuan Afganistan Merupakan Noda Aib bagi Hati Nurani Dunia." Siapapun yang ikut protes perlu keberanian besar. Demonstran menghadapi risiko represi kekerasan dan pemenjaraan. Para aktivis hak-hak perempuan juga dianiaya di Afganistan.
Foto: AFP
9 foto1 | 9
Iran dan Cina telah menyambut utusan Taliban
Kedutaan Besar Afghanistan di New Delhi menghentikan operasinya pada bulan Oktober tahun lalu. Kedutaan ini mengutip serangkaian masalah, termasuk kurangnya kerja sama dari pemerintah India. Duta besar sebelumnya, Farid Mamundzay - yang ditunjuk oleh pemerintah mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani - meninggalkan India dan tidak pernah kembali, menciptakan kekosongan kepemimpinan.
Mantan duta besar India untuk Iran, Gaddam Dharmendra, mengatakan kepada DW bahwa berita terbaru tentang duta besar baru di Mumbai ini merupakan sebuah langkah pragmatis yang keras kepala.
“Hubungan Taliban-Pakistan tegang, dan Iran dan Cina telah mengizinkan Taliban untuk mengoperasikan kedutaan besar di Teheran dan Beijing. Jadi, masuk akal bagi kita untuk meningkatkan kepentingan nasional kita,” kata Dharmendra.
Artikel ini diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris.