Bertemu Erdogan, Özil dan Gündogan Dikritik di Jerman
15 Mei 2018
Pemain sepak bola timnas Jerman Mesut Özil dan Ilkay Gündogan dikritik karena bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Keduanya adalah warga Jerman keturunan Turki, tetapi memilih untuk mewakili timnas Jerman.
Iklan
Kedua bintang Premier League Inggris dan striker Everton Cenk Tosun, bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogandi hotel Four Seasons di London pada hari Minggu (13/05). Presiden Erdogan, yang sedang berkampanye jelang pemilu pada 24 Juni, kini tengah berada di ibukota Inggris untuk kunjungan kenegaraan tiga hari, di mana dia akan diterima oleh Ratu Elizabeth II dan bertemu dengan Perdana Menteri Theresa May pada hari Selasa (15/05).
Setiap pemain memberikan Erdogan jersey sepak bola dari klub masing-masing, lalu berpose bersama dengan presiden. Kaos Manchester City Gündogan juga bertuliskan pesan pribadi: "Dengan penuh hormat untuk presiden saya."
Sementara sentimen tambahan yang melekat pada kaos Gündogan adalah signifikan, kehadiran Özil cukup mengejutkan. Dia pernah mengatakan kepada harian nasional Jerman Süddeutschen Zeitung, dalam sebuah wawancara 2017, bahwa dia umumnya menahan diri untuk tidak mengomentari masalah politik. "Saya tidak berbicara tentang politik," katanya pada saat itu.
Selasa (15/05), muncul berita bahwa gelandang Liverpool Emre Can juga diundang untuk bertemu Erdogan, tetapi ia menolak.
Turki: Antara Kudeta Gagal dan Aksi Dukung Erdogan
Setahun setelah percobaan kudeta yang gagal di Turki, Presiden Erdogan dan pendukungnya gelar rapat akbar di Ankara demonstrasikan persatuan. Tapi tidak semua warga Turki mendukung acara tersebut.
Foto: DW/D. Cupolo
Kudeta Gagal dan Demonstrasi Kekuasaan
Kudeta gagal di Turki tahun 2016 sebabkan 250 orang tewas. Acara peringatan setahun sukses tumpas kudeta di Ankara dan Istanbul jadi demonstrasi bagi haluan masa depan negara Turki. Para pendukung presiden Erdogan berkumpul mendengarkan pidato di depan gedung Parlemen.
Foto: DW/D. Cupolo
Berbeda Pandangan
Banyak warga yang terlibat langsung melawan kudeta, untuk mendukung pemerintah yang terpilih secara demokratis, juga hadir dalam rapat akbar itu. Tapi tidak semuanya mendukung demokrasi. Seperti grup "serigala abu-abu" nama julukan partai gerakan nasionlistis ini, demonstrasikan salam partai ekstrim kanan Turki.
Foto: DW/D. Cupolo
Rela Mati demi Erdogan
Sureyya Kalayci (ki) dan putranya Sohn Ahmet (ka), menjadi aktivis yang memblokir jalanan di Ankara untuk menghentikan upaya kudeta militer setahun lalu. Saat peringatan setahun suskes tumpas kudeta, Kalayci memakai baju yang ia tulisi sendiri nyatakan kesetiaan pada Erdogan. "Cukup telefon saya, dan perintakan saya untuk mati, sayapun siap mati"
Foto: DW/Diego Cupolo
Pengawas Demokrasi
Plakat di sebuah gedung di Ankara ini bertuliskan: Kami terus memonitor demokrasi". Inilah dukungan bagi "demokrasi" pasca percobaan kudeta setahun silam. Sebagian penduklung Erdogan meyakini, bahwa pendukung imam Fetullah Gülen masih ada di dalam institusi pemerintahan, dan terus menyiapkan kudeta berikutnya.
Foto: DW/D. Cupolo
Percaya Kekuatan Nasional
Seorang demonstran mengatakan tertembak kakinya saat usaha kudeta yang gagal, dan menggeletak setahun di rumah sakit. Kini dia hadir dalam rapat akbar di Ankara, dan menyatakan siap membela negara. Ia menyebutkan, pengkhianat berusaha mempengaruhi militer lakukan kudeta. Tapi efeknya negara kini semakin kuat.
Foto: DW/D. Cupolo
Dukung Aksi Pembersihan
Demonstran yang membawa anak ini memakai ikat kepala bertuliskan "syuhada tak pernah mati. Tanah air tidak bisa dibagi". Banyak demonstran mendukung aksi pembersihan terhadap kelomopk anti Erdogan. Sejauh ini lebih 150.000 pegawai negeri dipecat dan lebih 50.000 orang ditahan di penjara. Demonstran ini menyebutkan, warga yang tidak bersalah tidak perlu takut.
Foto: DW/D. Cupolo
Demo Tandingan Pengritik Status Quo
Para pengritik situasi darurat dan represi terhadap tersangka lawan politik pemerintah gelar demo tandingan. Peserta aksi menentang kewenangan besar bagi tentara untuk melakukan tindakan apapun. Jika ada referendum, para penentang status quo akan memilih menolak dituasi darurat.
Foto: DW/D. Cupolo
Banyak Hak Sipil Dilenyapkan
Aktivis hak asasi manusia Seyma Urper menegaskan, banyak yang tidak ingin mendukung rapat akgar pendukung Erdogan. Pasca usaha kudeta, banyak pegawai negeri dipecat, dan walikota di Sirnak diganti oleh politisi pro AKP. Rakyat kehilangan banyak hak sipil. Banyak yang makin sulit menjalankan profesinya.
Foto: DW/D. Cupolo
Rindukan Kejayaan Usmaniyah
Dampak dari represi, menyebabkan Erdogan dipandang banyak pendukungnya sebagai penguasa tunggal di Turki. Ia dianggap sebagai tokoh yang bisa mengembalikan kejayaan Turki seperti di masa kekaisaran Usmaniyah yang runtuh 100 tahun lalu. Hal ini terlihat dari banner yang dibawa dengan tulisan :"Kami cucu Usmaniyah. Recep Tayyip Erdogan."
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Mengharap Erdogan Terpilih Kembali?
Demostran pendukung Erdogan mengusung bendera bertuliskan. "Tetap kuat, rakyat mendukungmu". Tapi banyak yang diam-diam mengharapkan hal sebaliknya. Seorang sopir taksi mengatakan, jika Erdogan terpilih kembali 2019, Turki akan jadi ngara Syariah. Bagi pria ini bukan masalah, tapi bagi perempuan akan jadi masalah berat. Penulis:Diego Cupolo (as/ap)
Foto: DW/D. Cupolo
10 foto1 | 10
Özil dan Gündogan dikritik pada hari Senin (14/05) oleh Reinhard Grindel, presiden asosiasi sepakbola Jerman (DFB).
"Tentu saja DFB menghormati situasi khusus pemain dari latar belakang migran," katanya. "Tetapi sepakbola dan DFB mewakili nilai-nilai yang tidak cukup dihormati oleh Erdogan. Tidak baik bahwa pemain kami membiarkan diri mereka dieksploitasi demi keberhasilan (pemilihan) kampanye. Tindakan para pemain ini tidak membantu upaya integrasi DFB. "
Setelah berita itu pecah, pengguna Twitter Jerman ramai menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas pertemuan tersebut. Dalam empat tahun sejak Erdogan menjadi presiden, Turki sering mendapat kecaman karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia, serta penindasan terhadap pers dan media sosial. Selama waktu itu, lebih banyak wartawan yang telah dipenjara di bawah rezimnya daripada di negara lain. Banyak media Jerman yang bersikap sangat kritis terhadap rezim Erdogan.
Gündogan kemudian merilis pernyataan berikut: "Bukan niat kami untuk membuat pernyataan politik dengan foto kami, apalagi untuk mengkampanyekan pemilihannya. Sebagai pemain timnas Jerman, kami berkomitmen dengan nilai-nilai DFB dan sadar akan tanggung jawab kami. "
Meskipun keduanya lahir di kota Jerman barat Gelsenkirchen dan memilih untuk mewakili Jerman secara internasional, Özil dan Gündogan adalah keturunan Turki. Striker Everton Tosun juga lahir di Jerman, tetapi ia memilih bermain untuk timnas Turki.
Ed McCambridge (vlz/ts)
Bagaimana Istanbul Menjadi Surga Kucing Liar
Kemesraan penduduk Istanbul pada kucing telah dikenal sejak jaman dulu. Mereka terbiasa merawat satwa liar itu bak binatang kesayangan sendiri. "Jika tidak ada kucing, Istanbul kehilangan jiwanya," tutur penduduk lokal.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Surga di Kota Dua Benua
Budaya mengadopsi hewan peliharaan belum banyak mengguggah penduduk Istanbul. Namun mereka mengasuh satwa liar di jalanan bak binatang kesayangan sendiri. Tidak heran jika kota di antara dua benua ini menjadi surga buat kucing liar tak bertuan.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Hiburan di Rumah Tuhan
Terutama kucing yang hidup di masjid-masjid kota menjadi atraksi wisata dan obyek foto pelancong asing. Mereka tidak hanya mendapat makanan dan air minum secara berkala, keberadaan kucing-kucing ini juga turut menghibur jemaah masjid yang datang dari berbagai sudut kota.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Sahabat Berkaki Empat
"Tanpa kucing, Istanbul akan kehilangan jiwanya." Begitulah kredo yang biasa diucapkan penduduk kota kepada wartawan yang bertanya ihwal kerumunan satwa berbulu tersebut. Tidak jarang pemilik toko atau penduduk di pusat kota mengenal nama setiap kucing yang hidup di sekitar dan bisa berkisah panjang lebar tentang kebiasaan masing-masing kucing, seakan sedang menggosipkan teman sendiri.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Pertolongan di Musim Dingin
Bukan pula hal aneh jika penduduk membeli rumah kucing agar jiran berbulu itu tidak kedinginan ketika cuaca membeku. "Jika sudah soal kucing, uang tidak lagi jadi masalah buat sebagian orang," tutur seorang pemilik toko hewan. Pada musim dingin, beberapa penduduk bahkan membiarkan kucing-kucing tersebut menginap di dalam rumah.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Pembeli Bukan Melulu Raja
Di kawasan Cihangir, di mana jalur pedestrian dipenuhi rumah-rumah kucing berukuran mini, bukan hal aneh jika kucing menempati kursi terakhir di bar atau kedai kopi dan membiarkan tamu menunggu sembari mengelus mereka. Seorang penghias rambut lokal bahkan mengakui, merawat satwa liar membantunya melalui masa sulit.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Cinta Berakar pada Agama
Kisah cinta penduduk Istanbul dengan kucing juga tumbuh berkat keistimewaan kucing di dalam Islam. Hampir semua penduduk mengenal kisah heroik kucing menyelamatkan Nabi Muhammad S.A.W dari gigitan ular berbisa di tengah sholat. Sejak zaman dulu kucing ditugaskan menjaga perpusatakaan dari tikus-tikus yang menggeorogoti buku. Kini mereka menjaga seisi kota dari tikus.
Foto: Reuters/G. Tomasevic
Jiwa Kota yang Tidak Pernah Menghilang
Maka di tengah tsunami perubahan yang sedang melanda Istanbul, mulai dari pembangunan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan, banjirnya pendatang dari luar kota atau gentrifikasi yang menyapu kawasan pemukiman, hanya satu hal yang tidak menghilang dari wajah kota, yakni kucing-kucing yang bersantai dan bercengkrama di setiap sudut jalan.