#IStandWithOzil Reaksi Netizen Atas Mundurnya Özil
23 Juli 2018
Mundurnya Mesut Özil dari timnas Jerman menuai sejumlah reaksi. Tak sedikit yang memberi dukungan atas sikap Özil yang menyuarakan anti-rasisme.
Iklan
Minggu malam (23/07) waktu Jerman, para penggemar sepak bola gempar di dunia netizen. Pemain gelandang tim nasional Jerman, Mezut Özil mengumumkan pengunduran dirinya dalam bentuk tiga cuitan lewat akun twitter pribadinya @MesutOzil1088. Alasan Özil mengundurkan diri adalah karena serangan rasisme.
Laman sosial pun menjadi lapangan tempat para warga net menyuarakan pendapatnya. Dari skuad timnas Jerman, yang pertama kali berkomentar di laman sosial adalah pemain Bayern München, Jerome Boateng. Dalam cuitannya, Boateng secara singkat mengungkapkan rasa terima kasihnya selama bermain bersama Özil, yang dipanggilnya Abi.
Rekannya di Arsenal, Héctor Bellerín yang juga pemain timnas Spanyol secara terbuka memberikan dukungan atas langkah Mesut Özil yang menentang perlakukan rasis yang dialaminya pasca kekalahan Jerman dalam Piala Dunia 2018.
#IStandWithOzil
Dukungan terhadap pemain gelandang Arsenal itu pun datang dari para penggemar bola di seluruh dunia yang dirangkum dalam hashtag #IStandWithOzil. Penyanyi religius yang populer di Indonesia, Maher Zain adalah salah satu di antaranya. Cuitannya yang mengutip pernyataan Özil telah dicuit ulang sebanyak lebih dari 10 ribu kali.
Menteri Olahraga Turki, Mehmet Kaspoglu juga tak ketinggalan. "Kami sepenuhnya mendukung tindakan terhormat yang diperlihatkan saudara kami Mesut Özil," cuit Mehmet Kaspoglu.
Di Jerman, Kanselir Angela Markel melalui juru bicaranya, Ulrike Demmer menyebutkan penghargaannya atas Mesut Özil dan menganggapnya sebagai pesepakbola yang telah berkontribusi sangat besar untuk dunia sepak bola Jerman. (ts/vlz)
Mesut Özil: Selayang Pandang Karirnya
Özil mengundurkan diri dari permainan internasional setelah menuduh dapat perlakuan rasis dari Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB). Gelandang tengah yang tenang dan berbakat itu telah menarik banyak penggemar setia.
Özil bergabung dengan tim muda Bundesliga Schalke 04 di kampung halamannya Gelsenkirchen pada 2005. Keberhasilannya di panggung internasional datang lebih cepat, ia memenangkan kejuaraan Eropa U21 dengan tim Jerman tahun 2009.
Foto: Imago/Team 2
Berawal dari Bremen
Karir klub Özil juga tidak mengecewakan. Mereka menggambarkannya sebagai "hal besar berikutnya." Keluar dari Schalke karena alasan gaji, Özil lalu pindah ke Werder Bremen pada 2008. Penampilannya yang luar biasa untuk tim Jerman di Piala Dunia 2010 menarik perhatian klub-klub terbaik Eropa. Ia dijual ke Real Madrid pada 2010 kemudian pindah ke tim Inggris Arsenal dengan rekor klub 50 juta Euro.
Foto: Imago/Sven Simon
Simbol keberhasilan integrasi
Tahun 2010 Özil memenangkan Bambi - penghargaan media bergengsi di Jerman - sebagai contoh cemerlang integrasi di Jerman. Lahir sebagai seorang Jerman generasi ketiga, ia selalu menyatakan bangga akan asal-usulnya di Turki, sambil menekankan bahwa hidupnya dikhususkan untuk Jerman. Sebagai seorang Muslim yang taat, ia pernah memposting foto dirinya berhaji ke Mekah pada 2016.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Pedersen
Raja di hati para penggemarnya
Özil bertemu Kanselir Angela Merkel setelah mengalahkan Turki tahun 2012. Ia menarik banyak penggemar setia karena kepribadiannya yang tenang dan sederhana serta gemar melakukan kegiatan filantropi. Tahun 2014 ia dipuji karena menyumbangkan kemenangan Piala Dunia 2014 bagi anak-anak Brasil yang membutuhkan operasi penyelamatan jiwa dan bertemu dengan anak-anak pengungsi Suriah di Yordania.
Özil mengikuti semua tujuh pertandingan sukses Piala Dunia Jerman di Brasil pada 2014. Dikenal sebagai "playmaker Joachim Löw," gelandang tengah ini memiliki hubungan dekat dengan pelatih nasional Jerman tersebut. Secara total sepanjang karir untuk timnas Jerman, ia telah memainkan 92 pertandingan, mencetak 23 gol, dan mencatatkan 40 umpan matang.
Foto: picture-alliance/GES/M. Gillar
Kontroversi Erdogan
Özil pernah bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan beberapa kali, yang terakhir yaitu Mei 2018. Pertemuan ini menghasilkan foto bersama yang akhirnya banyak dikritik di Jerman. Mulai dari politisi kiri yang menganggapnya mendukung pemimpin otoriter, dan politisi kanan yang menuduhnya kurang loyal terhadap Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/Presidential Press Service
Berakhirnya sebuah masa
Jerman tersingkir di babak penyisihan grup Piala Dunia 2018 di Rusia - ini adalah kinerja terburuk dalam beberapa dekade. Presiden Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB), Reinhard Grindel, berusaha menyangkal kritik terhadap dirinya dengan menyalahkan pertemuan Özil dengan Erodgan untuk mengalihkan perhatian tim. Reaksi Grindel ini menuai kritik keras dari politisi dan penggemar sepak bola Jerman.
Foto: picture-alliance/Photoshot
'Kalau menang saya orang Jerman, tapi sewaktu kalah saya imigran'
Özil mengeluarkan unek-unek lewat Twitter sambil menyatakan mengundurkan diri dari permainan internasional pada Juli 2018, saat ia masih berusia 29 tahun. "Saya tidak mau lagi menjadi kambing hitam karena ketidakbecusannya," kata Özil merujuk kepada Grindel. Ia menuduh presiden DFB itu rasis, tapi mengucapkan terima kasih kepada Löw dan rekan di tim Jerman atas dukungan mereka.