Meta Didesak Batalkan Rencana Instagram untuk Anak-anak
8 Februari 2022
Pemuka agama di Amerika Serikat mendesak Direktur Meta, Mark Zuckerberg, untuk menghentikan total rencananya mengembangkan Instagram Kids, karena dinilai membahayakan keselamatan dan kesehatan mental anak-anak.
Iklan
Sejak September 2021 silam Meta, induk perusahaan Facebook dan Instagram, sudah menunda proyek pengembangan platform berbagi foto untuk anak-anak Instagram Kids. Kini, pemuka agama mendesak agar pengembangannya dibatalkan secara permanen.
Permintaan itu dikirimkan lewat sebuah surat oleh lembaga advokasi, Fairplay dan Children's Screen Time Action Net.
"Setelah melalui meditasi dan doa, kami meyakini platform media sosial yang membidik jiwa-jiwa yang belum dewasa, mempraktikkan penambangan data yang tidak etis dan terinspirasi oleh keuntungan adalah bukan alat untuk kemaslahatan umum anak-anak,” tulis ke70 pemuka agama di Amerika Serikat, Senin (7/2).
Meta dihujani kecaman setelah kebocoran dokumen internal yang dilakukan oleh mantan pegawai Facebook, Frances Haugen, mengungkap rencana perusahaan untuk menggarap target pengguna media sosial di bawah umur.
Influencer: Profesi Impian Yang Tak Seindah Penampilannya
04:07
Direktur Instagram, Adam Mosseri, Desember lalu dipanggil Senat AS untuk ditanyai soal aspek keamanan online bagi anak-anak dalam proyek Instagram Kids. Jaksa agung di sejumlah negara bagian juga memanggalang aliansi untuk menghadang rencana Meta.
Meta yag dipimpin Mark Zuckerberg berdalih, dokumen yang dibocorkan dipakai untuk membuat gambaran miring terkait kinerja perusahaan. Ia juga bersikukuh gagasan membuat Instagram khusus anak-anak justru dibuat untuk menciptakan ruang online yang aman bagi pengguna di bawah umur.
Iklan
Eksploitasi anak-anak
Sebagaimana platform media sosial lain, Instagram melarang anak di bawah 13 tahun untuk membuat akun dan menggunakan layanan beragi foto itu. Namun Meta mengakui ada banyak anak-anak di kelompok umur tersebut yang mendaftar dengan tanggal lahir palsu.
Instagram Bisa Rusak Lingkungan?
Para followers mengikuti jejak selebgram mengunjungi sejumlah tempat wisata yang dikenal lewat tagar #instagramfamous. Mereka merusak tempat menakjubkan itu dengan meninggalkan sampah dan menghancurkan habitat alami.
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
Dari #superbloom ke #poppynightmare
Usai musim dingin disertai hujan lebat, musim semi akhirnya muncul di California Selatan, AS. Momen yang tepat untuk melihat mekarnya bunga liar, namun sekitar 50.000 orang berbondong-bondong datang dan asyik berfoto. Mereka memetik, menginjak-injak bunga poppy, dan menghancurkan dengan meletakkan poster "bunga ini akan tumbuh lagi". Tidak perlu banyak merusak tempat-tempat keindahan alam.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Ketika wisata alam menjadi viral
Dulunya menjadi tempat nongkrong warga setempat, namun kini spot yang menghadap ke Sungai Colorado dekat Grand Canyon, AS telah menjadi salah satu tempat paling instagramable. Terkenal di Instagram, membuat Horsehoe Bend dikunjungi jutaan turis setiap tahun. Area parkir kini sedang diperluas untuk mengakomodasi kerumunan wisatawan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di tempat terpencil.
Foto: imago/blickwinkel/E. Teister
Konsekuensi yang tidak diinginkan
Tak lama setelah fotografer Johannes Holzer memposting keindahan danau Barmsee di Jerman, foto tersebut langsung viral di Instagram dan mendorong banyak orang mengunjungi tempat itu. Dalam sebuah wawancara dengan radio Jerman Bayrischer Rundfunk, Holzer mengatakan jalan menuju danau saat ini terlihat seperti telah diinjak-injak oleh tentara. Kawasan danau juga dipenuhi sampah dan puntung rokok.
Sebuah kota kecil yang dikunjungi jutaan pengunjung
Sebuah desa kecil di Austria yang berpenduduk 700 orang viral di Instagram karena keindahannya. Desa ini menjadi terkenal dan didatangi 10.000 pengunjung per hari. Penduduk setempat mengeluhkan wisatawan yang berjalan ke rumah mereka untuk menemukan sudut terbaik untuk foto-foto. Mereka meninggalkan sampah, membuat film dengan drone yang menakuti burung, dan menghancurkan kedamaian dan ketenangan.
Playa Jardín di pulau Tenerife, Spanyol adalah tempat yang populer di kalangan fotografer yang membangun menara kecil dengan batu yang dikumpulkan dari pantai. Desain mereka mungkin menghasilkan bidikan yang sempurna, namun menara tersebut sebenarnya merusak ekosistem lokal. Laba-laba, serangga, dan kadal yang hidup di bawah batu itu kehilangan tempat berlindung.
Foto: Imago Images/McPHOTO/W. Boyungs
Jangan tinggalkan jejak
Organisme tanaman yang penting bagi kesehatan tanah akan tercabut ketika posisi batu-batu tersebut diubah. Hal itu lantas menyebabkan para pencinta lingkungan membongkar formasi batuan awal tahun ini dan memposting caption di Instagram dengan tagar #pasasinhuella, yang berarti "tidak meninggalkan jejak." Hanya beberapa hari setelah kampanye, Instagrammers sudah mulai membangun kembali menara batu.
Foto: Imago Images/robertharding/N. Farrin
"Popcorn" bukan untuk dibawa pulang
Alga mati di Pulau Canary, Spanyol ini menyerupai cemilan popcorn. Keunikannya memiliki daya tarik tersendiri di media sosial Instagram, sehingga membuat banyak orang berkunjung dan membawa ganggang pulang sebagai kenang-kenangan. Akibat ulah mereka, diperkirakan 10 kilogram "popcorn" menghilang setiap bulan. Sebagai tanggapan, Proyek Clean Ocean telah mulai berbagi foto seperti ini di Instagram.
Foto: Clean Ocean Project
Penduduk Islandia membalas
Lebih dari 10 juta gambar di Instagram, Islandia menjelma sebagai tujuan yang sangat populer. Untuk mendapatkan foto yang sempurna, banyak orang berkendara dan merusak pedesaan. Mereka duduk di gletser, berjalan di lumut, dan menerbangkan drone. Dewan turis Visit Iceland kini telah meluncurkan beberapa inisiatif yang mempromosikan contoh perilaku bertanggung jawab para wisatawan.
Foto: picture-alliance/E. Rhodes
Sikap main hakim sendiri
Akun Instagram Public Lands Hate You bertujuan untuk mempermalukan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Akun itu memposting ulang foto orang-orang yang melanggar aturan, memicu sejumlah brand untuk memutuskan hubungan dengan beberapa influencer dan bahkan menyebabkan penyelidikan dari layanan taman nasional AS. Tetapi akun ini juga menuai kritik karena menyebut orang tanpa persetujuan.(ha/vlz)
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
9 foto1 | 9
Instagram Kids diklaim dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut. Nantinya, platform yang baru akan memberi orang tua kuasa untuk mengawasi atau membatasi akun anaknya. Akses juga dibatasi untuk anak di atas usia 10 tahun.
Platform media sosial lain seperti TikTok dan YouTube juga mengembangkan versi anak-anak untuk menjamin konten yang sesuai dengan usia pengguna.
Namun begitu, organisasi perlindungan hak anak, Campaign for a Commercial-Free Childhood melontarkan kritik, Meta berusaha memanfaatkan ketakutan anak-anak tertinggal oleh tren media sosial. Mereka mengkhawatirkan perkembangan mental anak akan ditentukan oleh algoritma media sosial, ketimbang arahan orang tua.
Dalam penelitiannya, lembaga pmbela hak anak-anak, Fairplay for Kids, menemukan Facebook masih mengumpulkan informasi tentang pengguna di bawah umur. Data itu diolah untuk menentukan jenis iklan yang paling tepat untuk pengguna. Namun dalam praktiknya, algoritma ini bisa menyasar anak yang mengidap anoreksia dengan iklan produk diet atau bocah dengan tingat kepercayaan diri yang rendah dengan unggahan yang menglorifikasi bentuk tubuh tertentu, lanjut lembaga tersebut.