1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Michael Jackson Tampil di Museum di Jerman

23 Maret 2019

Sosok Michael Jackson dihadirkan kembali lewat pameran seni di Museum di Bonn. Pameran ini diselenggarakan di tengah kontroversi terkait isu kekerasan seksual yang dilakukan Sang Raja Pop terhadap anak.

Michael Jackson Ausstellung
Foto: picture-alliance/dpa/M. Meissner

Pameran potret Michael Jackson telah direncanakan jauh sebelum pemutaran film dokumenter Leaving Neverland ditayangkan perdana oleh stasiun televisi HBO (3/03). Dokumenter tersebut mengupas kisah dua anak laki-laki yang dulu menjadi korban kekerasan raja pop dunia itu..

Pameran bertajuk "Michael Jackson: On the Wall” pertama kali ditampilkan di Galeri Potret Nasional di London. Pameran berlanjut di Grand Palais di Paris hingga 14 Februari 2019 lalu.

Namun kini citra sang Raja Pop berubah sejak pemutaran film dokumenter tersebut. Leaving Neverland menceritakan dua orang korban kekerasan Jackson, yakni James Safechuck (40 tahun) dan Wade Robson (36 tahun). Mereka menceritakan pengalaman buruknya semasa kecil bersama Jackson. Buntut dari dokumenter ini,  sejumlah stasiun radio dari mancanegara tak mau memutarkan lagu-lagu Michael Jackson.

Rein Wolfs berdiri disamping potret Micheal Jackson.Foto: picture-alliance/dpa/H. Kaiser

Tak menyurutkan niat, museum di Bonn tetap menggelar pameran sesuai rencana, yakni dari tanggal 22 Maret hingga 14 Juli 2019.

"Terutama saat ini, saat kasus kekerasan itu menguak, momen ini mejadi penting untuk melihat kembali sosok sang Raja Pop,” kata Rein Wolfs, Direktur Bundeskunsthalle, museum seni di Bonn.

Tak hanya untuk dikagumi, lewat pameran ini pengunjung juga dapat melihat Jackson dari beragam sudut padang termasuk perspektif yang kritis. "Saya percaya kehadiran pameran ini sebagai wadah yang bisa menjadi tempat diskusi yang lebih baik daripada menghilangkan kenangannya,” tambah Wolfs.

Potret Micahel Jackson karya David LaChapelleFoto: picture-alliance/dpa/M. Meissner

Menulis ulang sejarah Jackson?

Nicholas Cullinan, seorang kurator asal Inggris yang juga hadir di pembukaan pameran menambahkan bahwa pameran ini tidak bertujuan untuk "merayakan kejayaan " Jackson.

"Ini adalah soal rumitnya sosok Jackson, soal bagaimana ia memiliki makna yang berbeda bagi orang yang beda pula,” ujar Cullinan.  

Menurutnya, Jakson yang meninggal dunia 2009 lalu itu telah banyak meninggalkan jejak dalam sejarah pop. Rasanya tak mungkin menghilangkan jejaknya dari sebuah bagian budaya. "Kita tidak bisa menulis ulang sejarah, tapi kita bisa membingkai ulang sejarah,” tambahnya.

Sebanyak 134 karya seni dari 53 seniman ditampilkan dalam pameran ini. Beberapa di antaranya adalah karya Andy Warhol, Keith Haring, Isa Genzken, Yan Pei Ming, dan David LaChapelle, yang menggambarkan Jackson sebagai "America Jesus”.

Menghadapi banyak pertanyaan sulit

Pihak Jackson telah mengajukan gugatan sebesar 100 juta Dollar atau sekitar 1,4 triliun Rupiah kepada HBO atas tuduhan "pembunuhan karakter terhadap anumerta” atau pembunuhan karakter bagi penyanyi yang telah tiada ini. Pihak penyelengara pameran menjamin tidak akan menghindari pertanyaan terkait tuduhan kekerasan yang dilakukan Jackson.

Pembukaan pameran dibuka dengan pernyataan tertulis: "Tuduhan yang dibuat oleh korban memang mengejutkan. Kami lihat ini sebagai sebuah tanggung jawab untuk tidak mengabaikannya."

Film dokumentar ini tayang perdana di Jerman pada 6 April 2019. Sebuah panel diskusi dihadirkan di hari yang sama di pameran. 

Ed: ga/ts