Banyak milenial sadar bahwa anak bukan dana pensiun. Tapi sekitar 80% milenial masih belum persiapkan keamanan finansial bagi masa pensiun mereka.
Iklan
Bukan hanya jadi generasi sandwich, kebanyakan generasi milenial Indonesia juga punya masalah keuangan lain, persiapan dana pensiun. Menurut laporan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan Indonesia (DPLK) tahun 2020, 86% generasi milenial tak mempersiapkan program pensiun.
Dalam survei yang serupa oleh DPLK pada 2023 tentang Dana Pensiun untuk Pekerja Biasa, sekitar 63% pekerja tak punya tabungan pensiun atau hari tua. Survei ini dilakukan pada 100 pekerja biasa dengan rentang usia produktif 22-35 tahun dan tingkat Pendidikan S1.
Sementara dalam survei oleh Populix, generasi milenial belum menjadikan dana pensiun sebagai prioritas. Faktanya, posisi pertama prioritas keuangan mereka adalah soal dana darurat. Di posisi dua dan tiga ada investasi dan dana pensiun. Di posisi empat dan lima ada pembayaran utang dan membeli barang tertentu.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Kelompok milenial menempatkan rumah tangga pengeluaran sebagai prioritas utama, diikuti oleh pendidikan anak, kepemilikan aset seperti rumah atau tabungan, investasi, menjalankan bisnis, dan memenuhi perjalanan ibadah.
Namun ketika bicara tentang milenial yang sudah menikah dan punya anak, mereka lebih fokus pada rencana keuangan jangka panjang, yaitu untuk menjamin masa depan mereka dan keluarga.
Hal ini menjadikan menabung untuk dana pensiun serta alokasi dana pendidikan jauh lebih penting dari keinginan lain seperti punya rumah atau mobil baru, bisnis baru, atau jalan-jalan.
Anak bukan dana pensiun
Perencana Keuangan Andy Nugroho menyebut banyak generasi milenial yang bahkan belum aware dengan persiapan dana pensiun. Andy menyebut ada beberapa hal yang jadi hambatan utama gen M untuk punya dana pensiun.
"Yang pertama adalah kadang mereka merasa pensiun masih jauh, jadi ya sudah dibikin nanti saja. Apalagi misalnya bekerja di institusi yang memberikan dana pensiun, semakin banyak yang ntar-ntar aja bikinnya," katanya saat dihubungi DW Indonesia.
"Mereka mengabaikan, kenapa mereka mengabaikan, karena merasa sekarang, oh sekarang lagi kuat-kuatnya bekerja nih, dalam peak performance."
Restauran ini Tidak Ragu Pekerjakan Para Oma Berusia 70-80 Tahun
Bagi sebagian orang, bekerja adalah bentuk rasa syukur terhadap Sang Pencipta karena telah diberikan jiwa dan raga yang mampu. Di Restauran Uma Oma, para lansia pun punya kesempatan untuk tetap bergerak lincah.
Foto: C. Andhika/DW
Kerja adalah bentuk rasa syukur
Wasinah (berdiri di kanan), perempuan berusia 80 tahun ini menolak jadi orang tua yang tidak produktif. Sepanjang hidupnya, kerja adalah bentuk syukur kepada Tuhan atas raganya yang masih kuat dan sehat. Baginya, kini, bekerja bukan lagi soal dibayar berapa.
Foto: C. Andhika/DW
Uma Oma Cafe jadi rumah kedua
Uma Oma Café menjadi rumah kedua bagi Oma Wasinah. Tempat dia banyak menghabiskan waktu, tertawa, bertemu banyak orang dan cucu-cucu ‘tak dikenal.’ Memang, tidak semua karyawan Uma Oma berusia lanjut. Sebagian besar masih didominasi oleh pekerja usia produktif mulai dari juru masak, cashier, hingga ke pelayannya.
Foto: C. Andhika/DW
Resep asli dari 'nenek'
Restoran ini punya konsep mirip warteg. Semua makanan yang dijual adalah makanan rumahan dengan resep asli dari ‘nenek’. Mengusung gaya rustic jadul, restoran ini memajang berbagai perabot jadul nan aestetik. Dengan konsep makanan Indonesia dan rumahan, aneka hidangannya jadi favorit semua kalangan, dari anak-anak sampai lansia.
Foto: C. Andhika/DW
Memberdayakan lansia
Banyak negara juga mulai melirik para lansia untuk menjadi karyawan, termasuk di Jepang dan kini Indonesia. Di kafe ini, Wasinah pun dengan lincah dan ramah mengingatkan orang untuk berhati-hati saat menaiki tangga. Dia juga kerap bercengkerama dengan para pelanggan tanpa terbatas usia.
Foto: C. Andhika/DW
Mencegah lansia merasa kesepian
Hari itu, Wasinah (depan, kiri) bertugas bersama Rustianah (kanan) yang bahkan lebih tua darinya. Kedua oma ini bertugas sebagai penyambut tamu, dan menginfokan menu. Di restoran ini, Wasinah dan rekan-rekannya kerap bekerja sambil bersenda gurau. Bukan cuma tamu yang perhatian pada Oma Wasinah, tapi juga karyawan lainnya.
Foto: C. Andhika/DW
Ini Oma Rustianah, usianya 86 tahun
Oma Rustianah bisa dibilang pegawai tertua di tempat ini. Dia berusia 86 tahun namun di terlihat masih sangat segar dan sehat. Dia tidak ragu dan tersenyum manis saat banyak tamu mengajaknya selfie maupun wefie.
Foto: C. Andhika/DW
Pesan hangat dari para 'cucu'
Di lantai dua, berbagai pesan sayang dan semangat untuk para oma pun dituliskan. Para ‘cucu’ oma, bisa menuliskan berbagai pesannya di kertas yang bakal digantung di sebuah sudut di lantai dua restauran ini. (ae)
Foto: C. Andhika/DW
7 foto1 | 7
Pada akhirnya, kata Andy, uang yang seharusnya dipakai sebagai dana pensiun akhirnya dipakai untuk kebutuhan lainnya dengan alasan ‘ingin menikmati masa muda' dan You Only Live Once (YOLO).
Alasan selanjutnya, adalah banyak generasi milenial yang menjadi sandwich generation, dan kurangnya literasi tentang dana pensiun. Dijelaskannya, dana pensiun adalah satu hal yang penting untuk dipersiapkan sejak dini dan idealnya dimulai saat baru bekerja.
"Makin lama mempersiapkannya, maka makin enteng juga untuk nabung per bulannya. Jadi perhitungannya dibalik, mau punya uang berapa saat pensiun nanti dan lihat usia saat ini. Kalau sulit, maka sesuaikan dengan kemampuan, yang penting dibangun dulu habitnya untuk konsisten menabung."
"Jadi gaya hidup jangan terlalu diumbar ketika muda, karena kita harus memikirkan masa pensiun. Kenapa kita harus memikirkan masa pensiun? Biar nanti tidak bergantung sama anak. Anak bukan dana pensiun kita."
Ada BPJS, masih perlu dana pensiun mandiri?
Menambahkan Andy, Andreas Hartono, Perencana Keuangan, Direktur, dan Konsultan Insan People Academy mengungkapkan bahwa untuk dana pensiun adalah dana yang tak bisa diutak-atik.
"Asumsinya ini tidak diambil-ambil, maka tiap orang harus punya pos pengeluaran yang spesifik. Rekening jangan dicampur dan yang penting adalah balancing saja having fun-nya dapat kemudian future-nya juga dapat. Jangan sampai future-nya enggak ada, having fun-nya yang diprioritasin," ucapnya kepada DW Indonesia.
Warga Dunia Bertambah Tua
Jumlah warga dunia yang berusia lebih dari 65 tahun akan meningkat menjadi 15,6% hingga 2050. Dengan demikian, menurut perkiraan PBB, jumlahnya akan berlipat ganda.
Foto: Munir Uz Zaman/AFP/GettyImages
Semakin tua
Di seluruh dunia, orang tambah berusia tua. Jumlah warga yang berusia lebih dari 65 tahun, baru 7,7% di tahun 2010. Hingga 2050 jumlah itu akan berlipat ganda menjadi 15,6%, begitu perkiraan PBB. Penyebab perkembangan ini adalah kurangnya jumlah kelahiran dan semakin lamanya orang hidup. Terutama di negara-negara berkembang nantinya akan semakin banyak warga lanjut usia.
Foto: picture-alliance/dpa
Jatuh cinta setelah pensiun
100 tahun lalu, berusia lebih dari 75 tahun menjadi pengecualian. Orang seumur itu dulu dianggap uzur. Jaman sekarang, pensiunan masih kuat dan kerap sangat sehat serta menikmati hidup sepenuhnya. Di Jerman orang berusia 100 tahun lebih banyak lima kali lipat dibanding 30 tahun lalu.
Foto: Fotolia/Gina Sanders
Fit lebih lama
Kebugaran tubuh orang berusia lanjut juga berkaitan dengan kemajuan dunia kedokteran serta kesejahteraan yang makin tinggi. Ini juga terlihat di negara berkembang. Sebagian besar warga berusia lanjut akan hidup di sana.
Foto: Patrizia Tilly/Fotolia
Perempuan ingin anak lebih sedikit
Di tahun-tahun mendatang tren juga akan tetap berlanjut. Keluarga muda ingin anak lebih sedikit. Antara lain karena, jaman sekarang perempuan lebih menganggap penting kebebasan secara finansial, dan memiliki anak sulit dipadukan dengan memiliki pekerjaan.
Foto: Fotolia/Fotowerk
Anak perempuan ingin bersekolah
Alasan lain mengapa perempuan mempunyai anak lebih sedikit: mereka mengharapkan hidup lebih baik bagi anak mereka. Terutama di negara-negara miskin, para ibu lebih suka mengirim anak perempuannya untuk bersekolah, dan tidak menyuruh mereka mengasuh adik-adiknya.
Foto: DW/H. Hashemi
Sistem pensiun buruk
Di negara-negara berkembang, sistem pensiun dan sosial kerap tidak ada. Tetapi jumlah kelahiran yang dulunya tinggi mengakibatkan di masa depan warga lansia akan sangat banyak. Jadi harus ada struktur yang mempermudah hidup para pensiunan.
Foto: Issouf Sanogo/AFP/GettyImages
Bukan hanya perawatan yang penting
Bahkan di negara kaya seperti Jerman, perawatan yang baik tidak cukup. Memang jumlah rumah perawatan warga lansia banyak, tapi harganya mahal. Semakin banyak warga berusia lanjut juga terancam kemiskinan, karena uang pensiun semakin sedikit.
Foto: Fotolia/Kzenon
Bahaya kemiskinan di masa tua
Di daerah-daerah miskin di dunia ini, sekarang saja terutama perempuan tua dipaksa untuk mengemis agar bisa punya uang cukup. Banyak orang hanya bekerja di lahan pertanian, dan tidak punya uang pensiun sama sekali. Pekerjaan fisik yang berat sering tidak dapat diberikan lagi kepada mereka. Tidak adanya harapan untuk masa depan terus bertambah sejalan dengan berubahnya piramida penduduk.
Foto: picture-alliance/Lehtikuva/Hehkuva
Perlawanan warga tua
Di seluruh dunia saat ini warga berusia lanjut sudah menuntut uang pensiun yang sesuai. Misalnya di Nikaragua, mereka menuntut pensiun minimal 90 Dolar per bulan.
Foto: REUTERS
Bekerja hingga lanjut usia
PBB menuntut, agar negara-negara di dunia mulai menciptakan lapangan kerja berguna bagi warga berusia lanjut. Pengertian kondisi "pensiun" harus berubah. Saat ini saja banyak warga lanjut usia yang berhasil menjadi pengusaha kecil.
Foto: Munir Uz Zaman/AFP/GettyImages
10 foto1 | 10
Dicontohkannya, sesuai peraturan di Indonesia, usia pensiun berada di angka 55 tahun dan besarannya berkisar 20-30 kali gaji ditambah dengan dana lainnya. Jika seorang pegawai punya gaji Rp10 juta, ini berarti uang pensiun ini hanya bisa bertahan sampai 30 bulan saja.
"Mau tidak mau, setiap orang itu terutama yang muda-muda harus punya awareness, harus punya pemahaman buat pensiun itu jangan hanya mengharapkan dari perusahaan jangan hanya mengharapkan dari BPJSTK itu tidak akan cukup."
"Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Tapi yang ada adalah effort-nya jadi makin berat saat mulainya belakangan."
Baik Andreas dan Andy sama-sama menyarankan untuk mempersiapkan dana pensiun dalam berbagai instrumen investasi seperti reksadana, saham, emas dan lainnya dan bukan uang tabungan. Pasalnya, bunga tabungan terbilang kecil dibanding keuntungan dari investasi lainnya. Tabungan juga sulit mengejar inflasi yang mungkin terjadi di tahun-tahun mendatang.
Iklan
Konsistensi, tantangan persiapkan dana pensiun
Ibu satu anak, Contasia Christie mungkin termasuk salah satu generasi milenial yang sudah merencanakan dana pensiun, meski diakuinya cukup terlambat.
"Aku mempersiapkan dana pensiun setelah menikah. Karena sebelum itu masih pusing dengan persiapan nikah dan juga belum paham cara atur finansial yang baik," katanya kepada DW Indonesia.
Model Senior Korea - Keren, Meyakinkan dan Istimewa
Apa harus ganteng atau cantik? Bagaimana postur tubuh yang tepat? Lebih menarik lagi, berapa usia ideal seseorang. Di Korea Selatan, kaum senior juga bisa jadi model, dan melangkah di atas catwalk. Bahkan ada sekolahnya.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
Tampil meyakinkan
Model senior asal Korea Selatan, Kim Chil-doo (kiri) berbicara dengan model lain saat latihan di Seoul. Kim yang berusia 65 tahun, bangga dengan jenggot dan rambut panjangnya yang lebat. Ia berpose dengan menyakinkan ketika melangkah di atas catwalk di antara model-model muda yang tampak kurus kering.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
Tak peduli usia
Kim Chil-doo ketika mempersiapkan diri untuk sebuah pengambilan foto untuk iklan. Korea Selatan termasuk negara yang populasi lansianya cukup besar. Seperti Kim, banyak warga lansia Korea Selatan mencoba memulai karir yang tidak biasa.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
Didandani pakar kosmetika
Kim Chil-doo sedang didandani, ketika mempersiapkan diri untuk syuting iklan. Kim bukan satu-satunya warga senior Korea Selatan yang menuntut ilmu di sekolah "modeling". Ada juga yang menjadi bintang di YouTube atau menjadi guru bahasa Korea bagi para penggemar K-pop di luar negeri.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
Bergaya di depan kamera
Hingga 2050, OECD memperkirakan, jumlah warga usia lanjut di Korea Selatan akan jauh lebih banyak lagi. Diprediksi juga, negara itu akan menjadi negara maju ketiga dengan penduduk paling tua di dunia, setelah Jepang dan Spanyol.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
Menyasar konsumen kelompok usia lanjut
Foto profil Kim Chil-doo tergantung di balik kaca pada kantor agen model di Seoul. Lim Sung-min, yang mewakili Kim mengatakan, kantor agen miliknya berusaha meningkatkan jumlah model senior, dengan tujuan menyasar konsumen dari kelompok usia itu. Lansia Korea Selatan banyak yang hidup kesepian. Tetapi mereka juga jadi kelompok masyarakat yang kerap punya daya beli kuat.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
"Bersekolah" kembali
Sejumlah warga berusia menengah menimba pendidikan di sekolah model di Seoul. Pada sore hari, belasan orang, terutama berusia antara akhir 50-an dan 60-an, bertemu di sebuah lokasi pusat kegiatan masyarakat di Seoul, di mana mereka tiap pekan ikut latihan berjalan di atas catwalk, berharap bisa jadi model tenar juga seperti Kim Chil-doo.
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
Impian masa kecil bagi sebagian orang
Bagi You Sung-lae, 59, yang ikut pelajaran untuk jadi model, ini adalah impian masa kecilnya. "Belajar modeling membuat saya merasa menghidupkan kembali masa muda saya, yang tidak bisa saya nikmati karena saya menikah dini dan langsung memiliki anak," kata You. Kim Chil-doo dengan rambut dan janggut panjangnya sekarang jadi bintang iklan dan majalah fesyen. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp)
Foto: Reuters/K. Kong-Ji
7 foto1 | 7
"Usia 30-an baru mulai. Terlambat sih, harusnya dari awal kerja sudah harus pikirkan soal ini."
Meski sudah memiliki persiapan dana pensiun, perempuan yang disapa Tasia ini juga punya tantangannya tersendiri. Dalam kasusnya, dana pensiun pernah terpakai saat anaknya dirawat di rumah sakit dan saat anaknya masuk ke TK.
Kini, dia memilih untuk menyimpan dana pensiunnya dalam bentuk deposito, saham, atau emas agar tak mudah diambil dan terpakai serta bisa berkembang.
Menyimpan dana pensiun dalam bentuk emas menjadi pilihan Irfana. Selain itu, dia juga memilih bentuk investasi lain agar dananya tak mudah terpakai. Dia juga mengaku kalau cukup terlambat memulai mempersiapkan dana pensiun.
"Mulai sadar harus punya dana pensiun dan nabung di usia 25. Di situ baru sadar kalau nggak nabung buat hari tua nanti bisa berabe," ucapnya.
Sebenarnya, kantor swasta tempatnya bekerja memiliki BPJS Ketenagakerjaan dan juga Jaminan Hari Tua, namun dia tak ingin bergantung hanya pada hal itu.
"Menurut aku tetap lebih baik ada tabungan, just in case BPJS agak susah nanti cairnya, kita nggak usah worry karena bisa pake uang sendiri."
Ia mengakui tantangan terbesarnya adalah konsistensi. "Kadang udah disisihkan buat tabungan tapi tahunya ada aja pengeluaran tak terduga."