1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikSudan

Milisi Janjaweed Kembali Kobarkan Kekerasan di Darfur

25 April 2022

Milisi Janjaweed dicurigai menewaskan setidaknya 168 orang dalam serangannya terhadap minoritas di Darfur, Sudan, Minggu (24/4). Kawasan yang pernah dilumat perang saudara itu kembali rawan sejak Oktober silam.

Pembakaran Desa Cheri Kasi di Darfur, September 2004.
Desa Cheri Kasi di Darfur usai dibakar milisi Janjaweed pada 2004 silamFoto: Scott Nelson/Getty Images

Pertumpahan darah teranyar bermula pada Jumat (22/4) di kawasan Krink, Darfur Barat, Sudan, kata Adam Regal, juru bicara Koordinasi Umum bagi Pengungsi di Darfur, sebuah lembaga bantuan kemanusiaan.

"Setidaknya 168 orang terbunuh pada Minggu dan 98 mengalami luka-luka,” katanya kepada AFP, sembari menambahkan pertikaian bisa kembali berulang. Serangan dilancarkan suku Arab terhadap minoritas Massalit sebagai balas dendam atas pembunuhan dua anggotanya, imbuhnya lagi.

Setidaknya delapan orang meninggal dunia dalam pertikaian di hari Jumat.

Hari Minggu, pemimpin suku Massalit mengaku melihat jenazah korban bertebaran di desa-desa kawasan Krink, yang berjarak 80 km dari ibu kota provinsi Darfur, Gneina. Tenaga medis dari Komite Sentral Doktor Sudan sempat mewanti-wanti terhadap "bencana kesehatan,” lantaran maraknya serangan terhadap rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Darfur Barat.

Kembalinya Milisi Janjaweed

Komite Internasional Palang Merah sebabnya mengimbau otoritas Sudan memastikan layanan kesehatan bagi korban kekerasan. Utusan Khusus PBB untuk Darfur, Volker Perthes, mengecam pertumpahan darah di Krink dan menuntut penyelidikan resmi.

Video yang beredar di media-media sosial pada Minggu, menampilkan asap tebal membumbung dari rumah-rumah yang terbakar. AFP gagal memverifikasi kebenaran bukti-bukti visual tersebut.

Lembaga bantuan kemanusiaan di Darfur menuduh milisi Janjaweed, mendalangi eskalasi teranyar. Militan Arab itu dulu ditakuti atas kekejamannya dalam pembantaian di Darfur pada awal 2000an silam.

Saat itu, Janjaweed dicurigai mendapat sokongan logistik dan senjata dari bekas diktatur Omar al-Bashir. Kini, kebanyakan pembesarnya sedang disidang atau masih menjadi buronan Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.

Regal mengatakan, milisi Janjaweed "melakukan pembunuhan, pembakaran, penjarahan dan penyiksaan tanpa ampun,” terhadap warga minoritas di Darfur dalam beberapa pekan terakhir. 

rzn/vlz (afp,rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait