1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Jihadis Asing Terlibat Pertempuran di Marawi

26 Mei 2017

Militan asing pro ISIS termasuk dalam kelompok jihadis bersenjata yang bertempur melawan pasukan pemerintah Filipina di Marawi. Enam jihadis asing tewas diantaranya warga Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Philippinen Unruhen in Marawi
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe

Invasi kalifat Islamic State-ISIS di Filipina melibatkan sejumlah jihadis asing, termasuk kaum militan dari negara jiran Indonesia, Malaysia dan Singapura. Demikian diungkapkan jaksa agung muda Flipina, Jose Calida dalam konferensi pers di Marawi.

"Apa yang terjadi di Mindanao sejak lama bukan lagi pemberontakan warga Filipina. Melainkan berubah menjadi invasi kelompok teroris asing, yang menuruti seruan "kalifat" Islamic State-ISIS untuk berperang di Filipina, jika ekstrimis ini terhambat masuk ke Suriah dan Irak", ujar Calida.

Sarang kaum radikal pro ISIS

Dalam pertempuran antara milisi Maute yang berafliasi kepada ISIS melawan pasukan pemerintah Filipina di Marawi Jumat ini, sedikitnya enam jihadis asing tewas. Diantara teroris yang mati, tercatat ada warga Indonesia, Malaysia, Singapura dan warga asing lainnya. Dalam operasi militer Filipina selama 4 hari terakhir, dilaporkan hampir 50 orang tewas. Marawi adalah kubu kaum jihadis di Selatan Filipina.

Presiden Rodrigo Duterte Selasa lalu memberlakukan situasi "darurat perang" yang keras di Mindanao, untuk mencegah makin kuatnya kelompok Islam radikal yang berafiliasi dengan ISIS. Duterte didukung gubernur Mindanao dan sejumlah pimpinan keagamaan, menyatakan bertekad mengusir para ekstrimis.

Pertempuran pecah mulai Selasa lalu, setelah aparat keamanan menyerbu sebuah rumah yang diyakini tempat persembunyian Isnilon Hapilon, pimpinan gerombolan Abu Sayyaf. Kelompok ini ditakuti dan memiliki nama buruk dengan aksi penyanderaan untuk minta uang tebusan dan pemenggalan sandera.

Operasi militer Filipina Selasa lalu mengalami kegagalan, karena kaum jihadis melawan dan pertempuran melebar di seluruh kota. Di berbagai sudut kota Marawi terlihat bendera hitam ISIS juga dikibarkan untuk mendukung para teroris. Pejabat pemerintah Filipina menyebutkan, sulit memperkirakan kapan krisis bisa berakhir, karena kaum teroris bertempur dari rumah ke rumah dan masih menahan sejumlah sandera sebagai perisai hidup.

as/yf(rtr,afp,ap)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait