Pasukan pemerintah Afghanistan diperkuat tentara NATO mengklaim berhasil merebut kembali kota Kunduz dari Taliban. Semua bangunan pemerintah dan sebagian besar kawasan kota sudah dikuasai lagi.
Iklan
Direbut kembalinya kota Kunduz di utara Afghanistan dari tangan milisi Taliban disampaikan kementrian dalam negeri dan ditegaskan lagi gubernur Kunduz, Hamdullah Danishi. "Pasukan gabungan Afghanistan dan NATO masih terlibat pertempuran sporadis. Milisi Taliban mundur dan bersembunyi di rumah-rumah penduduk", ujar gubernur Kunduz itu kepada kantor berita Jerman dpa.
Gerak maju tentara pemerintah Afghanistan selain diperkuat pasukan darat NATO juga didukung serangan udara militer Amerika Serikat. Jurubicara kementrian dalam negeri di Kabul Sediq Sediqqi lewat pesan pendek twitter mengkonfirmasi keberhsilan merebut kembali kota Kunduz, membersihkannya dari teroris dan banyak korban tewas di kelompok Taliban
Situasi yang terjadi di Kunduz, dimana Taliban dengan mudah merebut kota strategis penting di utara Afghanistan itu dari tangan militer Afghanistan memicu kekhawatiran terkait rencana pengurangan pasukan tempur di negara Hindukush itu. Terlihat jelas, militer Afghanistan harus bertempur sendirian melawan kelompok militan dan jumlah korban dalam setiap kontak senjata amat tinggi.
Terutama Amerika Serikat mempertimbangkan penambahan lagi pasukan tempur di Afghanistan, walau anggaran untuk itu telah dipangkas cukup besar. Bulan Mei silam presiden Barack Obama mengumumkan, hingga akhir 2015 jumlah pasukan Amerika akan dikurangi separuhnya dari saat ini 10.000 orang. Mereka terutama ditugaskan di Kabul dan Bagram, dua basis militer AS terbesar di Afghanistan.
Perempuan Afghanistan - Dulu dan Sekarang
Situasi perempuan di Afghanistan banyak mengalami kemunduran sejak dekade 1960an. Ironisnya foto-foto masa lalu ini justru menunjukkan kehidupan modern kaum hawa yang kini tertutup dan terisolir berkat kekuasaan Taliban.
Foto: picture-alliance/dpa
Bebas Berkarya
Dua mahasiswi kedokteran di Universitas Kabul menyimak penjelasan dosen (ka) tentang sebuah organ manusia. Gambar ini diambil tahun 1962. Dulu kaum perempuan aktif berkarya di Afghanistan dan tidak kesulitan mengenyam pendidikan tinggi.
Foto: Getty Images/AFP
Tertutup dan Terisolasi
Sejak Taliban berkuasa, semua perempuan diwajibkan mengenakan burka di tempat-tempat umum. Saat kekuasaan kelompok radikal itu runtuh seiring invasi militer Amerika Serikat, perempuan dibebaskan. Tapi hingga kini cuma sedikit yang berani melepaskan burka.
Foto: Getty Images/A. Karimi
Mode Barat di Jalan Ibukota
Dua perempuan berbusana modern meninggalkan gedung Radio Kabul pada Oktober 1962. Sejak Taliban berkuasa pada dekade 1990an, semua instansi pemerintah dipaksa memecat pegawai perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa
"Sumber Malapetaka"
Seorang jurubicara Taliban pernah berucap, wajah perempuan "adalah sumber malapetaka buat laki-laki yang bukan muhrim." Tidak banyak yang berubah di Afghanistan sejak demokrasi berjejak.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Morenatti
Persamaan Hak
Pertengahan dekade 1970an perempuan masih menjadi pemandangan normal di lembaga pendidikan tinggi. 20 tahun kemudian universitas dilarang menerima mahasiswi. Kini konstitusi baru Afghanistan menggariskan persamaan antara perempuan dan laki-laki.
Foto: Getty Images/Hulton Archive/Zh. Angelov
Pendidikan Dini
Empat miliar Dollar AS dikucurkan buat memperbaiki situasi kaum perempuan di Afghanistan sejak 2001. Kini organisasi nirlaba Oxfam mencatat sebanyak empat juta bocah perempuan duduk di bangku sekolah. Namun tekanan sosial terhadap perempuan tidak banyak berubah.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Tanpa Batasan Gender
Mahasiswi di Kabul tahun 1981 tidak jengah berkumpul dengan teman laki-lakinya. Dua tahun sebelumnya serdadu Uni Soviet menyerbu negara itu. Invasi Soviet berujung pada sepuluh tahun perang berdarah. Setelahnya, Taliban merebut kekuasaan.
Foto: Getty Images/AFP
Bukan Cuma Burka
Masalah perempuan di Afghanistan tidak banyak berhubungan dengan burka. Tapi kaum perempuan hingga kini masih dibatasi dalam hubungan sosial. Buat mereka ada aturan tak tertulis tentang apa yang boleh dibicarakan, siapa yang boleh ditemui dan kemana seorang perempuan boleh berpergian.
Foto: W.Kohsar/AFP/GettyImages
Perempuan Bersenjata
Sekelompok serdadu perempuan Afghanistan terlibat dalam perayaan setahun revolusi April tahun 1979. Generasi pertama perempuan di militer ini kelak akan menjadi salah satu tulang punggung angkatan bersenjata baru yang dibentuk setelah invasi AS.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Berjilbab di Medan Perang
Dalam hal ini cuma penampilannya saja yang berubah. Sejak dibentuk kembali tahun 2001, militer Afghanistan kembali menerima perempuan. Khatol Mohammadzai bahkan menjadi perempuan pertama yang mencapai pangkat jendral bintang empat di Hindukush.