Jepang memperingatkan bahwa aktivitas militer Cina yang meningkat dapat menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan nasional. Jepang juga mewaspadai hubungan antara Korea Utara dan Rusia.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan dalam buku tahunannya bahwa Cina dapat "berdampak serius terhadap keamanan Jepang".Foto: Michael Mueller/NGLOW
Iklan
Jepang menyebut Cina sebagai 'tantangan strategis terbesar' dalam laporan tahunan pertahanan terbarunya. Jepang menyoroti agresivitas Beijing yang kian meluas serta fokus pada ancaman regional.
Pejabat Jepang memperingatkan bahwa dunia memasuki era krisis baru, menghadapi tantangan terbesar sejak Perang Dunia II. Mereka mengkhawatirkan intensitas militer Cina yang terus meningkat sebagai ancaman serius bagi keamanan Jepang.
Pengaruh Rusia di Asia semakin menguat
Dokumen tersebut memperingatkan peningkatan kemampuan ofensif Korea Utara dan semakin eratnya hubungan strategis dengan Rusia.
Kunjungan bersejarah Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara tahun lalu menandai dimulainya era baru hubungan perdagangan dan militer antara Moskow dan PyongyangFoto: Yonhap/picture alliance
Menteri Pertahanan Jenderal Nakatani mencatat keterlibatan Rusia dalam operasi militer gabungan dengan Cina, termasuk patroli udara dan laut. Sementara analis menilai bahasa dalam laporan tahunan pertahanan ini mencerminkan meningkatnya ketegangan militer selama setahun terakhir.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Menurut Ryo Hinata-Yamaguchi, dosen di Institut Strategi Internasional Universitas Internasional Tokyo, meningkatnya aktivitas Cina, Korea Utara, dan Rusia tahun lalu membuat kekhawatiran Jepang yang lebih eksplisit menjadi hal yang wajar. Ia juga mengatakan bahwa situasi keamanan terus mengalami perubahan.
Asia Timur memanas dalam interaksi militer Cina-Jepang
Ketegangan antara pasukan Cina dan Jepang terlihat dari insiden pada 7 Juli ketika pesawat pengintai Jepang YS-11EB dicegat oleh jet tempur-pengebom JH-7 Cina di Laut Cina Timur, dengan jarak 30 meter. Insiden serupa juga terjadi keesokan harinya.
Tokyo menyampaikan 'kekhawatiran serius' atas manuver yang disebut sebagai 'pendekatan abnormal', namun Beijing menolak protes tersebut dan menuduh Jepang hampir memata-matai aktivitas militernya.
Sebelumnya pada pertengahan Juni, ketika jet tempur Cina dari kapal induk Shandong terbang hanya 45 meter dari pesawat pengintai Jepang P-3C selama hampir dua jam di Pasifik.
Dalam setahun terakhir, kapal dan pesawat penjaga pantai Cina tercatat ratusan kali memasuki perairan sekitar Kepulauan Senkaku, wilayah tak berpenghuni yang dikuasai Jepang, tetapi diklaim Beijing sebagai Kepulauan Diaoyu. Sebuah pelampung besar milik Cina juga ditemukan di perairan sekitar kepulauan tersebut di Laut Cina Timur.
Iklan
Jepang hadang jet tempur Cina
Pada Agustus 2024, pesawat pengintai militer Cina melanggar wilayah udara Jepang di atas Kepulauan Danjo, Prefektur Nagasaki, memicu respons cepat dari jet tempur Jepang. Tokyo menanggapi insiden ini dengan memanggil kuasa usaha Kedutaan Besar China ke Kementerian Luar Negeri.
Jepang Siagakan Alutsista Hadapi Korut dan Cina
01:13
This browser does not support the video element.
Lalu apa kata Cina?
Beijing segera menanggapi laporan pertahanan Jepang dengan kecaman, menyebutnya sebagai cerminan 'persepsi keliru' yang mencampuri urusan dalam negeri dan menyebarkan narasi ancaman Cina, menurut Global Times.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lin Jian, juga mengingatkan bahwa 2025 menandai 80 tahun kemenangan atas Jepang dalam Perang Perlawanan Rakyat. Ia mendesak Tokyo untuk 'merenungkan kejahatan sejarahnya' dan berhenti menggunakan ketegangan regional sebagai dalih memperkuat militernya.
Mengintip Militer Jepang Berlatih Perang
Meski berideologi pasifis sejak Perang Dunia II, Jepang kini menghidupkan militernya menyusul ancaman dari Korea Utara dan konflik dengan Cina. Bagaimana kesiapan militer negeri yang alergi terhadap perang tersebut?
Foto: Reuters/T. Hanai
Di Bawah Perlindungan AS
Sejak berakhirnya Perang Dunia II Jepang merumahkan semua serdadu dan membentuk pasukan bela negara seadanya. Selama ini tugas melindungi Jepang dari serbuan asing jatuh ke tangan Amerika Serikat yang menempatkan 54.000 pasukan. Namun sentimen anti AS menguat di sejumlah kota yang menjadi lokasi barak militer lantaran maraknya insiden miring yang melibatkan serdadu Amerika.
Foto: Reuters/T. Hanai
Berbenah Angkatan Perang
Namun kini ketika ancaman Korea Utara meningkat, konflik di Laut Cina Timur kian memanas dan keberadaan militer AS semakin tidak populer di mata penduduk, Tokyo mulai serius membenahi angkatan bersenjatanya. Selain mengembangkan dan membeli sistem alutsista teranyar, militer Jepang juga giat berlatih di bawah bimbingan Amerika Serikat.
Foto: Reuters/T. Hanai
Berpuluh Ribu Serdadu
Akhir pekan silam kedua negara kembali menggelar latihan militer besar-besaran di darat, laut dan udara. Untuk itu angkatan darat Jepang belum menurunkan tank generasi teranyarnya, Tipe 10, dan masih menggunakan tank lawas, Tipe 90. Latihan perang ini melibatkan lebih dari 30.000 pasukan Jepang dan 10.000 serdadu AS.
Foto: Reuters/T. Hanai
Abe Dorong Ekspansi Militer
Saat ini militer Jepang memiliki lebih dari 240.000 serdadu, 150.000 di antaranya bertugas untuk angkatan darat, dan mengantongi anggaran pertahanan senilai 41 miliar Dollar AS atau sekitar 530 trilyun Rupiah per tahun. Jika rencana pemerintahan Shinzo Abe terlaksana, anggaran pertahanan bakal meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Foto: Reuters/T. Hanai
Bayang-bayang Konstitusi
Pemerintahan Abe kini giat mengandaskan sejumlah rintangan konstitusional untuk memperkuat militer Jepang. Selain menghapus batas 1% dari PDB untuk anggaran pertahanan, ia juga sukses meloloskan amandemen konstitusi yang kini memperbolehkan militer Jepang mempertahannkan kedaulatan negara di luar negeri.
Foto: Reuters/T. Hanai
Kecil dan Terbatas
Namun Jepang belum akan menjadi kekuatan militer besar dalam waktu dekat. Menurut Buku Putih Pertahanan 2017 yang dikeluarkan Tokyo, pemerintah Jepang tahun ini masih akan membeli sistem persenjataan dalam jumlah kecil dan terbatas. Kebijakan yang dipraktikkan sejak lama tersebut belakangan dikritik militer AS karena dinilai akan membahayakan pertahanan dalam situasi perang.
Foto: Reuters/T. Hanai
6 foto1 | 6
Jepang perkuat komunikasi strategis dengan AS
Laporan tahunan Jepang menyatakan bahwa Tokyo berada di situasi yang tepat untuk mencapai target peningkatan anggaran pertahanan menjadi 2% dari PDB pada 2027, naik dari 1,8% saat ini. Meski masih di bawah ambang 5% yang diharapkan AS dari sekutunya.
Analis Ryo Hinata-Yamaguchi menilai dokumen ini juga menyampaikan pesan tersirat kepada Washington, bahwa Jepang tengah mengambil peran lebih besar dalam pertahanannya dan ingin meyakinkan AS akan komitmennya sebagai sekutu yang dapat diandalkan.
Adu Kekuatan Militer di Laut Cina Selatan
Sengketa wilayah di Laut Cina Selatan picu adu kekuatan militer di wilayah. Anggaran militer sejumlah negara naik drastis. Cina anggarkan pembelian senjata besar-besaran. Yang dilirik pedagang senjata Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Drake
Kapal Induk Kebanggaan Cina
Tentara rakyat Cina mengoperasikan kapal induk Liaoning sejak 2012. Kapal buatan Uni Sovyet tahun 1985 ini dibeli tahun 1998 dari Ukraina. Setelah dirombak dan direnovasi, dilanjutkan dengan pelatihan marinir Cina, sejak 2016 kapal induk ini dinyatakan siap tempur.
Foto: imago/Xinhua
Indonesia Andalkan Kapal Eropa
Indonesia juga melakukan modernisasi alat utama sistem pertahanan laut dengan membeli kapal perang baru. Korvette KRI Sultan Hasanuddin buatan 2007 sdibuat di Belanda. Jerman sejak lama juga menyuplai senjata ke Indonesia dan negara jiran di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Foto: picture alliance/dpa/A. Ibrahim
Vietnam Jagokan Lubang Hitam
Vietnam tak mau ketinggalan, dan tahun silam membeli enam kapal selam pemburu buatan Rusia. Angkatan laut AS dan menjulukinya "lubang hitam" karena kapal selam ini sulit dilcak radar dan nyaris tak berbunyi saat dioperasikan. Zona jelajahnya di kawasan perairan dangkal dan kapal selam ini tangguh menangkal kapal perang maupun kapal selam musuh.
Foto: Vietnam News Agency/AFP/Getty Images
Filipina Andalkan Kapal Buatan AS
Angkatan laut Filpina andalkan kapal perang BRP Gregorio del Pilar dalam sengketa kawasan laut itu. Ini juga bukan kapal baru, melainkan kapal bekas penjaga pantai AS buatan tahun 1967. Setelah dimodernisasi, kapal perang ini diiproklamirkan siap tempur pada 2012. Kawasan operasinya sekitar kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Favila
Singapura Kerahkan Kapal Siluman
Singapura negara terkecil di Asia Tenggara mengandalkan kapal perang berteknologi tinggi. Kapal siluman kelas Formidable buatan Perancis ini dioperasikan negara pulau itu sejak 2007.
Foto: Imago/China Foto Press
AS Tetap Dominasi Kawasan
Amerika Serikat tetap dominasi kekuatan militer di kawasan. Armada ke 7 Pasifik di Asia berkekuatan hingga 60 kapal perang, 350 pesawat tempur dan 60.000 serdadu. Kapal induk USS Ronald Reagan adalah satu-satunya yang dioperasikan terus menerus di luar perairan AS. Pangkalan kapal induk ini adalah basis AL di Yokosuka, Jepang. Penulis. Rodion Ebbighausen (as/ap)
Foto: AP
6 foto1 | 6
Rusia - Cina pamer kekuatan di tengah ketegangan regional
Ia menilai latihan gabungan antara Cina-Rusia yang kian intens bertujuan menunjukkan kekuatan untuk menekan Jepang. Bahkan salah satu manuvernya adalah mengelilingi kepulauan Jepang.
Zinberg juga menyoroti kekhawatiran Tokyo terhadap komitmen keamanan AS di bawah Presiden Trump yang dinilai tidak dapat diprediksi.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris