Uni Eropa bergegas siapkan operasi militer tumpas penyeludup manusia di Libya. Tapi sebuah mandat PBB masih ditunggu dan penguasa di Libya sudah menolak. Sementara arus pengungsi lewat Turki ini makin marak.
Iklan
Sebuah operasi militer Uni Eropa untuk menumpas penyelundup manusia di Libya kemungkinan sudah dilancarakan bulan Juni mendatang. Eropa memang terkesan ngebut, menanggapi krisis pengungsi lewat Laut Tengah yang sudah berlangsung beberapa tahun.
Tapi untuk menggelar aksi militer yang juga memasuki perairan negara lain, diperlukan sebuah mandat PBB. "Hal ini masih akan diajukan ke Dewan Keamanan", ujar petugas urusan luar negeri Uni Eropa, Frederica Mogherini. Dia juga menyebutkan, selain itu diperlukan persetujuan pemerintah Libya.
Misi militer EUNAVFOR itu bertujuan memutus rantai bisnis penyelundup manusia dari Afrika Utara lewat Laut Tengah ke Eropa. Markas operasi ditunjuk Roma dengan dikomandani Laksamana Madya Enrico Credendino. Biaya operasi dianggarkan sekitar 12 juta Euro setahun. Operasi militer akan dilancarkan dari udara atau dari laut dengan serangan kapal perang ke kawasan Libya. Uni Eropa menegaskan tidakaakan mengerahkan pasukan darat memasuki kawasan Libya.
Libya menolak opsi militer
Sementara ini, penguasa Libya di Benghazi yang diakui masyarakat internasional sudah bereaksi menolak rencana itu. "Kami tidak akan menerima keputusan tersebut dan menolak semua bentuk pelanggaran kedaulatan dan perbatasan Libya", ujar jurubicara pemerintah Hatem al Uraiby kepada kantor berita Jerman dpa. Al Uraiby juga menyebutkan, opsi militer untuk menghancurkan perahu di perairan Libya dinilai tidak manusiawi.
Situasi di Libya masih kacau karena ada dua pemerintahan dan parlemen yang bersaing meminta pengakuan keabsahan internasional. Juga diketahui terdapat beberapa kelompok milisi bersenjata yang bekerjasama dengan bandit penyelundup pengungsi ke Eropa. Kebanyakan perahu bobrok yang dijejali pengungsi melebihi kapasitasnya diluncurkan ke Laut Tengah dari kawasan Libya.
Belum lagi operasi militer Eropa itu dimulai, pasukan penjaga pantai bersama Eropa, Frontex melaporkan makin naiknya arus pengungsi lewat Turki.Juga dilaporkan meningkatknya arus pengungsi lewat darat dari Turki menuju ke perbatasan Bulgaria.
Kritik juga mulai dilontarkan menanggapi opsi militer untuk menuntaslan krisis pengungsi itu. Jerman diwakili menteri bantuan pembangunan Gerd Müller menegaskan, opsi militer tidak akan memecahkan masalah apapun. Sementara organisasi bantuan pengungsi mengritik, aksi militer akan makin menyengsarakan para pengungsi.
Menempuh Bahaya Demi Hidup Baru di Eropa
40.000 pengungsi via Laut Tengah pada 2014 diselamatkan dari ancaman mati karam oleh kapal dagang swasta. Bandit penyelundup manusia makin agresif, sejak misi pertolongan Italia - Mare Nostrum dihentikan tahun silam.
Foto: picture-alliance/epa/F. Arena
Menyelamatkan Imigran
Sejumlah imigran yang nyaris tenggelam diselamatkan dengan perahu karet milik kapal dagang swasta OOC "Jaguar". Kapal swasta ini tugas utamanya adalah mengangkut logistik untuk anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah, bukan menyelamatkan imigran.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Penyelamat Swasta
Kapal-kapal dagang seperti "Jaguar" atau kapal nelayan yang beroperasi di Laut Tengah di tahun-tahun belakangan makin sering jadi penolong utama para pengungsi yang terancam mati karam. Misi Triton yang diluncurkan Uni Eropa lebih banyak menekankan tugasnya pada patroli kawasan Laut Tengah sejarak maksimal 30 mil laut dari garis pantai Eropa. Misi EU ini tidak banyak menyiapkan kapal penolong.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Nyaris Mati Karam
Para pengungsi yang nyaris mati karam ini bernasib baik karena diselamatkan kapal dagang Jaguar April 2015. Banyak pengungsi yang mati tenggelam karena perahu bobrok yang mereka tumpangi kelebihan muatan. Sejak Desember tahun silam 1500 pengungsi berhasil diselamatkan kapal barang Jerman Christopher Opielok, yang sedang bertugas menyuplai anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Berfungsi Ganda
Kapal Christopher Opieloks bertugas mengangkut logistik dan peralatan teknis dari Malta ke anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah. Sekarang kapal ini harus berfungsi ganda, selain mengirim Logistik, juga menyiapkan selimut, air, bahan pangan dan obat-obatan sebagai antisipasi jika menolong imigran asal Afrika via Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Selamat Belum Tentu Aman
Pengungsi yang tertolong dan dinaikkan ke kapal logistik "Jaguar" ini memang selamat dari mati karam. Namun belum berarti mereka aman. Banyak yang kondisinya sangat payah dan tewas kedinginan serta kelaparan di atas dek. Awak kapal dagang ini sedang menghitung pengungsi yang berhasil diselamatkan ke atas kapal.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Tunggu Saatnya Karam
Perahu bobrok kelebihan penumpang ini ditemukan saat nyaris karam ke dasar Laut Tengah. Kapten kapal kargo dan kapal dagang memiliki kewajiban menolong perahu dalam kondisi darurat nyaris karam. Situasi ini dimanfaatkan para andit penyelundup manusia, dengan mengarahkan haluan kapalnya ke rute pelayaran kapal swasta tersebut.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Bertugas 24 Jam
Tidak jarang kapal dagang dan kapal kargo harus bertugas 24 jam terus menerus menyelamatkan pengungsi dari ancaman mati tenggelam. Kapal Jaguar beberapa puluh menit setelah menolong perahu nyaris karam, harus mulai lagi penyelamatan sejumlah pengungsi yang terapung di Laut Tengah. Kapal dagang itu juga mengontak pasukan penjaga pantai untuk minta bantuan.