Militer Filipina Bebaskan Tiga WNI Sandera Abu Sayyaf
17 September 2018
Militer Filipina mengklaim berhasil memaksa kelompok terror Abu Sayyaf untuk membebaskan 3 nelayan Indonesia tanpa uang tebusan. Korban yang disekap sejak 2017 silam saat ini sudah diserahkan kepada perwakilan Indonesia
Iklan
Tiga nelayan Indonesia yang disandera kelompok teroris di selatan Filipina behasil dibebaskan dalam sebuah operasi militer setelah disekap selama 18 bulan demi uang tebusan. Mereka sebelumnya ditangkap oleh kelompok Abu Sayyaf 2017 silam ketika menumpang sebuah kapal cepat di wilayah prairan di sekitar provinsi Tawi-Tawi, Filipina.
Kawasan di antara Laut Sulu dan Sulawesi itu sejak lama dikenal sebagai daerah operasi Abu Sayyaf.
Ketiga warga Indonesia dibebaskan di pulau Indanan di Sulu pada Sabtu (15/9) dan "diserahkan" kepada otoritas Filipina menyusul "operasi militer intensif" terhadap kelompok Abu Sayyaf, kata seorang jurubicara militer yang menolak disebutkan namanya.
Ketika ditanya Abu Sayyaf menerima uang tebusan untuk membebaskan para sandera, Letnan Kolonel Gerry Besana membantah kabar tersebut. "Tidak ada uang tebusan. Mereka hanya tersudutkan oleh operasi kami," tukasnya. Kelompok teror tersebut dikenal acap menyembelih kepala sandera ketika uang tebusan tidak dibayarkan.
Abu Sayyaf lahir pada dekade 1990an sebagai jejaring teror tanpa hirarki yang jelas. Mereka awalnya dibiayai oleh jejaring al-Qaida milk Osama bin Laden dan mendulang harta jutaan Dolar AS dengan menculik warga negara asing. Kelompok ini bermarkas di pulau-pulau di selatan Filipina dan mulai menyandera nelayan dari Indonesia, Malaysia dan Filipina pada 2016.
Maraknya penculikan di laut Sulu dan Sulawesi memicu kekhawatiran kawasan perairan di antara Indonesia dan Filipina ini bakal menjadi "Somalia kedua." Sebab itu ketiga negara aktif menggelar patroli kapal perang di wilayah tersebut.
Militer Filipina menyebut ketiga warga Indonesia yang diculik bernama Hamdam Bin Salim, 34, Subande Satto, 27 dan Sudarlan Samansung, 41. Setelah dibebaskan, ketiganya dibawa ke rumah sakit militer dan diserahkan kepada Duta Besar Indonesia Sinyo Harry Sarundajang yang ikut mengantar korban dari selatan ke ibukota Manila.
Militer mengklaim, saat ini Abu Sayyaf dikabarkan masih menyandera 11 orang, termasuk seorang warga negara Belanda yang diculik pada 2012 silam dan seorang warga Vietnam.
rzn/ap (afp,rtr)
Inilah Profil Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP