Ribuan tentara Filipina dikerahkan memburu sel-sel militan Abu Sayyaf di hutan Sulu. 40 ekstrimis tewas, kata militer Filipina. Presiden Duterte peringatkan militan Abu Sayyaf agar menghentikan aksi-aksi penculikan.
Iklan
Pasukan Filipina menewaskan sedikitnya 40 ekstremis Abu Sayyaf dan melukai 25 lainnya dalam dua serangan besar di kawasan selatan negara itu.
Juru bicara komando militer regional Mayor Filemon Tan mengatakan, 22 militan tewas dan 16 lainnya luka-luka dalam serangan yang dimulai pekan lalu di sekitar hutan Sulu, kawasan operasi Abu Sayyaf yang melakukan penculikan dan penyanderaan sejumlah warga asing untuk mendapat uang tebusan.
Satu tentara tewas dalam pertempuran di Sulu, sekitar 950 kilometer di selatan Manila, kata Filemon Tan. Sementara, di provinsi Basilan, 18 militan Abu Sayyaf diberitakan tewas dan sembilan lainnya luka-luka dalam serangan simultan di kota Tipo Tipo, tambahnya.
Ribuan tentara Filipina dikerahkan untuk menggempur tempat-tempat yang diduga menjadi persembunyian kelompok Abu Saffaf. Serangan besar-besaran itu didukung dengan tembakan artileri dan helikopter yang menembakkan roket.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang memulai masa jabatan presiden 30 Juni lalu, sebelumnya telah memperingatkan kelompok Abu Sayyaf untuk menghentikan gelombang penculikan demi mendapat uang tebusan.
Duterte juga berulangkali menyatakan, dia akan memerangi Abu Sayyaf.. Kepala militer Filipina mengatakan pekan lalu, operasi militer kali ini akan membuat militan "terkejut dan kagum".
Presiden-presiden Filipina sebelumnya melihat Abu Sayyaf hanya sebagai kelompok penjahat yang mencari uang dengan aksi-aksi penculikan dan pemerasan, Presiden Duterte menyatakan tidak akan berunding dengan militan. "Ini adalah orang-orang yang dikendalikan rasa putus asa," katanya.
Para militan, bagaimanapun, telah menunjukkan ada tanda-tanda mengindahkan panggilan Duterte untuk menghentikan penculikan, yang katanya telah dinodai citra negara.
Kelompok Abu Sayyaf hingga kini tidak mengindahkan peringatan pemerintah Filipina dan terus melakukan aksi-aksi penculikan kru kapal yang melintas di kawasan perairan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina. Korban penculikan biasanya dibawa ke Hutan Sulu di Filipina Selatan.
Indonesia hari Senin (11/02) mengatakan bahwa kelompok bersenjata Abu Sayyaf menculik tiga pelaut Indonesia pada akhir pekan di perairan Lahad Datu di utara Pulau Kalimantan.
Abu Sayyaf diperkirakan memiliki lebih dari 400 pejuang bersenjata. Amerika Serikat dan Filipina memasukkanj kelompok itu ke dalam daftar organisasi teroris yang melakukan pemboman, penculikan dan pemenggalan kepala.
Inilah Profil Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP