Militer Jerman Kekurangan Tenda dan Pakaian Musim Dingin
19 Februari 2018
Selain kekurangan panser dan pesawat tempur, militer Jerman Bundeswehr juga tidak punya cukup tenda dan pakaian musim dingin. Padahal Jerman akan memimpin pasukan gerak cepat NATO.
Iklan
Harian Jerman "Rheinische Post" memberitakan, militer Jerman Bundeswehr tidak hanya kekurangan kendaraan lapis baja, kapal laut dan pesawat tempur, melainkan juga perlengkapan untuk tentaranya, terutama tenda, rompi anti peluru dan pakaian musim dingin.
Harian yang terbit di Düsseldorf itu mengutip sebuah laporan internal dari Komando Angkatan Darat Jerman. Disitu disebutkan, sampai tahun 2021 angkatan darat kekurangan tenda dan perlengkapan lain sehingga tidak mampu berfungsi secara penuh.
Anggota parlemen Jerman Bundestag mengeritik kekurangan itu, terutama karena pemerintah Jerman berambisi mengambil alih komando pasukan gerak cepat NATO 2019 mendatang.
Anggota dewan kritik kondisi Bundeswehr
Situasi seperti ini "tidak bisa diterima", kata jurubicara pertahanan SPD Fritz Felgentreu kepada Rheinische Post. Dalam perjanjian koalisi untuk pemerintahan baru, perlengkapan dan belanja militer akan menjadi prioritas.
Jurubicara pertahanan dari Liberaldemokrat FDP Marie-Agnes Strack-Zimmermann menyebutkan, kondisi Bundeswehr saat ini benar-benar memalukan, apalagi dalam aliansi seperti NATO.
"Bahkan perlengkapan basis saja, seperti rompi anti peluru dan pakaian musim dingin tidak ada. Ini menunjukkan bagaimana dampak kebijakan penghematan terus-menerus pada kondisi dan kesiapan Bundeswehr," katanya.
"Kondisi tidak memuaskan"
Setelah intervensi militer Rusia dan pendudukan Krimea di Ukraina tahun 2014, NATO memutuskan pembentukan pasukan gerak cepat, yang terdiri dari kontingen militer beberapa negara anggota.
Tuntutan itu terutama diajukan negara-negara anggota NATO di Eropa Timur yang berbatasan langsung dengan Rusia. Mereka khawatir Rusia sekali waktu juga akan menduduki negaranya, seperti Krimea. Tahun 2019, rencananya Jerman akan memimpin pasukan gerak cepat NATO itu.
Sebelum Rheinische Post, media-media di Jerman sudah ramai memberitakan bahwa Bundeswehr kekurangan panser untuk memenuhi misi-misinya di NATO. Selain itu, ombudsman militer di parlemen Jerman Hans Peter Bartels sudah mengeluhkan bahwa marinir Jerman "kekurangan kapal".
Hari Senin pekan lalu (12/02/18) Kementerian Pertahanan memang mengakui bahwa kesiapan dan konsisi Bundeswehr "secara umum tidak memuaskan".
Militer Jerman Bundeswehr di Luar Negeri
Militer Jerman Bundeswehr terlibat dalam berbagai misi internasional di Eropa, Asia, Afrika dan Timur Tengah.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi Internasional di Mali
Di Mali ditempatkan sekitar 170 tentara Jerman dalam rangka misi pendidikan dan pelatihan Uni Eropa, EUTM. Angota Bundeswehr ikut melatih tentara Mali. Selain itu, pasukan Jerman juga terlibat dalam misi PBB MINUSMA dengan beberapa pesawat transportasi logistik.
Foto: picture-alliance/dpa
Brigade Jerman-Perancis ke Mali
Parlemen Jerman juga memutuskan pengiriman brigade Jerman-Perancis ke Mali. Brigade ini dibentuk sebagai kerjasama militer Jerman-Perancis akhir 1980-an. Di Mali mereka akan membantu pengamanan warga sipil.
Foto: picture-alliance/dpa
Bantuan untuk Afghanistan
Sejak 2001, Bundeswehr ikut dalam misi internasional ISAF di Afghanistan. Saat ini ada sekitar 3000 tentara Jerman yang ditempatkan di sana. Mereka bergabung di bawah komando pasukan NATO. Mandat pasukan Jerman di Afghanistan akan berakhir tahun 2014.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi Mematikan
Sejak bertugas di Afghanistan Desember 2001, 55 tentara Jerman tewas dalam serangan dan kecelakaan. Misi ISAF menjadi misi paling berbahaya bagi Bundeswehr. Sejak ikut dalam misi internasional tahun 1992, 103 tentara Jerman tewas dalam tugas di luar negeri.
Foto: picture-alliance/dpa
Bundeswehr di Kosovo
Misi KFOR di Kosovo adalah misi militer Jerman yang paling lama di luar negeri. Jerman ikut dalam misi KFOR sejak 1999. Bundeswehr pernah mengerahkan sampai 8500 tentara ke Kosovo. Saat ini tinggal 700 tentara. Sampai saat ini, 26 orang tewas dalam misi KFOR.
Foto: DW/Bekim Shehu
Roket Patriot di Turki
Sejak Desember 2012, Jerman bersama-sama dengan Amerika Serikat dan Belanda mengirim roket Patriot ke perbatasan Turki. Anggota NATO itu meminta bantuan pengamanan perbatasan setelah terjadi perang di Suriah. Sekitar 400 tentara Jerman mengoperasikan dua unit roket Patriot dekat perbatasan Turki-Suriah.
Foto: picture-alliance/dpa
Menjaga Perbatasan Laut Libanon
Sejak 2006, Jerman ikut dalam misi PBB UNIFIL di Libanon. Angkatan Laut Jerman berpatroli mengawasi perbatasan laut. Misi UNIFIL adalah salah satu misi pengawasan PBB yang tertua, dan sudah dimulai tahun 1978. Setelah perang Israel-Libanon tahun 2006, mandatnya diperbarui.
Foto: imago/C. Thiel
Perang Anti Teror di Laut Tengah
Setelah serangan teror 11 September 2001, NATO melakukan misi "Operation Active Endeavour" (OAE) di Laut Tengah. Misi tersebut bertujuan mengawasi kegiatan terorisme di kawasan itu. Sejak 2003, Bundeswehr mengirim kapal perang dan kapal selam ke Laut Tengah dalam misi OAE.