Militer Myanmar Benarkan Serangan Udara di Desa Terpencil
12 April 2023
Serangan udara mematikan di Desa Pa Zi Gyi, Myanmar menewaskan puluhan orang termasuk warga sipil, kata media lokal. Junta militer mengonfirmasi serangan itu, mengklaim serangan ditujukan untuk "para pemberontak."
Iklan
Sedikitnya 50 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan udara yang terjadi di Desa Pa Zi Gyi, Myanmar tengah, pada Selasa (11/04). Jumlah korban serangan udara ini dilaporkan oleh The Irrawaddy dan Radio Free Asia, serta BBC Burma.
Desa Pa Zi Gyi, di kotapraja Kantbalu, terletak di wilayah Sagaing yang berbatasan dengan Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu. Lokasi ini telah menjadi pusat perlawanan anti-kudeta selama berbulan-bulan.
Junta militer Myanmar telah mengonfirmasi serangan tersebut, dengan mengatakan pada Rabu (12/04) bahwa mereka melakukan serangan mematikan ke sebuah pertemuan desa yang diselenggarakan oleh "pemberontak" pada minggu ini. Dan jika warga sipil ikut terbunuh, itu karena mereka dipaksa untuk membantu para "teroris," kata junta militer.
Iklan
PDF: Korban tewas termasuk perempuan dan anak-anak
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), kelompok yang tampaknya dirujuk oleh junta militer Myanmar sebagai "pemberontak," mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang menggelar pembukaan kantor lokal di Pa Zi Gyi ketika jet militer melepaskan tembakan.
"Sejauh ini jumlah pasti korban masih belum diketahui. Kami belum bisa mengevakuasi semua jenazah," kata anggota PDF yang menolak disebutkan namanya itu.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan potret jenazah tergeletak di antara rumah-rumah yang hancur.
PDF mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban tewas, dan mengklaim bahwa korban tewas dapat bertambah hingga 100 orang.
Di salah satu video, terdengar seseorang berupaya memberikan pertolongan dengan mengatakan: "Kami akan menyelamatkan kalian jika kami mendengar kalian berteriak. Tolong berteriak!"
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
PBB kutuk serangan dan minta korban diberikan bantuan
Sekjen PBB juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan korban, serta meminta mereka diberi perawatan medis dan akses bantuan.
Dalam kesempatan terpisah, Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Turk, mengaku "sangat terkejut" dengan serangan itu. Dia megatakan bahwa anak sekolah yang sedang menari ikut menjadi korban serangan.
Militer terus lanjutkan kekerasan
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar yang terdiri dari sekelompok anggota parlemen sipil, di mana sebagian besar berasal dari partai Aung San Suu Kyi, juga mengutuk "tindakan keji itu."
"Kami … juga merasakan sakit yang dirasakan oleh keluarga yang terkena dampak dari tragedi ini,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam gelaran parade militer bulan lalu, pemimpin junta Min Aung Hlaing telah berjanji untuk terus melanjutkan penumpasan terhadap apa yang disebutnya sebagai lawan dari junta militer.
Junta militer sebelumnya mengambil kendali atas negara itu pada tahun 2021 setelah kudeta, sebuah tindakan yang memicu protes dan serangan besar-besaran dari kelompok etnis minoritas dan kelompok perlawanan di Myanmar.