Militer Myanmar Kembali Tangkap Orang Dekat Aung San Suu Kyi
11 Februari 2021
Militer Myanmar kembali menangkap lima orang dekat pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi pada Rabu (10/02) malam. Melalui perintah eksekutif, Presiden AS Joe Biden jatuhkan sanksi kepada militer Myanmar.
Iklan
Junta militer Myanmar kembali menangkap orang-orang yang dekat dengan pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, kata seorang pejabat Partai Liga Nasional untuk Demokrasi dilansir kantor berita Reuters, Kamis (11/02).
Gelombang penangkapan baru ini terjadi setelah Washington menjatuhkan sanksi kepada junta militer Myanmar.
Kyaw Tint Swe, yang menjabat sebagai Menteri Kantor Penasihat Negara di bawah pemerintahan Suu Kyi, ditangkap junta Myanmar pada Rabu (10/02) malam waktu setempat. Selain Kyaw Tint Swe, empat orang lain yang terkait dengan pemerintahan sebelumnya juga ditangkap dari rumah mereka.
Namun, otoritas Myanmar belum meberikan konfirmasi atas penangkapan tersebut.
Mereka memprotes kudeta yang dilakukan militer Myamar terhadap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada awal bulan ini dan penangkapannya bersama tokoh-tokoh senior lainnya dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) miliknya.
Para pengunjuk rasa berkumpul di Naypyidaw - ibu kota sekaligus markas militer - serta Yangon, kota terbesar dan pusat komersial di sana.
"Jangan pergi ke kantor," teriak sekelompok pengunjuk rasa di luar bank sentral Myanmar di Yangon. Mereka mendesak pegawai negeri dan orang-orang di industri lain untuk memboikot pekerjaan dan menekan junta.
"Kami tidak melakukan ini selama seminggu atau sebulan - kami bertekad untuk melakukan ini sampai akhir ketika (Suu Kyi) dan Presiden Win Myint dibebaskan," kata seorang pegawai bank yang bergabung dalam unjuk rasa itu.
Unjuk rasa juga terjadi di kota Dawei dan Mandalay. Para pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan "Pulihkan Demokrasi kita!" dan "Kami mengutuk kudeta militer".
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Untuk melawan para pengunjuk rasa, aparat keamanan menggunakan gas air mata, meriam air, dan peluru karet. Ada dugaan peluru tajam juga digunakan oleh aparat keamanan setelah seorang pengunjuk rasa perempuan ditemukan tewas. Sebelumnya, pada Selasa (09/02) malam, militer Myanmar juga sempat melakukan penggerebekan di markas NLD.
Iklan
AS jatuhkan sanksi ke militer Myanmar
Presiden AS Joe Biden pada Rabu (10/02) mengeluarkan perintah eksekutif yakni menjatuhkan sanksi pada militer Myanmar menyusul kudeta awal bulan ini yang menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis di negara itu.
"Militer harus melepaskan kekuasaan yang direbutnya dan menunjukkan rasa hormat atas keinginan rakyat Burma," kata Biden, yang menyebut nama lama Myanmar.
"Saya kembali menyerukan kepada militer Burma untuk segera membebaskan para pemimpin dan aktivis politik demokratis yang mereka tangkap termasuk Aung San Suu Kyi dan juga Presiden Win Myint," tambahnya.
Sanksi AS akan memutus akses keuangan para jenderal Myanmar terhadap aset senilai US$ 1 miliar (Rp 14 triliun) yang dimiliki di Amerika Serikat. Target spesifik dari sanksi akan ditentukan akhir pekan ini.
Biden mengatakan sanksi itu ditujukan pada "para pemimpin militer yang mengarahkan kudeta, kepentingan bisnis mereka serta anggota keluarga dekat."