Kepolisian Jerman memperingatkan ada kegiatan radikal dalam kelompok Salafi di Jerman. Kota Bonn termasuk salah satu pusat kegiatannya. Reporter DW Naomi Conrad menemui mereka di sebuah Cafe.
Iklan
Dekat sebuah stasiun pengisian bahan bakar-SPBU di sebuah lokasi di kota Bonn. Ada banyak pria muda dengan baju olahraga santai berdiri di pinggir jalan. Hujan turun rintik-rintik. Ini tempat saya berjanji bertemu dengan dua anggota Salafi yang disebut-sebut sebagai pengkhotbah radikal.
Jam lima sore lewat satu menit, seorang pria menemui saya. ”Ya, kami ini radikal”. Dia tersenyum. Usianya awal dua puluhan, bercukur rapih, setelah jeda sejenak dia menambahkan: ”Kami radikal tepat waktu.” Senyumannya melebar.
Dia tidak mengulurkan tangan untuk bersalaman. ”Anda harus mengerti tentang hal ini”. Pemahamannya yang ketat tentang Al Quran tidak mengijinkan dia bersalaman dengan seorang perempuan, demikian dia menjelaskan.
Orang muda itu lebih jauh menerangkan, pembicaraan saya dengan kedua pengkhotbah Salafi akan direkam dengan kamera. ”Ini lebih aman untuk kamu, ini lebih aman untuk kami. Tapi kamu tentu tidak wajahmu ingin ikut terekam dalam film ini, atau bagaimana?
Kedua pengkhotbah Salafi ingin penampilan mereka direkam. Mereka menunggu di sebuah Cafe di seberang pompa bensin. Kami lalu pergi ke sana. Musik Turki mengalun dari pengeras suara. Yang lebih tua, Abu Nagie mengaduk kopinya, yang lebih muda, Abu Dujana, bermain dengan iPhone putihnya. Mereka mengucapkan salam dengan ramah dan memanggil pelayan Cafe: ”Tolong bawa satu kopi lagi”.
Inilah Kronologi Aksi Teror di Jerman 2016
Selama tahun 2016 terjadi serangkaian aksi teror di Jerman. Sebagian bisa diungkap dini, sebagian lagi terungkap setelah aksinya dilancarkan. Ini kronologinya:
Foto: picture-alliance/dpa/P. Zinken
Berlin, Desember
Sebuah truk yang "sengaja" dikemudikan untuk menabrak sebuah pasar Natal di Berlin, menyebabkan tewasnya 12 orang dan melukai 48 lainnya. Polisi sudah mengindikasikan ini serangan yang direncanakan. Pelakunya masih diperiksa aparat kepolisian, dan diduga pengungsi yang datang ke Jerman bulan Februari silam.
Foto: Reuters/P. Kopczynski
Leipzig, Oktober
Seorang pengungsi asal Suriah, Djaber al-Bakr (22) ditangkap oleh warga senegaranya di Leipzig karena merencanakan serangan bom di bandara Berlin. Polisi gagal menangkap Al-Bakr di apartemennya, dan hanya menyita sejumlah bahan peledak. Al-Djaber ditemukan tewas bunuh diri dalam tahanan polisi Jerman.
Foto: Polizei Sachsen
Ansbach, Juli
Seorang pengungsi asal Suriah Mohammed D. (27) merencanakan serangan bom bunuh diri di tengah festival musik di kota kecil Ansbach. Penjaga keamanan melarang dia masuk, karena gerak geriknya mencurigakan. Bom kemudian diledakkan di dekat tempat acara, membunuh pelaku dan melukai beberapa orang. Pelaku yang disebut alami gangguan kejiwaan diindikasikan berhubungan dengan Islamic State-ISIS.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Karmann
Würzburg, Juli
Seorang pengungsi asal Afghanistan (17) melancarkan serangan teror menggunakan kampak dan pisau terhadap penumpang kereta api regional di Würzburg. Lima penumpang cedera, empat diantaranya luka parah. Polisi menembak mati pelaku yang mencoba melarikan diri.
Foto: picture-alliance/dpa/K. J. Hildenbrand
Essen, April
Sebuah gedung peribadatan warga Sikh di kota Essen diserang bahan peledak. beberapa orang cedera, seorang luka parah. Tersangka pelakunya berhasil ditangkap polisi beberapa saat kemudian. Mereka diindikasikan sebagai remaja yang disusupi ideologi Salafi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kusch
Hannover, Februari
Seorang remaja putri bernama Saifa menusuk seorang polisi hingga luka parah saat diperiksa jati dirinya di stasiun Hannover. Pelaku menyatakan siap berjihad bersama ISIS di Suriah.
Juru bicara Dinas Perlindungan Konstitusi, Verfassungsschutz, dari negara bagian Nordrhein Westfalen yang saya temui sebelumnya, menyebut kedua orang itu sebagai „pengkhotbah Salafi yang berbahaya.“
Tapi seorang pakar Islam dari Universitas Osnabrück membantah. Salafi adalah kelompok yang ultraortodoks, tapi apa mereka berbahaya? ”Tidak harus demikian”, kata Elhakam Sukhni. Ia calon doktor di Institut untuk Studi Islam di Osnabrück.
Sukhni menjelaskan, Salafisme adalah aliran Islam yang sangat konservatif, yang mengacu pada masa-masa awal Islam, jadi pada masa kehidupan Nabi Muhammad dan para wali generasi awal. ”Kelompok Salafi menolak interpretasi dan ajaran yang disebarkan setelah masa-masa awal itu.”
”Ini Islam yang sebenarnya”, demikian disebutkan oleh anggota Salafi di Bonn, Ibrahim Abu Nagie. Ia sendiri menyebut dirinya sebagai seorang muslim biasa. Ia tidak ingin disebut sebagai Salafi. Itu adalah sebutan yang digunakan oleh media dan politik untuk memecah-belah Islam, katanya.
Anggota Salafi yang lain, Abu Dujana menerangkan, memang ada ”kampanye terencana” yang dilakukan media dan politik untuk menyerang Salafi. ”Para penesehat zionis” yang menyarankan pemerintah Jerman melakukan itu, tambah Abu Nagie sambil tersenyum. Dia berasal dari Palestina dan datang ke Jerman pada usia 18 tahun. Di Gaza, katanya, dia bermimpi tentang Jerman: tentang teknik dan disiplin.
”Anda sekarang tentu akan bertanya tentang Syariah”, kata Abu Dujana. Ia mengelus janggut hitamnya, yang terlihat seperti seorang gerilyawan Kuba. Dia pintar, terdidik, dan terdaftar sebagai mahasiswa, tegas Abu Dujana. Tentu saja dia ingin Syariah diberlakukan di Jerman, tapi itu tidak mungkin. Belum mungkin. Dalam sistem Syariah, orang tidak begitu saja dipotong tangannya. Ada peraturan dan ada ahli hukumnya, jelas dia.
Kelompok Salafis di Jerman
Mayoritas masyarakat Islam di Jerman berpandangan moderat. Ada beberapa kelompok kecil yang bersikap radikal dan bersuara cukup lantang. Tapi kelompok kecil ini tidak mewakili suara Islam di Jerman.
Foto: Reuters/Wolfgang Rattay
Makin Banyak
Menurut laporan, semakin banyak pengikut salafi di Jerman yang menyatakan siap berangkat ke Suriah atau Irak untuk ikut "perang suci". Tahun 2013 tercatat hanya 2.000 anggota salafi yang berniat berjihad, tahun ini mencapai 7.000 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/Melanie Dittmer
Pelaku Terorisme
Menurut Badan Perlindungan Konstitusi Jerman, Verfassungsschutz, mayoritas pendukung Salafi di Jerman tidak terkait dengan aksi terorisme. Namun ”hampir semua pelaku dan jaringan teror Islamis yang beraksi di Jerman punya latar belakang Salafi”. Foto: Enea B. anggota Salafi, tersangka pelaku upaya pemboman di Bonn 2012 lalu.
Foto: Reuters
Lebih Disorot
Seiring dengan pernyataan dukungan kepada Islamic State, kelompok Salafi semakin mendapat sorotan tajam di Jerman. Kelompok Salafi mengartikan ungkapan-ungkapan seperti ”Syariah” dan ”Jihad” secara radikal dan hanya berdasarkan pemahamannya sendiri. Pandangan Salafi tidak bisa dianggap sebagai pandangan warga muslim di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/ W.Steinberg
Islam Moderat
Kebanyakan komunitas mesjid di Jerman dan para imamnya berpandangan moderat. Dan warga Muslim Jerman pun mengutuk kebiadaban teror yang mengatasnamakan Islam. September lalu, dengan motto: Melawan Kebencian dan Ketidakadilan, organisasi-organisasi muslim di Jerman menggelar aksi menentang penyalahgunaan nama Islam. Mereka menolak khotbah kebencian, ekstrimisme dan fanatisme.
Foto: DW/A. Almakhlafi
Memancing di Air Keruh
Ada kelompok populis dari kalangan ekstrim kanan di Jerman yang sengaja memanfaatkan situasi saat ini untuk menyulut kebencian terhadap Islam. Sejak 20 tahun terakhir ada perubahan menarik yang terjadi di kalangan ekstrim kanan. Kalau dulu mereka fokus pada propaganda anti Israel, sekarang mereka makin fokus pada propaganda anti Islam.
Foto: DW/F. Sabanovic
Radikalisme Baru
Fenomena radikalisme baru di Jerman dengan alasan anti Islamis dicemaskan banyak pihak. Disadari, tren yang digalang kelompok Neo Nazi ini merupakan kebalikan dari fenomena makin banyaknya generasi muda Jerman bergabung dengan milisi Islamic State di Suriah.
Menurut perkiraan Verfassungsschutz, ada sekitar 3800 pengikut Salafisme di Jerman. Jumlahnya terus naik, Tapi dari jumlah ini, hanya sedikit yang setuju dengan aksi kekerasan. Tapi batasan dari salafisme yang berkiprah secara politis dan yang siap melakukan kekerasan tidak jelas. Anggota Verfassungschutz dari Nordrhein-Westfalen menyatakan, mereka mengawasi perkembangan ini dengan cermat dan juga dengan cemas.
Kelompok Salafi yang siap melakukan kekerasan adalah „minoritas di dalam kalangan minoritas“, jelas pengamat Islam Elhakam Sukhni. Dari tiga kelompok yang termasuk Salafi di Jerman, yang mendukung kekerasan hanya sebagian kecil saja. Masih ada kelompok lain, yaitu ultraortodoks.
”Yang perempuan memakai cadar penutup muka, yang lelaki memakai baju panjang”. Menurut Sukhni, kelompok ini jarang tampil ke publik, karena mereka hidup terisolasi seperti dalam sebuah masyarakat paralel. Lalu ada lagi kelompok seperti Abu Nagie dan Abu Dujana. ”Belakangan mereka sangat sering disorot, terutama karena kegiatan ”dakwah” yang mereka lakukan.”
Abu Nagia dan Abu Dujana berkenalan di sebuah mesjid di kota Köln. Sejak delapan tahun mereka melakukan ”dakwah”. Mereka menamakannya: undangan menjadi Islam. Ibrahim Abu Nagie menyebut kegiatan itu sebagai ”marketing” atau ”mengasihi sesama manusia”.
Pada awalnya, mereka merekam khotbah-khotbah dan menyebarkannya lewat CD. Lalu mereka mengunggah rekaman itu ke internet. Kemudian mereka melakukan kegiatan membagikan Quran dan melakukan berbagai seminar. Peminatnya juga cukup banyak.
Pengamat Islam Sukhni juga mengamati kecenderungan ini. ”Untuk pertama kalinya khotbah disampaikan dalam bahasa Jerman, dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Ini tentu menarik.”
Ibrahim Abu Nagie bercerita tentang pelayanan lewat telpon. Setiap hari banyak anak muda menelpon, sekitar 200 percakapan telpon per hari. Misalnya banyak murid perempuan Muslim yang menelpon dan meminta nasehat karena mereka tidak mau ikut pelajaran renang di sekolah. Abu Nagie mengatakan, ia menasehati para murid agar memberi hadiah Quran kepada kepala sekolah dan selanjutnya bersabar.
Konflik ISIS Merebak ke Eropa
Warga Kurdi di Eropa makin gencar gelar aksi demo, memprotes politik menahan diri Eropa hadapi ofensif ISIS. Di Hamburg Jerman dan di Istanbul Turki, demonstran Kurdi terlibat bentrokan.
Foto: Getty Images/Alexander Koerner
Aksi Protes Solidaritas Semula Damai
Warga Kurdi di Hamburg, Jerman mendemonstrasikan solidaritas dengan penduduk kota Kobani yang sedang dikepung oleh kelompok teror ISIS. Mereka antara lain mengusung spanduk bertuliskan, "Kobani tidak sendirian. Stop ISIS, Stop Teror."
Foto: Reuters/Fabian Bimmer
Polisi Anti Huru Hara Siaga
Pasukan anti huru hara terpaksa menurunkan kekuatan penuh setelah pada dua malam sebelumnya terjadi bentrokan antara demonstran Kurdi dan kelompok salafis. Mereka dikabarkan menggunakan golok dan senjata tajam lain. Bukan pertama kalinya kelompok salafis membuat demonstrasi tandingan terkait konflik anbtara ISIS dan Kurdi.
Foto: Reuters/Alexander Koerner
Bentrokan Lawan Kelompok Radikal Islamis
Di Hamburg satuan anti huru hara kepolisian terpaksa menangkan beberapa orang yang kedapatan membawa senjata tajam. Demonstrasi anti ISIS yang digelar oleh komunitas Kurdi di Hamburg, Rabu (8/10) berujung bentrokan dengan ratusan pemuda Islamis yang berupaya menghadang aksi protes.
Foto: picture-alliance/dpa/Markus Scholz
Juga di Turki Pecah Bentrokan Demonstran Kurdi
Aksi protes juga terjadi di Turki ketika di kota Diyarbakir komunitas Kurdi berdemonstrasi menuntut keterlibatan Ankara dan negara-negara barat untuk menghalau militan Islamic State dari Suriah dan Irak.
Foto: GettyImages/Ilyas Akengin
Polisi Anti Huru Hara Turki Hadapi Demonstran
Adapun aksi demonstrasi di Istanbul berujung bentrokan dengan kepolisian anti huru hara. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Kobani akan "segera jatuh," mengingat posisi gerilayawan ISIS yang telah memasuki kota. Perang di Kobani sejauh ini telah menelan 400 korban jiwa. Sementara ribuan lain memilih mengungsi ke sebrang perbatasan.
Foto: Reuters/Osman Orsal
5 foto1 | 5
Menarik Untuk Orang Muda
Mengapa Salafisme jadi menarik untuk anak muda? Saya mengunjungi salah satu mesjid di kota Bonn untuk mencari jawabnya. Saya menaiki tangga ke mesjid dan menemui seorang gadis anak sekolah. Dia sedang bercakap dengan temannya dan menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan saya.
”Kamu juga sudah masuk Islam?”, dia bertanya. Dia tersenyum lembut. Lantai mesjid dipenuhi dengan sajadah yang tersebar seperti mosaik. Dari jendela yang tidak terisolasi dengan baik masuk udara dingin dan suara bising kendaraan di jalan.
Dengan Karikatur Lawan Gerakan Anti Islam
Serangan teror terhadap Charlie Hebdo di Paris, dimanfaatkan kelompok nasionalis seperti Pegida di Jerman untuk kampanye mereka. Kampanye-kampanye kelompok anti Islam dan migran ini dijawab oleh para pembuat karikatur.
Foto: picture-alliance/dpa/Frederic Deligne
Memanfaatkan Situasi
Para pendukung Pegida, gerakan melawan "Islamisasi Eropa" di Berlin turun ke jalan berdemonstrasi dengan memanfaatkan "Je suis Charlie" yang sebenarnya adalah ungkapan untuk menunjukkan rasa simpati atas korban serangan teror di Paris.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Karikatur Perancis Menentang Pegida
Karikatur karya Michel Cambon (kiri) menunjukkan bagaimana Pegida menanti "mangsa" setelah serangan teror di kantor Charlie Hebdo. Sementara kanan, karikatur dari Jean-Marc Coucher menunjukkan seorang demonstran sayap kanan berusaha mengingatkan rekannya untuk menahan diri.
Dengan karikaturnya, Frederic Deligne juga ikut dalam aksi untuk menentang gerakan anti Islam Pegida. Karikatur ini dapat diinterprestasikan, adanya upaya Pegida untuk memancing di air keruh.
Foto: picture-alliance/dpa/Frederic Deligne
Paling Membuat Marah
Karya Damiens Glez menunjukkan seorang anggota Pegida yang tengah beraksi. Ada tulisan: Apa yang paling membuat marah Pegida? Dan dijawab dengan: "Saya menderita rasisme anti-rasis".
Foto: picture-alliance/dpa/Damien Glez
4 foto1 | 4
”Insya Allah dia bisa mengenali Islam yang benar,” kata seorang wanita yang lebih tua dalam bahasa Arab sambil menunjuk dengan dagunya ke arah saya. Wanita yang lebih muda mengangguk dan menjawab: ”Insya Allah”. Tubuhnya ditutupi oleh kain hitam, yang membuat dia kelihatan lebih tua. Dia menceritakan bahwa dirinya sama sekali tidak terganggu bahwa banyak orang sering menatapnya dan dia punya banyak masalah di sekolah. Allah akan memberi imbalan untuk semua kesulitan yang dia hadapi, kata anak sekolah itu.
”Terutama remaja antara 15 sampai 20 tahun yang tertarik pada Salafisme”, papar pengamat islam Elhakam Sukhni. Mereka akan bersikeras telah menemukan kebenaran yang absolut. Tentu saja ada kemungkinan, bahwa sebagian kecil dari antara mereka mendukung aksi kekerasan.
”Radikalisasi sendiri lewat internet”, demikian kata Sukhni. Maksudnya adalah anak-anak muda yang mengikuti dengan bersemangat pesan-pesan ekstrimis lewat Youtube, misalnya dari Al Qaida. Abu Nagie dan Abu Dujana mengatakan, mereka tidak menyerukan aksi kekerasan. Orang mungkin hanya bisa menuduh mereka tidak mengambil posisi yang tegas tentang kekerasan.
Masalah Kekerasan
Kedua pengkhotbah Salafi dari Bonn yang bertemu dengan saya di Cafe ini memang tidak memberi pandangan tegas tentang kekerasan. Kalau ada remaja yang tertarik dengan tema kekerasan, mereka tentu akan membahas hal itu dengan para remaja, kata Abu Dujana. ”Ini bukan tema yang tabu”. Tapi seringnya, anak muda yang memang mau melakukan aksi kekerasan tidak akan datang kepada mereka.
Bulan Mei 2012 lalu ada kelompok ekstrim kanan yang menamakan diri Pro NRW melakukan aksi di Bonn. Mereka sengaja melakukan provokasi dengan menunjukkan foto karikatur Nabi Muhammad.
Seradikal Apa Ekstrem Kanan Eropa?
Perkembangan ekonomi yang terseok-seok, ketidakpuasan akan kebijakan Uni Eropa dan krisis imigran menyebabkan partai ekstrem kanan Eropa meraih sukses besar. Inilah para tokohnya serta politik mereka:
Foto: picture-alliance/dpa
Frauke Petry, Partai Alternative (Jerman)
Ketua Alternative für Deutschland AfD, Frauke Petry, menyarankan penjaga perbatasan menggunakan senjata terhadap pelintas perbatasan ilegal. AfD awalnya partai yang skeptis terhadap Uni Eropa. Sekarang mereka sudah menjadi kekuatan anti Eropa dan anti pemerintah. AfD berhasil meraih suara cukup besar dalam pemilu di sejumlah negara bagian Jerman Maret 2016.
Foto: Reuters/W. Rattay
Marine Le Pen, Front National (Perancis)
Banyak orang khawatir, bahwa Brexit dan kemenangan Donald Trump di AS bisa menjadi dorongan baru bagi partai ekstrem kanan Perancis, Front National. Partai itu didirikan 1972, dan kini dipimpin Marine Le Pen, yang 2011 mengambilalih kepemimpinan dari ayahnya, Jean-Marie Le Pen. Partai nasionalis ini menggunakan retorika populis untuk mendorong sikap anti imigran dan anti Uni Eropa.
Foto: Reuters
Geert Wilders, Partai Kebebasan (Belanda)
Pemimpin Partij voor de Vrijheid Belanda ini adalah salah satu politisi ektrem kanan paling penting di Eropa. Ia dinyatakan bersalah atas komentar penuh kebencian yang dilontarkan 2014 terhadap warga Maroko. Partainya dianggap anti UE dan anti Islam. Hadapi pemilu Maret 2017, jajak pendapat tunjukkan, partainya yang menduduki 15 kursi di majelis rendah, dapat dukungan besar.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Koning
Nikos Michaloliakos, Chrysi Avgi (Yunani)
Partai Golden Dawn adalah partai neo fasis Yunani. Pemimpinnya, Michaloliakos ditangkap September 2013 bersama sejumlah anggota lainnya, dan dituduh membentuk organisasi kriminal. Michaloliakos dibebaskan Juli 2015. Golden Dawn memenangkan 18 kursi dalam pemilu parlemen September 2016. Partai itu bersikap anti imigran dan mendukung kesepakatan dengan Rusia mengenai pertahanan.
Foto: Angelos Tzortzinis/AFP/Getty Images
Gabor Vona, Partai Jobbik (Hongaria)
Partai Jobbik yang anti imigrasi, anti LGBT, populis dan dukung proteksi ekonomi berusaha masuk dalam parlemen Hongaria tahun 2018. Sekarang mereka sudah jadi partai ketiga terbesar di Hongaria. Dalam pemilu terakhir tahun 2014, partai ini mendapat 20% suara. Partai inginkan referendum keanggotaan negara dalam Uni Eropa. Jobbik dipimpin Gabor Vona.
Foto: picture alliance/dpa
Jimmie Akesson, Sverigedemokraterna (Swedia)
Nama partainya berarti Demokrat Swedia. Setelah kemenangan Trump di AS Akesson menyatakan, di Eropa, seperti di AS, ada gerakan yang melawan "establishment" dan pandangan yang selama ini berlaku. Partai Demokrat Swedia menyerukan restriksi imigrasi, dan menentang keanggotaan Turki dalam UE juga menginginkan referendum keanggotaan Swedia dalam UE.
Foto: AP
Norbert Hofer, Freiheitliche Partei (Austria)
Hofer dari Partai Kebebasan FPÖ yang nosionalis hanya kalah 30.000 suara dalam pemilu presiden terakhir. Mantan pemimpin Partai Hijau, Alexander Van der Bellen mendapat 50,3% suara, sementara Hofer 49,7%. Pemimpin FPÖ itu menyerukan penguatan perbatasan Austria dan pembatasan sokongan finansial bagi imigran.
Foto: Reuters/L. Foeger
Marian Kotleba, ĽSNS (Slovakia)
Pemimpin partai ekstrem kanan, Partai Rakyat-Slovakia Milik Kita mengatakan, "Satu imigranpun sudah terlalu banyak." Dalam kesempatan lain ia menyebut NATO organisasi kriminal. Partai Slovakia ini ingin negaranya meninggalkan Uni Eropa dan zona mata uang Euro. Mereka menang 8% suara dalam pemilu Maret 2016, dan mendapat14 kursi dari total 150 mandat parlemen. (ml/as)
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Abu Nagie dan Abu Dujana menceritakan, ketika itu mereka berdua berkeliling dari mesjid ke mesjid. ”Saya mengatakan pada orang-orang, jangan pergi keluar. Jangan biarkan kalian diprovokasi.”
Tapi tetap saja banyak anggota Salafi yang kemudian melakukan aksi demonstrasi tandingan di Bonn. Akhirnya terjadi bentrokan dengan polisi. Seorang polisi terluka ditusuk oleh seorang demonstran dan harus dirawat di rumah sakit.
”Tentu saja ada beberaoa pelaku kekerasan”, kata Abu Dujana. Suaranya terdengar kesal. Ia menuturkan, setiap minggu dalam pertandingan sepakbola atau demonstrasi kelompok kiri terjadi juga kekerasan. Tapi kalau menyangkut kelompok Salafi, semua orang langsung mengeritik.
Inilah Profil Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP
12 foto1 | 12
Dia menyatakan tidak mengerti, mengapa politisi tidak mencoba mengajak kelompok Salafi duduk di satu meja, ”berbicara dengan kami”. Tapi Ibrahim Abu Nagie segera menggeleng kepala. Tidak, dia tidak mau bertemu dengan politisi, juga tidak dengan kanselir Angela Merkel. ”Hanya kalau dia masuk Islam.” Orang lain yang ada di Cafe tertawa.
Abu Dujana meletakkan sebuah Quran untuk saya di atas meja. ”Ini untuk Anda, khusus dilaminasi”. Abu Nagie tersenyum: ”Bahwa saya bisa menyampaikan pesan Allah kepada Anda, ini adalah kebahagian terbesar bagi saya”.
Dia lalu menunjuk pada iPhone putihnya: "Dinas pelindung konstitusi - Verfassungsschutz selalu ikut mendengar", kata dia. Tapi ini tidak mengganggunya. Malah sebaliknya: „Ini betul-betul menyenangkan!“ Dia sering berbicara dengan telpon genggamnya tentang kasih Allah, kata dia. Yang dia maksud tentu para pegawai Verfassungsschutz yang menyadap percakapan telponnya. Dia yakin, beberapa pekerja Verfassungsschutz sudah ada yang masuk Islam.
Abu Nagie bertanya, apa saya tidak mau membawa beberapa kitab Quran dan membagikannya di redaksi saya. Dia masih punya beberapa eksemplar di mobil, yang bisa saya bawa.
Anak Mantan Teroris Merajut Masa Depan di Pesantren al-Hidayah
Seorang mantan teroris mendidik anak-anak terpidana terorisme agar menjauhi faham radikal. Mereka kerap mengalami diskriminasi lantaran kejahatan orangtuanya. Kini mereka di tampung di pesantren al-Hidayah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Ujung Tombak Deradikalisasi
Seperti banyak pesantren lain di Sumatera, pesantren Al-Hidayah di Deli Serdang, Sumatera Utara, didirikan ala kadarnya dengan bangunan sederhana dan ruang kelas terbuka. Padahal pesantren ini adalah ujung tombak program deradikalisasi pemerintah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Mantan Teroris Perangi Teror
Perbedaan paling mencolok justru bisa dilihat pada sosok Khairul Ghazali, pemimpin pondok yang merupakan bekas teroris. Dia pernah mendekam empat tahun di penjara setelah divonis bersalah ikut membantu pendanaan aktivitas terorisme dengan merampok sebuah bank di Medan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Tameng Radikalisme
Bersama pesantren tersebut Al-Ghazali mengemban misi pelik, yakni mendidik putra mantan terpidana teroris agar menjauhi faham radikal. Radikalisme "melukai anak-anak kita yang tidak berdosa," ujar pria yang dibebaskan 2015 silam itu. Jika tidak dibimbing, mereka dikhawatirkan bisa terpengaruh ideologi teror.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Derita Warisan Orangtua
Saat ini Pesantren al-Hidayah menampung 20 putra bekas teroris. Sebagian pernah menyaksikan ayahnya tewas di tangan Densus 88. Beberapa harus hidup sebatang kara setelah ditinggal orangtua ke penjara. Menurut Ghazali saat ini terdapat lebih dari 2.000 putra atau putri jihadis yang telah terbunuh atau mendekam di penjara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Uluran Tangan Pemerintah
Pesantren al-Hidayah adalah bagian dari program deradikalisasi yang digulirkan pemerintah untuk meredam ideologi radikal. Untuk itu Presiden Joko Widodo mengalihkan lebih dari 900 milyar dari dana program Satu Juta Rumah untuk membantu pembangunan pondok pesantren yang terlibat dalam program deradikalisasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Perlawanan Penduduk Lokal
Meski mendapat bantuan dana pemerintah buat membangun asrama, pembangunan masjid dan ruang belajar di pesantren al Hidayah tidak menggunakan dana dari APBN. Ironisnya keberadaan Pesantren al-Hidayah di Deli Serdang sempat menuai kecurigaan dan sikap antipati penduduk lokal. Mulai dari papan nama yang dibakar hingga laporan ke kepolisian, niat baik Ghazali dihadang prasangka warga.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Peran Besar Pesantren Kecil
Al-Hidayah adalah contoh pertama pesantren yang menggiatkan program deradikalisasi. Tidak heran jika pesantren ini acap disambangi tokoh masyarakat, entah itu pejabat provinsi atau perwira militer dan polisi. Bahkan pejabat badan antiterorisme Belanda pernah menyambangi pesantren milik Ghazali buat menyimak strategi lunak Indonesia melawan radikalisme.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Trauma Masa Lalu
Melindungi anak-anak mantan teroris dianggap perlu oleh Kepala BNPT, Suhardi Alius. Abdullah, salah seorang santri, berkisah betapa ia kerap mengalami perundungan di sekolah. "Saya berhenti di kelas tiga dan harus hidup berpindah," ujarnya. "Saya dikatai sebagai anak teroris. Saya sangat sedih." Pengalaman tersebut berbekas pada bocah berusia 13 tahun itu. Suatu saat ia ingin menjadi guru agama.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Stigma Negatif Bahayakan Deradikalisasi
Stigma negatif masyatakat terhadap keluarga mantan teroris dinilai membahayakan rencana pemerintah memutus rantai terorisme. Terutama pengucilan yang dialami beberapa keluarga dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada kondisi kejiwaan anak-anak. Ghazali tidak mengutip biaya dari santrinya. Ia membiayai operasional pesantren dengan beternak dan bercocok tanam, serta menjual hasil panen.