1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Misi IAEA di Iran Gagal

23 Februari 2012

Misi dua hari Badan Energi Nuklir Internasional (IAEA) di Iran gagal. Upaya para inspektur untuk mendapat penjelasan bagi berbagai pertanyaan tidak berhasil karena sikap Iran yang tidak bekerjasama.

IAEO Symbolbild Quelle: Agentur ISNA
Gambar simbol IAEA dan IranFoto: ISNA

Kekecewaan besar tampak di kantor pusat Badan Energi Nuklir Internasional (IAEA). Selasa malam (21/02) IAEA sudah memberikan keterangan pers, bahwa dalam masalah porgram nuklir Iran tidak tercapai kemajuan apapun. Rabu siang kemarin (22/02) delegasi inspektur IAEA yang dipimpin Hermann Nackaerts tiba kembali di Wina.

Para inspektur IAEA ketika kembali dari Iran, dengan pemimpin delegasi Herman Nackaerts (kanan)Foto: Reuters

Nackaerts menjelaskan, "Kami mengadakan pembicaraan dua hari di Teheran. Kami berusaha mencapai kesepakatan, tentang masalah yang belum terjawab. Kami juga terutama membicarakan dimensi militer program nuklir Iran. Kami juga berusaha mendapat ijin memasuki lokasi, yang penting buat penyelidikan kita. Semua ini kami laksanakan dengan sikap konstruktif, tetapi kami tidak berhasil mendapat persetujuan untuk semua inisiatif ini.“

Pertemuan Berikutnya?

Kunjungan para pemeriksa IAEA adalah yang kedua dalam sebulan. Pertemuan berikutnya dengan pemimpin Iran sejauh ini tidak direncanakan. Apakah pertemuan itu akan ada manfaatnya, tidak bersedia dijawab oleh Nackaerts segera setelah mendarat di Wina. Ia menjelaskan, sekarang delegasinya akan memberikan laporan kepada direktur jenderal. Awal Maret dewan pimpinan akan membahasnya. Kemudian IAEA akan mempertimbangkan langkah-langkah berikutnya.

Direktur Jenderal, Yukiya AmanoFoto: AP

November lalu, dalam laporannya Badan Energi Nuklir Internasional memberikan pernyataan jauh lebih jelas dari sebelumnya, bahwa Iran diduga keras sedang mengembangkan senjata nuklir secara rahasia. Menurut Direktur Jenderal IAEA, Yukiya Amano, ketika itupun, Teheran sudah harus memberikan jawaban bagi sejumlah pertanyaan menyangkut program nuklirnya.

Amano mengemukakan, "Formulasi kalimat dalam laporan itu sifatnya hati-hati. Isinya kesimpulan, bahwa Iran melakukan sejumlah aktivitas yang relevan bagi pengembangan alat ledak nuklir. Saya tidak mengatakan lebih dari itu. Saya tidak mau berspekulasi.“

Sikap Tidak Bekerjasama

Duta Besar Iran di IAEA, Ali Asghar SoltaniehFoto: DPA

Penulis laporan yang diterbitkan IAEA November lalu berkali-kali menekankan, bahwa kesimpulan itu diambil dari informasi yang datang dari sejumlah sumber independen. Menurut informasi, dalam beberapa tahun terakhir, Iran aktif dalam beberapa bidang yang penting bagi pembuatan senjata nuklir. Di samping proses memperkaya uranium, yang sudah diketahui selama ini, termasuk juga membuat konstruksi hulu ledak nuklir, yang dapat ditranspor roket-roket Iran. Selain itu juga pengembangan mekanisme penyulutan bom yang rumit dan dapat menyebabkan reaksi nuklir berantai.

Akibat laporan itu, bukan hanya Barat, melainkan juga Rusia dan Cina menuntut Iran untuk bekerjasama dengan IAEA. Itu dinyatakan dalam resolusi bersama. Tetapi Duta Besar Iran di IAEA, Ali Asgar Soltanieh ketika itupun menunjukkan sikap tidak bekerjasama. Laporan itu tidak profesional, tidak dipertimbangkan dan bermotif politik. Demikian pendapat Soltanieh. Menurutnya, laporan itu hanya dibuat atas dasar tekanan dari AS dan Eropa. Sikap itulah yang ditunjukkan pemerintah di Teheran hingga sekarang. Iran tetap tidak memberikan penjelasan meyakinkan menyangkut tuduhan membuat senjata nuklir

Hans-Jörg Paas / Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria