Pemerintah Jerman nyatakan buka opsi bagi perpanjangan mandat pasukan Bundeswehr di Afghanistan. Kebijakan ini tanggapi perubahan politik Obama yang akan perpanjang misi pasukannya di Hindukush.
Iklan
Petualangan Maut Bundeswehr di Afghanistan Dilanjutkan?
Jerman pertimbangkan perpanjangan penugasan militer di Afghanistan. Pemicunya, perubahan Politik AS dan situasi kacau di Kunduz, bekas kawasan penugasan Bundeswehr. Dampingan internasional berlanjut sampai akhir 2016.
Foto: picture alliance / JOKER
Misi Bundeswehr Akan Dilanjutkan?
Pemerintah Jerman membuka opsi bagi perpanjangan misi militer Bundeswehr di Kunduz. Kebijakan ini merupakan reaksi atas perubahan politik Amerika Serikat di Afghanistan. Namun pemerintah di Berlin menegaskan, mandat penugasan serdadu Jerman akan lebih difokuskan pada pelatihan mitra tentara dan polisi Afghanistan, bukan sebagai pasukan tempur.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Pendidikan Aparat Keamanan
Saat ini masih ada 870 serdadu Jerman di Afghanistan, dengan tugas mendidik aparat keamanan lokal. Hingga akhir penugasan resmi 2014 lebih dari 60.000 polisi dan serdadu menjalani pendidikan militer di empat lokasi yang tersebar di seluruh negeri. Untuk itu pemerintah di Berlin telah mengeluarkan dana sedikitnya 380 juta Euro.
Foto: picture-alliance/dpa
Situasi Keamanan Tetap Gawat
Kendati mendapat hibah pangkalan militer dan berbagai persenjataan dari NATO, militer Afghanistan tetap kewalahan menghadapi rongrongan Taliban. Gelombang serangan bom bunuh diri yang tidak berhenti dilancarkan membuat penduduk di utara negara itu khawatir atas stabilitas keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Eisele
Dukungan hingga 2016
Misi lanjutan ISAF di Afghanistan yang diberi nama "Resolute Support" akan diikuti oleh maksimal 13.000 serdadu asing hingga akhir 2016. Tugas mereka adalah menjadi konsultan dan mengawal jalannya pendidikan militer buat tentara Afghanistan. Jerman berkontribusi dengan mengirimkan 850 serdadu untuk mengikuti misi tersebut.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Misi Pertama di Luar Eropa
Pada 11 Januari 2002, angkatan bersenjata Jerman Bundeswehr mendaratkan 70 serdadu di Kabul. Itu adalah misi militer pertama Jerman di luar Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada masa puncak, Jerman menugaskan 5350 tentara di Afghanistan dan tercatat sebagai kontingen terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Korban Pertama
Pada Maret 2002, dua tentara Jerman dan tiga serdadu Denmark tewas akibat ledakan sebuah bom di Kabul. Hingga akhir 2014, Bundeswehr mencatat 55 serdadu yang tewas selama mengawal perdamaian di Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi di Tempat yang Tenang
Bundeswehr tergolong beruntung karena mendapat provinsi Kundus di Utara yang relatif tenang. Dengan cara itu pemerintah di Berlin tidak cuma berhasil meredam kekhawatiran warga Jerman, tetapi juga memenuhi kewajiban internasionalnya. Sejak 2006 Jerman bertanggungjawab atas stabilitas keamanan di semua provinsi di utara Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa
Membangun dan Melindungi
Jerman tidak cuma menurunkan kekuatan militer, melainkan juga terlibat dalam pembangunan sipil Afghanistan. Program tersebut termasuk strategi ganda NATO, yakni membangun dan melindungi. Jerman akan tetap mengucurkan dana bantuan sipil setelah penarikan mundur militer dari Afghanistan.
Foto: picture-alliance/Joker
Hari Gelap buat Bundeswehr
September 2009 Kolonel Georg Klein memerintahkan serangan udara terhadap dua truk minyak di Kundus yang diduga dibajak dan dikuasai oleh Taliban. Serangan itu akhirnya menewaskan 91 warga sipil. Klein kemudian dibebaskan dari tuduhan kejahatan perang.
Foto: picture-alliance/dpa
Mundur Teratur
Sesuai kesepakatan dengan NATO, Jerman menarik mundur semua pasukannya hingga akhir 2014. Penarikan mundur sebenarnya sudah dimulai sejak 2010. Pangkalan militer yang tadinya digunakan Bundeswehr pun diserahkan kepada militer Afghanistan. Termasuk di antaranya pusat operasi Camp Marmal di dekat kota Masar-i Sharif di utara.
Foto: picture-alliance/dpa/Bundeswehr
Pintu Terakhir di Camp Marmal
Camp Marmal menjadi stasiun terakhir buat serdadu Jerman. Dari sini, Bundeswehr mengorganisir pemulangan pasukan. Camp Marmal secara resmi dialihkan kepada Afghanistan, namun tetap digunakan oleh militer Jerman buat pendidikan pasukan. Setelah penarikan mundur, Bundeswehr masih menyediakan 650 tenaga pelatih di Camp Marmal.
Foto: DW/M. Saifullah
11 foto1 | 11
Penugasan terutama difokuskan di utara Afghanistan. Basis militer di "Mashar-i Sarif merupakan jangkar stabilitas penting bagi kemanan di kawasan itu", ujar Rainer Arnold jurubicara politik pertahanan partai koalisi pemerintah SPD kepada Deutschlandfunk. Ia menegaskan perpanjangan mandat itu dibutuhkan, dan Bundeswehr tidak boleh menyerah. Juga kantor berita Reuters melansir berita mengenai kemungkinan perpanjangan penugasan itu.
Sebelumnya presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengumumkan perubahan politiknya di Afghanistan. Ia mengaatakan menimbang gawatnya situasi keamanan, serdadu AS akan ditugaskan lebih lama dari jadwal di negara Hindukush itu.
Kebijakan baru Obama ini disambut reaksi berbeda di Amerika serta di Afghanistan. Di dalam negeri, Obama dikecam oleh keluarga anggota militer yang ditugaskan di Afghanistan yang mencemaskan ancaman maut di negara yang dicabik perang lebih dari 4 dekade itu. Sementara pemerintah Afghanistan yang kewalahan menghadapi gempuran Taliban, menyambut gembira kebijakan baru Gedung Putih.
Alasan lain pemerintah di Washington untuk menunda penarikan pasukannya dari Afghanistan adalah kekhawatiran terjadi situasi serupa dengan di Irak, karena penarikan tergesa-gesa. Sebagai buktinya ditunjukkan ofensif milisi Taliban yang dengan cepat mampu merebut kota Kunduz, walau kemudian mampu dihalau kembali oleh gabungan pasukan AS dan Afghanistan.
Selain itu pemboman sebuah rumah sakit milik "doctors without borders" di Kunduz yang menewaskan 22 warga sipil menunjukkan kegagalan informasi intelejen. AS menempatkan 10.000 tentara di Afghanistan hingga akhir 2106 dan akan menarik separuhnya setelah itu.
as/yf(rtr,dpa,afp)
Petualangan Maut Bundeswehr di Afghanistan Dilanjutkan?
Jerman pertimbangkan perpanjangan penugasan militer di Afghanistan. Pemicunya, perubahan Politik AS dan situasi kacau di Kunduz, bekas kawasan penugasan Bundeswehr. Dampingan internasional berlanjut sampai akhir 2016.
Foto: picture alliance / JOKER
Misi Bundeswehr Akan Dilanjutkan?
Pemerintah Jerman membuka opsi bagi perpanjangan misi militer Bundeswehr di Kunduz. Kebijakan ini merupakan reaksi atas perubahan politik Amerika Serikat di Afghanistan. Namun pemerintah di Berlin menegaskan, mandat penugasan serdadu Jerman akan lebih difokuskan pada pelatihan mitra tentara dan polisi Afghanistan, bukan sebagai pasukan tempur.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Pendidikan Aparat Keamanan
Saat ini masih ada 870 serdadu Jerman di Afghanistan, dengan tugas mendidik aparat keamanan lokal. Hingga akhir penugasan resmi 2014 lebih dari 60.000 polisi dan serdadu menjalani pendidikan militer di empat lokasi yang tersebar di seluruh negeri. Untuk itu pemerintah di Berlin telah mengeluarkan dana sedikitnya 380 juta Euro.
Foto: picture-alliance/dpa
Situasi Keamanan Tetap Gawat
Kendati mendapat hibah pangkalan militer dan berbagai persenjataan dari NATO, militer Afghanistan tetap kewalahan menghadapi rongrongan Taliban. Gelombang serangan bom bunuh diri yang tidak berhenti dilancarkan membuat penduduk di utara negara itu khawatir atas stabilitas keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Eisele
Dukungan hingga 2016
Misi lanjutan ISAF di Afghanistan yang diberi nama "Resolute Support" akan diikuti oleh maksimal 13.000 serdadu asing hingga akhir 2016. Tugas mereka adalah menjadi konsultan dan mengawal jalannya pendidikan militer buat tentara Afghanistan. Jerman berkontribusi dengan mengirimkan 850 serdadu untuk mengikuti misi tersebut.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Misi Pertama di Luar Eropa
Pada 11 Januari 2002, angkatan bersenjata Jerman Bundeswehr mendaratkan 70 serdadu di Kabul. Itu adalah misi militer pertama Jerman di luar Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada masa puncak, Jerman menugaskan 5350 tentara di Afghanistan dan tercatat sebagai kontingen terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Korban Pertama
Pada Maret 2002, dua tentara Jerman dan tiga serdadu Denmark tewas akibat ledakan sebuah bom di Kabul. Hingga akhir 2014, Bundeswehr mencatat 55 serdadu yang tewas selama mengawal perdamaian di Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi di Tempat yang Tenang
Bundeswehr tergolong beruntung karena mendapat provinsi Kundus di Utara yang relatif tenang. Dengan cara itu pemerintah di Berlin tidak cuma berhasil meredam kekhawatiran warga Jerman, tetapi juga memenuhi kewajiban internasionalnya. Sejak 2006 Jerman bertanggungjawab atas stabilitas keamanan di semua provinsi di utara Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa
Membangun dan Melindungi
Jerman tidak cuma menurunkan kekuatan militer, melainkan juga terlibat dalam pembangunan sipil Afghanistan. Program tersebut termasuk strategi ganda NATO, yakni membangun dan melindungi. Jerman akan tetap mengucurkan dana bantuan sipil setelah penarikan mundur militer dari Afghanistan.
Foto: picture-alliance/Joker
Hari Gelap buat Bundeswehr
September 2009 Kolonel Georg Klein memerintahkan serangan udara terhadap dua truk minyak di Kundus yang diduga dibajak dan dikuasai oleh Taliban. Serangan itu akhirnya menewaskan 91 warga sipil. Klein kemudian dibebaskan dari tuduhan kejahatan perang.
Foto: picture-alliance/dpa
Mundur Teratur
Sesuai kesepakatan dengan NATO, Jerman menarik mundur semua pasukannya hingga akhir 2014. Penarikan mundur sebenarnya sudah dimulai sejak 2010. Pangkalan militer yang tadinya digunakan Bundeswehr pun diserahkan kepada militer Afghanistan. Termasuk di antaranya pusat operasi Camp Marmal di dekat kota Masar-i Sharif di utara.
Foto: picture-alliance/dpa/Bundeswehr
Pintu Terakhir di Camp Marmal
Camp Marmal menjadi stasiun terakhir buat serdadu Jerman. Dari sini, Bundeswehr mengorganisir pemulangan pasukan. Camp Marmal secara resmi dialihkan kepada Afghanistan, namun tetap digunakan oleh militer Jerman buat pendidikan pasukan. Setelah penarikan mundur, Bundeswehr masih menyediakan 650 tenaga pelatih di Camp Marmal.