1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Misi UE di Moskow dan Tbilisi. Georgia Puas

9 September 2008

Rusia akan tarik pasukan dari Georgia. Itulah hasil misi diplomatis Uni Eropa Senin (08/09), yang dipimpin Ketua Dewan Eropa, Nicolas Sarkozy. Georgia menyambut baik, dan Moskow masih harus menepati janjinya.

Presiden Rusia Mikheil Saakashvili (kanan) dan Presiden Perancis Nikolas SarkozyFoto: AP

Para penengah dari Uni Eropa, Nicolas Sarkozy, José Manuel Barosso dan Javier Solana memerlukan banyak tenaga dan kesabaran. Setelah diskusi berjam-jam di Moskow dengan Presiden Rusia, Dmitrij Medvedev, mereka harus melanjutkan perjalanan ke Georgia dan berunding dengan Presiden Mikheil Saakashvili di Tbilisi.

Ini adalah sebuah pembicaraan maraton, yang nampaknya disukai Ketua Dewan Eropa, Nicolas Sarkozy. Kemungkinan karena ia kerap mencapai keberhasilan. Misalnya juga menjelang subuh pagi hari ini (Selasa, 09/09) di Tbilisi. Sarkozy mengatakan, tujuan belum tercapai sepenuhnya. Tetapi tiap etape menghasilkan kemajuan. Di waktu lalu upaya penengahan Eropa berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata. Kali ini berhasil disepakati penarikan tentara Rusia hingga ke posisi yang diduduki sebelum perang dimulai.

Kedua Belah Pihak Puas

Menyangkut isi, sikapnya mungkin tegas, tetapi nadanya bersahabat. Begitulah pembicaraan di Moskow. Medvedev dan Sarkozy tampak positif saat menghadapi wartawan dalam konferensi pers, setelah perundingan berjam-jam. Dari rencana enam poin untuk mengakhiri perang, program berkembang menjadi sembilan poin, dan ini nampaknya memungkinkan peredaan ketegangan di Kaukasus.

Hasil pembicaraan terpenting adalah, Rusia menyetujui penarikan pasukan dari Georgia dan tenggang waktunya ditetapkan, juga dari daerah penangga. Medvedev menyatakan, penarikan pasukan ini akan diadakan dalam waktu sepuluh hari, setelah sebuah pasukan perlindungan internasional, termasuk di antaranya 200 pengamat Uni Eropa mengambil alih kekuasaan di daerah penyangga. Dan ini akan dilaksanakan selambatnya 1 Oktober mendatang.

Masalah Status

Pada sebuah konferensi internasional di Jenewa akan dibicarakan cara agar perundingan perdamaian dapat diadakan. Namun demikian antara kedua belah pihak tidak ditemukan pendekatan dalam hal status di masa depan kedua propinsi yang memisahkan diri dari Georgia, Abkhazia dan Ossetia Selatan.

Oleh sebab itu Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili, yang sempat disebut agresor boneka AS oleh Rusia, menyatakan dengan jelas malam kemarin, baginya yang paling penting adalah persatuan nasional Georgia. Untuk itu pihaknya tetap akan berjuang, tetapi dengan cara damai. Saakashvili mengatakan, malam kemarin kita sejumlah keberhasilan berhasil dicapai. Pelaksanaan sepenuhnya rencana enam poin yang dirumuskan Presiden Sarkozy akan segera tercapai. Demikian Saakashvili.

Langkah Berikutnya

Pertama-tama yang penting adalah, pendudukan Georgia oleh pasukan Rusia harus diakhiri. Sarkozy sendiri mengatakan, Uni Eropa yang terdiri dari banyak negara tidak dapat dengan mudah menjadi penengah. Walaupun demikian, hasil perundingan maraton yang baru berlalu cukup memuaskan.

Selanjutnya, langkah yang sangat berat harus diambil. Yaitu pertemuan Uni Eropa dan Ukraina yang akan diadakan di Perancis. Karena Sarkozy terlambat tiba kembali di negaranya, perundingan dipindahkan ke Paris. Dalam pertemuan ini juga dibutuhkan sejumlah besar tanda positif dan keyakinan, bahwa di masa depan segalanya akan menjadi lebih baik. (ml)