Misteri Kematian Ratusan Gajah di Afrika Terungkap
23 September 2020
Lebih 300 gajah mati di kawasan selatan Afrika tahun ini. Misteri ini memicu kebingungan di kalangan pelindung lingkungan. Setelah riset berbulan-bulan, pemerintah menyatakan berhasil mengidentifikasi penyebabnya.
Iklan
Para pelindung lingkungan dan pemerintah di Botswana mengamati dengan cemas, misteri kematian massal gajah di kawasan reservasi alam Delta Okavango di utara Botswana mulai bulan Maret lalu. Lebih 330 ekor gajah mati di kawasan ini.
Pemerintah di Gaborone dan lembaga pelindung lingkungan ibaratnya menghidupkan alarm tanda bahaya. Secara bersama, mereka melakukan investigasi. Yang sudah pasti, kematian massal gajah ini bukan disebabkan perburuan liar, karena semua gading gajah masih utuh pada bangkai gajah. Juga opsi kematian keracunan anthrax sudah ditepis.
Setelah penelitian beberapa bulan, biang keroknya ditemukan. Yakni, racun yang diproduksi “cyanobacteria“ dalam sumber air yang diminum hewan ini, kemungkinan besar jadi penyebab kematian ratusan gajah di Botswana dan negara tetangga Zimbabwa di selatan Afrika.
Ibu-Ibu Pelindung Gajah dari Afrika
03:41
Bagaimana bakteri meracuni gajah?
Bakteri dari phylum Cyanobacteria adalah organisme mikroskopis yang lazimnya terdapat dalam air dan terkadang dalam tanah. Beberapa jenis Cyanobacteria memproduksi racun yang menyerang saraf atau “neurotoxin“.
“Cyanobacteria berkembang biak amat cepat dalam sumber air minum gajah di kawasan bersangkutan. Dan tes yang kami lakukan mendeteksi racun saraf ini yang jadi penyebab kematian gajah“, ujar Mmadi Reuben, kepala bagian veteriner dari Department of Wildlife and National Parks Botswana kepada para wartawan.
“Namun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Misalnya, mengapa hanya gajah yang mati? Mengapa hanya di area tersebut? Kami memiliki sejumlah hipotesa dan masih melakukan investigasi,“ tambah Reuben.
Bermukim di Jejak Tapak Gajah
Gajah adalah hewan yang menakjubkan - bukan hanya karena besarnya tubuh mereka, kakinya pun unik. Banyak jejak kaki mereka terisi air dan manjadi rumah puluhan spesies.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Insinyur ekologis
Apa yang akan terjadi pada Afrika jikalau tidak ada gajah? Jelas, atraksi wisata jadi merosot. Tapi tahukah Anda, binatang raksasa itu juga membentuk ekosistem dan lingkungan mereka.
Foto: CC BY 2.0/Benh LIEU SONG
Kaki besar
Bobot gajah bisa sampai lima ton. Tidak heran bahwa hewan raksasa ini meninggalkan jejak kaki yang amat dalam dan besar ketika berjalan melalui savana dan hutan.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Kolam Mini
Tergantung pada jenis tanah, kaki gajah dapat meninggalkan jejak sedalam sampai setengah meter. Ketika jejak terisi air, maka akan muncul kolam-kolam kecil yang menjadi surga bagi serangga.
Foto: picture-alliance/dpa/Senckenberg Museum of Natural History Görlitz/Viola Clausnitzer/
Ada 61 spesies bermukim
Para peneliti dari Senckenberg Nature Research Society telah menyelidiki secara menyeluruh jejak kaki gajah di Hutan Kibale di Rwanda. Mereka menemukan 61 spesies, termasuk serangga air.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/A. Hartl
Cukup ruang untuk anak
Banyak hewan menggunakan kolam-kolam buatan gajah ini untuk mengamankan telur mereka; capung dan nyamuk di antaranya. Setelah hanya lima hari, lubang-lubang berisi air akan penuh dengan larva.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/F. Fox
Wilayah saya
Capung dewasa amat mencintai kolam mereka dan bahkan melindunginya dari saingan. Rumah yang bagus harus dilindungi, bukan?
Foto: picture-alliance/blickwinkel/P. Schuetz
Sisi negatif
Nyamuk yang menetas di kolam kaki gajah jadi makanan untuk banyak hewan lain di daerah itu, termasuk burung. Namun, mereka juga bisa menularkan penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Ed: Brigitte Osterath (ap/as)
Foto: picture alliance/dpa/AP Photo/F. Dana
7 foto1 | 7
Kematian massal gajah di kawasan Delta Okavango berhenti akhir bulan Juni lalu, seiring dengan keringnya sumber-sumber air yang biasa diminum hewan berbelalai itu. Kematian massal gajah juga dilaporkan oleh Zimbabwe, negara tetangga Botswana.
Iklan
Dampak perubahan iklim?
Para ilmuwan mengatakan tidak semua jenis cyanobacteria beracun. Namun mereka juga mengingatkan, justru varietas yang berbahaya buat manusia dan hewan berkembang biak makin cepat, dipicu oleh perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global.
Sesuai laporan Intergovernmental Panel on Climate Change-IPCC temperatur di Afrika bagian selatan naik dua kali lipat dari laju kenaikan suhu global rata-rata.
Setelah temuan terbaru itu, pemerintah Botswana menyatakan, terus melanjutkan penelitian terkait munculnya bakteria memtikan itu. Di musim dingin, gajah biasanya memenuhi kebutuhan air terutama dengan memankan akar dan kulit pohon, khususnya pohon baobab.
as/hp (Reuters, AFP)
Gajah Makin Terdesak Perburuan Liar
Dalam dekade terakhir jumlah gajah berkurang 60% akibat kehilangan habitat dan perburuan liar. Diperkirakan 100 gajah Afrika tewas tiap hari di tangan pemburu yang mencari gading.
Foto: picture alliance/blickwinkel/M. Hicken
Jumlah Makin Berkurang
Seabad lalu, 10 juta gajah hidup di seluruh Afrika. Sekarang jumlahnya hanya antara 35.000 dan 40.000. Sejak jumlah gajah berkurang 62% dalam sepuluh tahun terakhir, aktivis konservasi alam khawatir gajah bisa punah dalam 10 tahun mendatang.
Foto: picture-alliance/R. Harding
Dibunuh Karena Gadingnya
Setiap harinya, sekitar 100 gajah Afrika dibunuh karena gadingnya, yang kemudian dijual terutama di Asia. Dalam lima tahun terakhir, permintaan gading di Cina bertambah, dan itu tambah mendorong perburuan liar. July 2015 bea cukai di pelabuhan udara Zürich, Swiss, menyita 262 kg gading yang dipotong-potong, dan disembunyikan dalam delapan koper yang dibawa tiga penumpang pesawat asal Cina.
Foto: Reuters/R. Sprich
Konflik Politik Dipertajam Penjualan Gading
Diperkirakan penyelundupan hewan liar jadi bisnis ilegal ke-tiga terbesar setelah penyelundupan obat terlarang dan manusia. Penjualan gading ilegal memperuncing berbagai konflik di benua Afrika. Misalnya, kelompok seperti Al Shabab dan Boko Haram membeli senjata dengan hasil bisnis gading. Setengah kilo gading harganya sekitar 14 juta Dolar di pasar gelap Cina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/African Parks
Koeksistensi dengan Gajah
Walaupun ada larangan penjualan gading internasional, gajah tetap jadi sasaran perburuan. Organisasi seperti SOS Elephants berupaya memberikan penyuluhan pada warga setempat, pentingnya gajah bagi ekosistem Afrika, dan bagaimana warga bisa mencari nafkah lewat eko turisme dan teknik pertanian yang berkoeksistensi dengan gajah.
Foto: picture-alliance/dpa-Zentralbild
Hilangnya Habitat
Di samping perburuan, gajah juga menghadapi masalah berkurangnya ruang hidup. Populasi manusia di Afrika bertambah empat kali lipat dalam dekade terakhir, yang berarti berkurangnya ruang hidup bagi gajah. Hutan-hutan dibuka dan dijadikan lahan pertanian atau peternakan. Sebagian gajah ditangkap dan dilatih serta digunakan untuk aktivitas ilegal seperti pembalakan liar.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Secercah Harapan
Akhir Juli lalu, Presiden AS Barack Obama mengumumkan rencana untuk memperketat peraturan perdagangan gading. Amerika Serikat adalah pasar gading ke-dua terbesar di dunia setelah Cina, yang juga telah berjanji akan mengurangi perdagangan gading di pasar domestiknya.