Misteri Selamatnya Spesies dari Zaman Es Terpecahkan
cp/hp (afp, rtr)11 Maret 2014
Uap dan panas dari gunung berapi memungkinkan spesies tanaman dan hewan selamat melewati zaman es. Sebuah studi mengenai hal ini menawarkan bantuan bagi peneliti untuk mengatasi perubahan iklim.
Iklan
Sebuah tim periset internasional menyatakan analisa mereka membantu menjelaskan misteri yang lama tidak terpecahkan mengenai bagaimana sejumlah spesies selamat, kerap dalam isolasi, pada wilayah yang tertutup gletser, dengan gunung berapi berperan sebagai oasis kehidupan pada periode dingin yang berkepanjangan.
"Uap gunung berapi dapat melelehkan gua es besar di bawah gletser, dan suhu di bawah gletser bisa puluhan derajat lebih hangat ketimbang di permukaan," kata Ceridwen Fraser, ketua tim gabungan dari Universitas Nasional Australia. "Gua dan ladang uap yang hangat menjadi tempat yang cocok untuk kehidupan beragam spesies sepanjang zaman es."
Teka-teki Terowongan Bawah Tanah Purbakala di Eropa
Di bawah tanah Jerman, Austria, Hungaria hingga Spayol, terdapat ribuan terowongan panjang dan sempit. Mengapa orang Eropa kuno membangun terowongan ini tetap menjadi teka-teki hingga kini.
Erdstall adalah terowongan yang ditemukan di hampir seluruh Eropa. Asal muasalnya tidak diketahui, tetapi diyakini sudah ada sejak Abad Pertengahan. Berbagai teori dikemukakan ilmuwan sehubungan gua ini: termasuk bahwa mereka digunakan sebagai rute pelarian atau tempat bersembunyi, tapi teori yang paling menonjol adalah bahwa gua ini dipergunakan untuk tujuan keagamaan atau spiritual.
Terowongan ini jumlahnya mencapai ribuan. Setidaknya di Bayern saja ada 700 alur terowongan, di Austria sekitar 500 terowongan. Legenda menyebutkan, terowongan sempit ini diangun oleh elf dan didiami oleh gnome. Terowongan kemudian menjadi ranah sejarawan lokal. Mereka berspekulasi bahwa gua digunakan sebagai "tempat dingin oleh suku-suku Teutonik" atau persembunyian dari binatang buas.
Terowongan erdstall sangat rendah dan sempit - tingginya 1 sampai 1,4 meter dan lebar maksimum sekitar 60 cm. Sempitnya terowongan dan dengan langit-langit rendah ini membuatnya dikenal pula dengan sebutan "Schlupf" yang artinya: menyelinap keluar. Orang harus merangkak untuk menjelajah ke terowongan yang lebih tinggi.
Bukti arkeologi begitu sedikit yang dapat ditemukan. Bahkan penentuan umur terowongan inipun amat sulit. Ada beberapa terowongan berbentuk melingkar, sebagian besar terowongan yang melingkar ini tidak akan melebihi 50 meter.Sebagian besar terowongan telah runtuh, pintu masuk juga tersumbat. Terkadang bisa ditemukan relief misterius di gua-gua,
Banyak lorongnya terhubung ke situs bekas permukiman. Pintu masuk terowongan kadang-kadang terletak di dapur rumah-rumah pertanian tua, dekat gereja dan kuburan atau di tengah-tengah hutan.
Data dari penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa terowongan di Bayern terbentuk sekitar 1.500 tahun silam, namun, ada beberapa diantaranya terbentuk lebih awal pada abad pertengahan. Merujuk pada penelitian ahli prasejarah Jerman Heinrich Kusch dalam bukunya, terowongan itu dibangun 5000 tahun yang lalu. Tidak 12.000 tahun lalu, seperti yang dipikirkan semula
Arkeolog juga telah terkejut menemukan bahwa terowongan itu hampir benar-benar kosong. Pelopor eksplorasi Erdstall, Lambert Karner (1841-1909), adalah seorang imam. Menurut catatan, dia merangkak menyusuri 400 lorong hanya diterangi kerlip lilin.
Kini penelitian lebih serius diterapkan. Peneliti profesional seperti Dieter Ahlborn bersama para pakar mengembangkan peneilitain lebih jauh atas keberadaan terowongan bawah tanah misterius ini. (Ed:Purwaningsih/Nugraha)
"Kita dapat belajar banyak dari mengamati dampak perubahan iklim masa lalu seraya berusaha mengatasi perubahan pesat yang kini terjadi akibat ulah manusia," lanjut Fraser.
Belajar dari masa lalu
Tim peneliti mengkaji puluhan ribu catatan mengenai bangsa lumut dan serangga Antartika yang dikumpulkan berdekade lamanya oleh ratusan ilmuwan, dan menemukan bahwa ada lebih banyak spesies yang hidup dekat dari gunung berapi, dan semakin jauh jumlahnya semakin sedikit.
Walau studi didasarkan pada Antartika, temuan ini bisa membantu periset untuk memahami bagaimana sejumlah spesies selamat dari zaman es di wilayah dingin lainnya, termasuk pada periode yang diyakini tidak ada lahan bebas dari es di muka bumi.
Antartika memiliki sedikitnya 16 gunung berapi yang aktif sejak zaman es terakhir 20.000 tahun lalu, dengan sekitar 60 persen spesies invertebrata yang hanya dapat dijumpai di Antartika, kemungkinan besar karena kondisi unik yang memungkinkan mereka untuk berevolusi.
Praktik Kanibalisme Manusia Purba Neanderthal
Penemuan tulang belulang di Gua Guyet, Belgia memperkuat bukti terjadinya praktik kanibalisme oleh manusia purba Neanderthal di Eropa.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tak hanya kuda dan rusa
Manusia purba Neanderthal dikenal sebagai penyantap daging kuda dan rusa. Tapi jauh di pelosok gua Goyet di Belgia, ilmuwan menemukan bukti yang menunjukkan kerabat evolusi terdekat manusia modern itu juga memakan spesiesnya sendiri.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tulang dan gigi
Peneliti Christian Casseyas menunjukkan penemuan 96 tulang dan tiga gigi di gua Goyet yang memberi perspektif baru mengenai sub speises manusia berbeda yang ditengarai hidup 600 ribu hingga 300 ribu tahun lalu tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Punah 40 ribu tahun lalu
Neanderthal diduga punah sekitar 40.000 tahun lalu. Manusia gua ini kalah bersaing dengan Homo sapiens. Meski demikian, Neanderthal juga dikenal sebagai spesies yang cerdas dan telah mengenal cara-cara mengurus jenazah dan ritual penguburan. Tapi ada semakin banyak bukti bahwa mereka juga memakan jenazah sesama.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Finlayson
Pionir penelitian
Edouard Dupont, salah satu bapak paleontologi yang meninggal dunia pada tahun 1911, membuat koleksi tulang dan alat-alat dari beberapa gua yang diteliti, termasuk dari situs penelitian Gua Goyet yang ditemukan pada tahun 1867. Koleksi temuan ini disimpan lebih dari seratus tahun di Brussels Institute of Natural Sciences.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Kalker
Memperluas studi
Baru pada tahun 2004, direktur institut tersebut, Patrick Semal dan para ilmuwan lainnya memilah-milah lagi fragmen yang dikumpulkan Dupont dari Gua Goyet. Tim ilmuwan meyakini bahwa tulang tersebut bukan berasal dari hewan purba melainkan milik Neanderthal
Foto: picture-alliance/dpa
Bukti kanibalisme
Antropolog Helene Rougier dari California State University, Northridge dan rekan-rekannya yang meneliti tulang dari Goyet, melakukan riset untuk membuktikan bagaimana Neanderthal mempraktikkan kanibalisme. Kesimpulan ditarik berdasarkan jejak pemotongan "dalam memisahkan dan mengambil daging" serta mengekstrak sumsum.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Mengapa Neanderthal kanibal
Alasan di balik kanibalisme Neanderthal 'etap menjadi misteri. Namun para ahli antropologi mengajukan sejumlah asumsi. Salah satunya Neanderthal menghadapi periode paceklik dan kelaparan musiman. Ketika mereka benar-benar kelaparan, manusia gua mungkin terpaksa memakan jenazah sesamanya.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti tak terbantahkan
"Kanibalisme dipraktikkan di sini, "kata arkeolog Belgia Christian Casseyas saat berada di Gua Goyet melakukan penelitiannya. Bukti yang ditemukan tak terbantahkan. .
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti-bukti sebelumnya
Sejauh ini, kasus kanibalisme Neanderthal juga telah ditemukan dalam populasi Neanderthal di El Sidrón dan Zafarraya di Spanyol dan Moula-Guercy dan Les Pradelles di Perancis.
Foto: picture-alliance/ dpa
Hubungan manusia dengan kematian
Penemuan di Goyet dan penelitian Neanderthal memperkaya pemahaman hubungan antara manusia gua ini dengan ritual kematian mereka,.Termasuk dalam melakukan penguburan dan menggunakan jasad sebagai peralatan atau bahkan makanan. Ed: as/ap(afp/techtimes)
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
10 foto1 | 10
Ekspansi secara perlahan
Aleks Terauds dari Divisi Antartika Australia, yang analisanya dipublikasikan oleh jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, mengatakan semakin mendekati gunung berapi, semakin banyak spesies yang ditemukan oleh peneliti.
"Pola ini mendukung hipotesis kami bahwa beragam spesies telah memperluas jangkauan mereka dan secara perlahan bergerak keluar dari wilayah gunung berapi sejak zaman es terakhir," paparnya.
Anggota lain dalam tim, Steven Chown, dari Universitas Monash di Melbourne, mengatakan temuan ini dapat membantu memandu upaya konservasi di Antartika.
Dari Dinosaurus Menjadi Burung
Hasil peneitian yang diterbitkan jurnal Science, burung-burung yang mengelilingi kita kini merupakan evolusi dinosaurus pemakan daging selama 50 juta tahun. Bagaimana bisa?
Foto: picture-alliance/AP Photo
Mulanya Tyrannosaurus
Pemakan daging raksasa seperti Tyrannosaurus-rex merupakan salah satu jenis dinosaurus karnivora yang amat besar amat besar. T-rex dapat tumbuh sepanjang 12, 5 meter. Beratnya bisa mencapai 4-7 ton.
Foto: Fotolia/atm2003
Si pemangsa daging
Dinosaurus ini memangsa dinosaurus herbivora besar seperti triceratops dan edmontosaurus yang merupakan herbivora terbesar di saat itu. Selain itu tyrannosaurus juga diketahui memiliki salah satu gigitan terkuat dibanding hewan darat lain yang pernah ada. Bagaimana kemudian ia menjadi burung?
Foto: Julia Molnar
Metodologi bio-molukuler
Peneliti mengkaji 1.500 organ tubuh dinosaurus dari 120 spesies theropod dan spesies awal mula burung, tim peneliti menggunakan alat-alat analisa canggih yang dikembangkan pakar biologi molekuler guna memahami evolusi virus.
Foto: picture-alliance/dpa
Memetakan silsilah burung
Mereka membuat pemetaan silsilah keluarga yang menjelaskan transformasi theropod menjadi spesies burung. Spesies hasil evolusi awal itu diketahui mulai memiliki bulu, sayap. Evolusinya empat kali lebih cepat daripada dinosaurus lainnya.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Burung pada masa awal
Burung pada masa awal yang dikenal adalah Archaeopteryx. Badannya seukuran gagak. Burung ini tinggal di Jerman 150 juta tahun yang lalu. Mereka punya ciri-ciri primitif seperti gigi, tulang ekor yang panjang, tulang antara leher dan dada, punya otot terbang, serta beberapa atribut burung modern.
Foto: AP
Raksasa yang menciut
Ukuran dinosaurus ini menurun dari sekitar 200 kg menjadi menjadi 0,8 kg. Selain miniaturisasi yang berkelanjutan, keturunan ini juga memiliki ciri-ciri baru seperti bulu, sayap, moncong pendek dan gigi yang lebih kecil. Studi tersebut menemukan bahwa hal ini merupakan hasil adaptasi evolusioner, dimana mereka berubah empat kali lebih cepat daripada dinosaurus lainnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Mantan dinosaurus di sekitar kita
Sukar dibayangkan, burung-burung yang berseliweran di langit atau bermain di dahan halaman rumah merupakan hasil evolusi dinosaurus pemakan daging. Namun evolusi ini memakan waktu hingga 50 juta tahun. Studi ini dipublikasikan jurnal Science, berdasarkan hasil kajian tim peneliti dari Universitas Adelaide, Australia.
Foto: imago/ARCO IMAGES
7 foto1 | 7
"Mengetahui di mana saja 'titik panas' keragaman hayati akan membantu kami dalam melindungi spesies saat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia terus mempengaruhi Antartika," tukasnya, seraya Fraser memperingatkan bahwa suhu yang semakin hangat akan membuat lingkungan Antartika rentan terhadap spesies yang invasif.
"Spesies yang paling mungkin menjajah adalah spesies yang datang bersama manusia, bersama kapal-kapal yang datang ke Antartika," pungkas peneliti perempuan tersebut.
cp/hp (afp, rtr)
Bagaimana Rasanya Bekerja di Antartika?
Bayangkan! Bagaimana rasanya bekerja di suhu -55°C dan gelapnya langit selama lebih dari 100 hari dalam setahun? Ini yang dirasakan peneliti di Antartika. Dan semua ini demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Foto: British Antarctic Survey
Demi kemajuan ilmu pengetahuan
Halley VI di Antartika merupakan fasilitas penelitian pertama di dunia yang bisa dipindah-pindah. Meskipun menawarkan akomodasi dan merupakan laboratorium yang ultra modern, konstruksi raksasa ini dapat dipindah-pindah ke tempat lain di benua tersebut dengan mudah.
Foto: British Antarctic Survey
Tanda-tanda perubahan
Halley VI terpaksa dipindahkan, karena timbul keretakan baru yang tambah membesar di Brunt Ice Shelf, sebelah utara laboratorium penelitian yang unik itu. Meskipun tidak ada kerusakan langsung, peneliti meyakini keretakannya akan lebih parah dan bisa terjadi runtuhnya gunung es.
Foto: British Antarctic Survey
Stasiun cuaca antariksa
Halley VI di Antartika memberikan informasi tentang berbagai topik seperti cuaca di ruang angkasa, penipisan ozon, unsur kimia atmosfer di kutub dan tentunya perubahan iklim. Terkenal sebagai fasilitas penelitian pertama yang mendeteksi lubang pada lapisan ozon kita, proyek ini ditempatkan di bawah zona aurora untuk mempelajari langit.
Wadah merah besar di tengah fasilitas digunakan sebagai ruang pertemuan para ilmuwan. Di laboratorium ini bekerja 70 staf selama musim panas dan 16 orang selama musim dingin. Ruang ini memungkinkan mereka yang bekerja di lokasi terpencil untuk bersosialisasi dan bertukar pikiran, dari waktu ke waktu.
Foto: British Antarctic Survey
Kursi terbaik untuk saksikan Aurora
Lokasi laboratorium ini mengalami 105 hari yang benar-benar gelap dalam setahunnya dan orang-orang terputus hubungannya dari dunia. Namun situasi itu tidak terdengar begitu buruk ketika Anda memandang panorama Aurora Australis yang spektakuler di langit.
Foto: British Antarctic Survey
Upaya yang terhubung
Fasilitas penelitian ini terdiri dari delapan modul. Masing-masing modul dibangun di atas kaki hidrolik dan desain langit-langit yang dirancang khusus. Ketika bergerak, fasilitas setiap modul bisa ditarik secara individual, sehingga lebih mudah dipindah-pindahkan ke seluruh wilayah di benua ini.
Foto: British Antarctic Survey
Bahayanya...
Meskipun pemandangan di sini begitu dasyat dan penelitiannya menarik, iklim di sini seringkali sangat berbahaya bagi manusia. Pada musim dingin suhu rata-ratanya -20°C , namun bisa turun drastis hingga -55°C. Laut di dekatnya membeku sepenuhnya.