1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Misteri Seputar Jatuhnya Pesawat Bermuatan Senjata Serbia

Ivica Petrovic | Keno Verseck
26 Juli 2022

Pesawat pengangkut yang berangkat dari Serbia menuju Bangladesh jatuh di perairan Yunani, 16 Juli lalu. Ternyata muatannya lebih dari 11 ton senjata. Yunani menuntut keterangan dari Serbia tentang muatan berbahaya itu.

Peragaan senjata Serbia di pameran senjata dekat Paris, Prancis
Peragaan senjata Serbia di pameran senjata dekat Paris, PrancisFoto: Gerard Julien/AFP/Getty Images

Pada sore hari tanggal 16 Juli 2022, sebuah pesawat pengangkut jenis Antonov An-12 jatuh di dekat kota Kavala, di timur laut Yunani, menewaskan delapan awak pesawat asal Ukraina. Pesawat itu milik maskapai penerbangan Ukraina, yang berangkat dari dari kota Nis di selatan Serbia, dan membawa 11,5 ton mortir dan ranjau buatan Serbia. Munisi yang berhamburan dan meledak sepanjang malam hari menyulitkan upaya pemadam kebakaran dan tim penyelamat.

Pilot sebelumnya melaporkan ada masalah mesin tak lama setelah lepas landas dan saat terbang di atas Laut Aegea utara. Kecelakaan itu memperburuk hubungan diplomatik antara Yunani dan Serbia. Pemerintah Yunani tampaknya tidak mengetahui kargo sensitif dalam pesawat itu. Ternyata senjata sebanyak itu memang mau dikirim secara diam-diam.

Para penyelidik mengatakan, orang di balik pengiriman senjata itu adalah dilaporkan Slobodan Tesic, yang diduga salah satu pedagang senjata terbesar di Balkan dan sejak lama sudah ada dalam daftar sanksi AS. Masih belum jelas, apakah senjata itu memang akan dikirim ke Bangladesh, atau ke tujuan lain yang dirahasiakan.

Petugas kesulitan mendekati lokasi kecelakaan karena ledakan sepanjang malamFoto: llias Kotsireas/AP Photo/picture alliance

Produsen senjata terbesar di kawasan

Serbia adalah salah satu produsen senjata terbesar dan terpenting di Eropa tengah, sebuah tradisi yang dimulai sejak era Yugoslavia. Hampir seluruh industri senjata ketika itu adalah milik negara dan merupakan bagian penting dari perekonomian negara. Serbia menjual hampir segala bentuk senjata, mulai dari pistol dan ranjau sampai artileri dan kendaraan lapis baja, juga sistem rudal, drone, jet tempur, dan peralatan elektronik seperti radar.

Kementerian Pertahanan Serbia memperkirakan, nilai total ekspor senjata Serbia pada tahun 2020 mencapai sekitar 600 juta dolar AS. Pembeli terpenting senjata dan peralatan militer Serbia adalah Uni Emirat Arab, Siprus, AS, Bulgaria dan Arab Saudi.

Pelanggan industri ini menjangkau seluruh dunia, dan Serbia juga tidak terlalu peduli tentang siapa yang membeli senjata mereka, kata ilmuwan politik Vuk Vuksanovic dari Pusat Kebijakan Keamanan di Beograd.

"Serbia benar-benar ingin mendapat setiap dinar yang mungkin keluar dari industri ini," katanya kepada DW. "Namun garis merahnya adalah negara tujuan ekspor tidak boleh berada di bawah sanksi PBB, dan tidak boleh mengalami konflik bersenjata." Tapi dia menambahkan, Serbia "tidak selalu mengikuti aturan ini." Kenyataannya, selama dua dekade terakhir, negara Balkan Barat ini berulang kali mengekspor senjata ke zona perang dan konflik dan mengirimkannya ke negara-negara yang berada di bawah embargo senjata.

Tank buatan SerbiaFoto: Sergei Fadeichev/TASS/Imago Images

Bisnis menguntungkan beraroma korupsi?

Pada musim gugur 2019, terungkap bahwa senjata Serbia telah sampai ke tangan militan Islam di Yaman melalui Arab Saudi. Pada musim panas 2020, militer Azerbaijan menemukan senjata Serbia yang telah dijual ke Armenia dan mendarat di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Dan pada bulan Februari tahun ini, jaringan jurnalis investigasi Serbia menemukan bahwa senjata Serbia telah dikirim ke Myanmar bahkan setelah kudeta militer pada Februari 2021.

Ada juga spekulasi bahwa senjata yang dibawa pesawat naas itu sebenarnya tidak ditujukan untuk Bangladesh, melainkan untuk Ukraina. Namun Serbia maupun Ukraina membantah hal ini.

"Publik menanti jawaban mengapa ada sebuah pesawat Ukraina mengangkut senjata Serbia, sementara konflik internasional besar berkecamuk di wilayah Ukraina," kata Vuk Vuksanovic. Mungkin saja amunisi rahasia itu memang ditujukan ke Ukraina ''untuk menyenangkan Barat," sementara Serbia juga menjaga hubungan dengan Rusia.

"Semua ini adalah bagian dari perilaku elit Beograd, menjaga keseimbangan mereka antara kekuatan internasional yang berbeda", dan sebagai imbalannya kedua pihak membeli senjata dari Serbia. Beberapa media melaporkan, presiden Aleksander Vucic dan partainya SNS ''mendapat bagian" dari transaksi bisnis ini.

Pedagang senjata Slobodan Tesic adalah salah satu donor besar SNS dan diberitakan memiliki paspor diplomatik. Namun Presiden Aleksander Vucic dan Menteri Petahanan Nebojsa Stefanovic menolak tuduhan itu.

(hp/pkp)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait