1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berlin Resmikan Monumen Kolonialisme Jerman di Afrika

20 November 2024

Sebuah monumen untuk memperingati kekejaman zaman kolonial Jerman di benua Afrika baru saja dibuka di Berlin. Monumen ini untuk menyembuhkan luka dan mengundang dialog Utara-Selatan.

EarthNest di Berlin, Jerman
Penampakan EarthNest, monumen kolonial pertama di BerlinFoto: Sedat Mehder

Decolonial Memorial adalah tempat untuk mengenang warisan kolonial Jerman. Sebuah memorial bagi masyarakat yang menderita di bawah biadabnya pemerintahan kolonial dan terkadang masih merasakan dampaknya hingga saat ini. Dan tempat yang ingin membantu menyembuhkan luka masa lalu.

Simbol peringatannya adalah patung perunggu bertajuk EarthNest, yang dirancang oleh kolektif seniman dari jaringan The Lockward Collective. Bagian bawah tanah dari karya seni ini menampung tanah bekas koloni, sedangkan kerucut di atas tanah, diterangi dengan warna ungu, melambangkan kekuatan penyembuhan luka kolonial.

EarthNest ini berdiri di antara dua bangunan utama di Berlin Global Village, tempat sekitar 50 asosiasi dan inisiatif berbeda bekerja pada topik-topik seperti keadilan global dan keberlanjutan.

Konferensi Kongo, bagi-bagi kekuasaan Eropa atas Afrika

Monumen ini dibuka untuk umum sejak 15 November. Tanggal ini menandai peristiwa bersejarah yang selamanya akan mengubah keseimbangan kekuatan internasional: pembukaan Konferensi Berlin, juga dikenal sebagai Konferensi Kongo, 140 tahun lalu.

Kala itu, dari tanggal 15 November 1884 hingga 26 Februari 1885, kekuatan imperialis Eropa duduk bersama di Berlin, membagi-bagi kekuasaan di Afrika, meresmikan hak pendudukan mereka atas benua tersebut, dan menyepakati aturan perdagangan di sana.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Tugu peringatan ini tidak hanya mewakili tempat peringatan secara fisik, namun juga berfungsi sebagai platform untuk pertukaran dan dialog. Pemulihan dan rekonsiliasi harus dimungkinkan. Selain itu, serial audio memungkinkan pengunjung untuk menggali lebih dalam cerita dan pengalaman komunitas dari bekas jajahan.

Kompetisi internasional mendesain monumen kolonialisme

Tugu berbahan perunggu EarthNest ini dipilih dari 244 proposal sebagai desain pemenang untuk peringatan dekolonialisme. Seniman dari seluruh dunia ikut serta dalam kompetisi seni anonim, yang disertai dengan program pendidikan ekstensif tentang topik dekolonisasi.

Juri yang dipimpin oleh seniman dan sejarawan seni Nigeria Chika Okeke-Agulu dan seniman kelahiran Kolombia Maria Linares, akhirnya menjatuhkan kemenangan kepada Lockward Collective. 

Salah satu gambaran sesi di Konferensi Kongo yang saat itu tengah dipimpin oleh Otto van Bismarck dari Jerman. Foto: akg-images/picture-alliance

Di balik komunitas seni kolektif ini, ada seniman Jeannette Ehlers, seniman keturunan Denmark dan Trinidad yang tinggal di Kopenhagen, dan Patricia Kaersenhout, seniman multimedia keturunan Suriname yang tinggal di Amsterdam dan Prancis. Mereka bekerja dengan konsultan Rolando Vàzquez dan arsitek Max Bentler sebagai penasihat teknis.

Kolektif tersebut melihat instalasi ini sebagai "sebuah karya penyembuhan dekolonialisasi, sebuah kuil komunitas yang menyatukan komunitas untuk mendapatkan kembali sejarah mereka."

Dukungan politik untuk undang dialog

Menteri Negara Kebudayaan Claudia Roth menekankan pentingnya monumen ini bagi budaya menolak lupa Jerman. "Monumen dekolonial ini akan memberikan kontribusi penting untuk berdamai dengan masa lalu kolonial kita dan konsekuensinya di masa kini, dan saya bangga telah mendukung proyek ini secara finansial dan ideologis." 

Kementeriannya menyediakan 750.000 euro untuk realisasi karya seni, separuh anggaran proyek lainnya sebesar 1,5 juta euro berasal dari negara bagian Berlin.

"EarthNest adalah simbol kuat dari budaya memorial baru di kota kami. Berlin mengambil peran perintis dalam dekolonisasi ruang publik dan kami bangga telah mendukung proyek ini," kata Sarah Wedl-Wilson, Sekretaris Negara Bagian untuk bagian Administrasi Kebudayaan Senat Berlin.

EarthNest adalah "peringatan hidup yang menyatukan orang-orang dan mendorong dialog dekolonial," tegas Akinola Famson, anggota dewan Berlin Global Village. Menurutnya, karya ini juga merupakan "tonggak sejarah bagi komunitas diaspora dan menciptakan ruang yang menstimulasi refleksi dan mengangkat topik dekolonisasi hubungan Utara-Selatan di Berlin dalam jangka panjang."

ae/hp (Global Village, epd)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait