1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Moratorium Pembangunan Pemukiman Yahudi Berakhir

26 September 2010

Israel tidak berencana memperpanjang penghentian sementara pembangunan pemukiman Yahudi. Proses perdamaian terancam. AS berupaya keras mempertahankan kelanjutan perundingan.

Pembangunan pemukiman Yahudi Ariel di Tepi Barat Yordan.
Pembangunan pemukiman Yahudi Ariel di Tepi Barat Yordan.Foto: AP

Masa depan proses perdamaian Timur Tengah semakin tidak menentu dengan berakhirnya tenggat waktu penghentian sementara pembangunan pemukiman Yahudi di tepi barat Yordan. Setelah dihentikan sementara selama sepuluh bulan, hari Minggu (26/9) Israel menyatakan akan memulai kembali pembangunan pemukiman Yahudi. Tema pembangunan pemukiman merupakan butir sengketa utama antara Israel dan Palestina.

Pihak Palestina sudah berulangkali mengancam akan menghentikan perundingan jika moratorium mengenai pembangunan pemukiman tidak diperpanjang. Beberapa jam menjelang berakhirnya tenggat waktu sepuluh bulan penghentian sementara pembangunan pemukiman di tepi barat Yordan, jurubicara PM Israel Benjamin Netanyahu, Mark Regev mengatakan, pihaknya tidak mempertimbangkan kemungkinan perpanjangan moratorium.

Sementara itu para pemukim Yahudi di seluruh tepi barat Yordan sudah merayakan segera berakhirnya penghentian sementara pembangunan pemukiman baru ketika matahari terbenam. Demonstran warga Yahudi di desa Revava melepaskan 2000 balon ke udara, sebagai simbol dari diizinkannya lagi pembangunan 2000 unit pemukiman baru Yahudi di kawasan tersebut.

Para demonstran juga melontarkan kritik tajam terhadap penghentian sementara pembangunan pemukiman yang diterapkan bulan November 2009 atas tekanan AS. Anggota dewan pemukim Yahudi, anggota parlemen Knesset berhaluan ekstrem kanan dan pemimpin kawasan Yahudi di tepi barat Yordan sudah menyiapkan mesin keruk, mesin pencampur beton dan peralatan pembangunan lainnya sebagai persiapan perayaan berakhirnya moratorium pembangunan selama sepuluh bulan itu.

Sebelumnya dalam Sidang Umum PBB presiden otonomi Palestina, Mahmud Abbas sudah menegaskan apa yang dituntut warganya ."Israel harus memutuskan antara perdamaian atau melanjutkan pembangunan pemukiman," katanya.

Namun Abbas juga mengatakan, berakhirnya moratorium pembangunan pemukiman Yahudi tidak otomatis berarti dihentikannya perundingan perdamaian.

Abbas mengatakan dalam wawancara dengan harian Arab “Al Hayat“, pihaknya mula-mula akan melakukan konsultasi dengan Liga Arab . Karena organisasi inilah yang memberikan lampu hijau kepada Palestina untuk menggelar perundingan perdamaian dengan Israel. Diperkirakan Liga Arab akan melakukan pertemuan secepatnya di ibukota Mesir, Kairo.

Sedangkan kelompok radikal Hamas yang menguasai Jalur Gaza, mendesak Abbas untuk segera menghentikan perundingan perdamaian dengan Israel.

Di pihak lainnya, harian Israel “Jedioth Achronot“ melaporkan, menimbang amat riskan dan pekanya situasi, serta untuk mengindahkan imbauan PM Netanyahu untuk menjaga ketertiban, dimulainya kembali pembangunan akan dilakukan secara bertahap.

Selain itu Menteri Pertahanan Ehud Barak sedang berupaya menggerakan Netanyahu, untuk memperpanjang lagi moratorium pembangunan pemukiman. Di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, Barak telah mengadakan pertemuan dengan anggota delegasi Palestina dan dengan menlu AS, Hillary Clinton.

Upaya penengahan yang dilancarkan AS sejauh ini tidak berhasil menghasilkan kompromi. Kepada stasiun penyiaran Inggris BBC, Barak mengungkapkan, "Saya pikir peluang untuk mencapai kesepakatan moratorium adalah 50 persennya. Peluang bagi proses perdamaian lebih tinggi."

Presiden otonomi Palestina Mahmud Abbas setelah pertemuan dengan kelompok intelektual Yahudi di Paris, dalam rangka kunjungannya ke Perancis hari Minggu malam waktu setempat mengatakan, jika Israel tidak memperpanjang penghentian pembangunan, artinya proses perdamaian hanyalah membuang-buang waktu.

Agus Setiawan/ap/rtr/dpa/afp

Editor: Luky Setyarini

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait