Berteman dengan Mozart lewat Musik
17 Juni 2025
Komposer ternama Dunia, Wolfang Amadeus Mozart, adalah seorang child prodigy atau seseorang yang terlahir dengan bakat luar biasa. Jika ia punya sosial media pasti penggemarnya sudah membludak. Namun di awal abad ke 18, ayah Mozart, Johann Georg Leopold Mozart, kerap mengingatkan anaknya berhati-hati memilih teman terutama mereka yang iri hati juga dan suka menyanjung.
Festival Mozart tahun ini di Würzburg mengangkat tema: "Persahabatan Mozart dan Teman-Teman Sejati di Dunia dan dunia Digital yang Paralel". Motonya: "Lewat musik - berteman dengan Mozart”, Mozart lebih senang berkomunikasi dengan musik. "Sahabat yang sesungguhnya saling percaya dan saling memahami,” kata direktur artistik Festival Mozart, Evelyn Meining. Ia menambahkan bahwa persahabatan sejati tidak dapat digantikan dengan jumlah pengikut di sosial media.
Apakah Mozart, si anak berbakat, tidak punya teman?
Menoreh sensasi di pertengahan abad ke 18 karena bakat luar biasanya dalam bermusik, ia menjelajahi eropa dengan sang ayah, bermain biola dan piano untuk kaum bangsawan. Tentu tidak bisa membangun persahabatan intensif dengan rekan-rekannya. "Fokusnya pada keluarga, dan ikatan keluarganya begitu kuat di awal 1760an,” jelas Evelyn Meining kepada DW.
Jangan bayangkan Mozart menghabiskan waktu ‘nongkrong' dengan teman-temannya, minum bir dan menikmati barbeque di sore hari. "Hubungan pertemanan Mozart lebih dalam konteks bermusik: kolega, teman-teman musisi, guru, sponsor, atau para musisi di orkestranya.”
Persahabatan para musisi di Festival Mozart
Persahabatan para musisi di Festival ini begitu spesial. Acara pembuka menampilkan Nils Mönkemeyer (violis) dan William Youn (pianis) bersama Ensemble Resonanz dibawah komando konduktor Roccardo Minasi. Violis dan pianis dipertemukan lewat musik Mozart yang diramu secara modern.
Manfred Trojahn adalah komposer terpilih untuk festival tahun ini. Sosok yang terkenal dengan opera modern ini mengomposisi "Trame lunari” atau "Bayang-Bayang Bulan” yang mengombinasikan biola, piano, dan orkestra. "Bulan punya banyak perubahan warna, memberi pencahayaan yang berbeda,” jelas Trojahn terkait tema komposisi musik garapannya. Bagi Trojahn karya-karya Mozart sangatlah transparan, "Komposisi musik saya pun harusnya ringan dan transparan seperti yang saya rasakan pada karya Mozart.”
Joseph Haydn, teman yang sudah seperti ayah
Komposer Joseph Haydn dan putra Bach, Johann Christian Bach, adalah panutan Mozart. Meski 24 tahun lebih tua dari dirinya, Mozart menganggap Haydn sebagai sahabat sepantarnya. Dalam suratnya ia menulis "dearest friend” ("sahabatnya yang paling baik”). Tahun 1785, Mozart mendedikasikan partitur komposisi enam kuartet gesek untuk Haydn, menyebutnya sebagai "anak-anak Mozart". Hal ini dianggap sebagai kiasan hubungan ayah dan anak yang begitu erat.
Di antara rekan musisi, pemain terompet Joseph Leutgeb teman dekat Mozart. Mozart bahkan menyindir temannya dalam partitur "Untukmu, Tuan Keledai." Mozart juga berteman baik dengan Anton Stadler, salah satu pemain klarinet terbaik pada masanya. Mozart mengomposisi sebuah kuintet klarinet dan menyelenggarakan konser klarinet untuk Stadler. Namun saat kesehatan Mozart kian memburuk dan merasa kesepian, ia menulis bahwa musik pada dasarnya adalah satu-satunya teman.
Teman-teman palsu
Film "Amadeus" karya Milos Forman tahun 1984 menggambarkan Antonio Salieri, komposer medioker, sebagai musuh Mozart. Dia adalah seorang teman palsu, yang diduga ‘menusuk Mozart dari belakang', bahkan meracuninya. Meskipun sudah lama dibantah, narasi ini tetap ada dalam ingatan kolektif.
Evelyn Meining ingin menghilangkan anggapan keliru akan Salieri di Festival Mozart. "Salieri bukanlah pesaing yang kejam. Itu tidak benar," kata Meining. Dia juga bukan seorang yang gagal karena hidup di bawah bayang-bayang Mozart, melainkan seorang komponis yang dihormati di istana. "Mozart dan Salieri saling menghargai satu sama lain."
"Mozart Kulit Berwarna"
Joseph Bologne, Chevalier de Saint-Georges, juga digambarkan sebagai saingan Mozart dalam literatur dan dalam film "Chevalier" (2022) karya sutradara Stephen Williams. Lahir di Guadeloupe pada tahun 1745, putra dari seorang bangsawan kulit putih Prancis dan seorang pekerja kulit berwarna.
Bologne terkenal sebagai pemain biola dan komposer muda. Joseph Haydn bahkan mengomposisi musik untuk orkestra Bologne.
Meski duel Biola antara Mozart dan Bologne yang diceritakan pada Film "Chevalier” tidak benar terjadi dan apakah keduanya telah berkontak langsung masih belum dapat dibuktikan - film tersebut berusaha menggabungkan dua seniman terkenal di era yang sama. "Mozart kulit berwarna” menurut Meining lebih sebagai tanda penghargaan.
Persahabatan masa lalu dan sekarang
"Mozart Lab" dalam festival ini menyediakan sarana para profesional di bidang budaya untuk bertukar pikiran tentang tema-tema persahabatan yang berfokus pada asosiasi dan jejaring sosial seniman. ”Karena kita berada di tengah-tengah transformasi sosial yang dengan perkembangan digital seperti internet, media sosial, dan kecerdasan buatan (AI)," kata Meining.
Untuk menjembatani transformasi ini akan ada konser rumahan yang mengumpulkan orang-orang sepikir untuk kembali berteman lewat media musik. Pertemuan yang tidak disengaja dapat mengarah pada persahabatan yang baru.
Festival Mozart di Würzburg ini berlangsung hingga 22 Juni 2025.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Hendra Pasuhuk