Multikopter elektrik berpenggerak baterai yang bisa mengangkut penumpang siap jadi kenyataan. Keunggulan wahana multirotor ini bisa "take off" tegak lurus dan bermanuver lincah.
Iklan
Multikopter Berawak Berpenggerak Baterai
04:00
Multikopter yang saat ini dijual di pasaran, biasanya digunakan untuk pengambilan citra dari udara dan mengumpulkan data untuk berbagai kebutuhan. Tapi menciptakan Multikopter kelas berat, yang bisa ditumpangi manusia dan bisa terbang, kelihatannya sebuah hal mustahil.
Tapi sebuah temuan Alexander Zosel mencatatkan namanya dalam sejarah penerbangan. Insinyur sipil yang penggila olahraga terbang ini mulanya punya ide ambisius: menciptakan Multikopter berpenggerak baterai, yang bisa "take off" tegak lurus ke udara dan, mampu mengangkut penumpang. Untuk mewujudkannya, ia bekerja dengan sebuah tim selama beberapa tahun.
Alexander Zosel terbukti sukses menciptakan multikopter elektrik yang mampu mengangkut penumpang. Suksesnya didorong visi teknis dan ambisi untuk bisa terbang berawak dengan e-drone. "Jika kita sudah di udara, semua di sekitar terlupakan. Kita merasa bebas, tidak berpikir apapu, tapi berkonsentrasi pada proyek berikutnya", ujar isniyur sipil penggila olahraga terbang ini.
Sukses terbang membawa penumpang
Beginilah sosok obyek terbang tak dikenal. Pada pandangan pertama nampak ganjil. Persiapan untuk terbang perdana. Sulit dipercaya, bahwa obyek ini mengungguli perlombaan ketat dengan produsen helikopter ternama, untuk membuat Multicopter pertama berpenggerak elektrik.
Generasi Hijau Pesawat Supersonik
Konsep terbang melebihi kecepatan suara lama dilupakan sejak bencana Concorde. Tapi kini generasi baru jet supersonik yang lebih ramah lingkungan mulai bermunculan dan siap meramaikan kembali penerbangan sipil.
Foto: NASA
Tercepat di Langit
Sejumlah perusahaan mengembangkan pesawat supersonik buat membawa manusia kembali terbang melebihi kecepatan suara. Semua desain yang disuguhkan memiliki kelebihan dibandingkan pendahulunya, Concorde. Pesawat lebih efektif dan ramah lingkungan. Dulu Concorde dianggap produk gagal karena rawan kerusakan dan terlalu bising sehingga cuma diizinkan terbang dengan kecepatan supersonik di atas samudera
Foto: NASA/Lockheed Martin
Menembus Tembok Udara
Untuk terbang melebihi kecepatan suara sebuah pesawat tidak cuma harus memiliki kecepatan tinggi, tetapi juga desain aerodinamika yang sangat efektif. Karena saat mendekati kecepatan suara, udara di sekitar pesawat akan memadat dan membentuk hambatan serupa tembok atau yang disebut Sonic Barrier. Desain yang baik akan mengurangi hambatan suara dan dengan begitu mereduksi konsumsi bahan bakar.
Foto: NASA
Monster Hijau
Lockheed Martin menjadi pionir penerbangan supersonik hijau dengan meluncurkan "Supersonic Green Machine." Berbeda dengan pesawat pada umumnya, jet supersonik ini memiliki konfigurasi mesin berbentuk "V" yang diletakkan terbalik di atas sayap belakang. Raksasa industri penerbangan AS itu meyakini desain tersebut akan mengurangi efek "sonic barrier" dan membuat pesawat lebih efektif.
Foto: NASA/Lockheed Martin Corporation
Cepat dan Hemat
Lockheed juga menawarkan desain lain pesawat supersonic ramah lingkungan. Serupa seperti kembarannya, burung besi bernama N+2 ini didesain untuk mengurangi hambatan suara sebanyak mungkin untuk menghemat bahan bakar. Meski baru berupa oret-oretan rancangan, Lockheed mengklaim mampu memproduksi N+2 mulai tahun 2020.
Foto: NASA/Lockheed Martin
Aerion AS2
Konsep lain diperkenalkan Aerion dengan mengusung desain yang sangat ramping. AS2 diracik lewat kerjasama dengan raksasa penerbangan Airbus. Dikembangkan sebagai jet pribadi berkapasitas 20 kursi, pesawat ini tidak cuma mampu terbang melebihi kecepatan suara, tetapi juga lebih efektif dan aman. AS2 direncanakan mulai diproduksi tahun 2021 dengan kapasitas 30 pesawat per tahun.
Foto: 2014 AERION CORPORATION
Spike S-512
Spike Aerospace membidik pengusaha berkocek tebal ketika mendesain S-512. Konsep yang dikembangkan perusahaan asal AS ini serupa dengan pesaingnya, Aerion. S-512 memiliki tubuh ramping dan dilengkapi dengan sayap delta yang telah dimodifikasi untuk mengurangi efek sonic barrier. Spike mengklaim produknya itu mampu melesat 2200 kilometer per jam dan melahap jarak lebih dari 10.000 kilometer.
Foto: Spike Aerospace
Besar Tapi Ringan
Tidak ada kata lain yang lebih tepat menggambarkan Lapcat A2 selain raksasa langit. Memiliki panjang dua kali lipat Airbus A380, jet besi berbahan bakar hidrogen cair ini mampu terbang dari Sydney ke Frankfurt cuma dalam waktu empat jam. Kendati berbadan besar, Lapcat A2 yang buatan Inggris ini punya bobot lebih ringan ketimbang Boeing 747 dan bisa mengudara lewat landas pacu yang ada saat ini
Foto: Adrian Mann
7 foto1 | 7
Tantangannya: mengangkat beban seberat 160 kg dengan 16 rotor berpenggerak elektrik yang dikontrol dari jarak jauh. Apa yang semula dianggap mustahil ternyata bisa dilaksanakan. Multicopter VC 1 "take off" tegak lurus ke udara.
"Kami yang pertama di dunia yang take off tegak lurus dengan penggerak elektrik. Perusahaan helikopter kenamaan juga punya proyeknya,tapi belum ada yang sukses", papar Alexander Zosel
Video multikopter yang take off tegak lurus, sudah diklik jutaan orang di kanal Youtube. Penerbangan memang hanya berlangsung 5 menit pada ketinggian 15 Meter. Pasalnya, konstruksi ini belum punya izin kelaikan terbang.
Alexander Zosel menjelaskan argumentasinya: "Orang belum bisa menyebutnya pesawat terbang. Pertama ini baru rancangan teknis dengan dilengkapi kursi di atas dan balon karet di bawah. Kami hendak menunjukkan, kami bisa take off dengan penggerak elektrik, Apa yang kami bangun ini, akan jadi pesawat terbang betulan. Tentu ada tuntutan berbeda terkait keamanan dan kenyamanan, kami pasti menerapkannya."
Siap untuk produksi komersial
Gagasan pertamanya ia tuangkan dalam sebuah sketsa bersama dengan seorang desainer pesawat. Sketsa rancangan itu kemudian disempurnakan lagi menggunakan komputer. Zosel mengatakan, disamping tampilannya, juga kemungkinan teknisnya untuk terbang tidak bolah terlewatkan. Desain bagus, belum tentu bisa terbang.
Alexander Zosel mengungkapkan rencananya : "Di sini kami mengembangkan desain Volocopter. Yang juga penting adalah penerimaan pasar, agar nanti orang mau membeli. Jadi harus kelihatan bagus.
Direncanakan Multikopter dengan kabin untuk satu atau dua orang, yang digerakkan 18 rotor elektrik. Keunggulannya, jika beberapa rotor mogok, pesawat tetap bisa mendarat dengan aman.
Sebagai kompensasi baterai yang berat, karoseri akan dibuat dari bahan super ringan dari material karbon. Pesawat dua penumpang bobotnya maksimal 450 kg, agar mampu terbang selama dua jam.
Pesawat Tak Berawak bagi Semua Orang
Jutaan Euro bagi monster militer. Begitu pandangan banyak orang tentang pesawat tak berawak. Padahal pesawat ini juga sudah digunakan warga sipil.
Foto: picture-alliance/dpa
Murah dan Bisa Terbang
Tenaga baterai, dua kamera, dan empat rotor. Perusahaan dari Paris menjual "Quadrocopter" dengan harga murah. Pengendalian jarak jauh dilakukan melalui smartphone. Rekaman kamera pesawat bisa dilihat di layar telepon. Pada dasarnya, benda ini bisa digunakan untuk memata-matai tetangga atau sekedar bermain.
Foto: picture-alliance/dpa
Dari Pohon ke Pohon
Ahli kehutanan dari Universitas Dresden menggunakan pesawat tak berawak untuk meneliti puncak pohon. Berkat bantuan alat terbang tersebut, mereka mampu mewujudkan model 3D dari pohon.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengganti Ibu
Ilmuwan dari München dan Bologna memanfaatkan teknologi modern bagi perlindungan keanekaragaman hayati. Mereka ingin menjadikan pesawat tak berawak sebagai pengganti induk burung yang terancam punah untuk memastikan kelestariannya.
Foto: picture alliance/augenklick
Tukang Bantu
Di Jerman, pemadam kebakaran sudah sejak beberapa tahun menggunakan pesawat tak berawak. Dengan kamera pendeteksi panas tubuh, pesawat bisa membantu menemukan orang hilang dan terbang melewati kawasan berbahaya dan mengirimkan rekaman gambarmya.
Foto: picture-alliance/dpa
Daerah Terkena Radiasi
Setelah kecelakaan reaktor di Fukushima Jepang, semakin banyak helikopter tak berawak yang dikerahkan untuk terbang ke wilayah yang terkena radiasi. Mereka bisa merekam kerusakan secara terperinci tanpa membahayakan nyawa manusia.
Foto: picture-alliance/AP/Kyodo News
Prototipe Buatan India
Di dekat Bangalore, berbagai organisasi pertahanan dan penerbangan menguji coba pesawat tak berawak ukuran kecil. Benda terbang ini diharapkan bisa membantu dalam konflik kecil dengan teroris atau pemberontak yang merekam gambar dari situasi saat itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Jutaan Untuk Penelitian
Di Jerman teknologi ini terus dikembangkan di berbagai universitas. Di Ilmenau misalnya, tengah dirakit Quadrocopter yang kelak mampu memperbaiki jaringan telepon genggam yang rusak. 6,5 juta Euro tersedia untuk penelitian selama beberapa tahun.